Bidadari dari Tanah Anarki

Tariannya begitu gemulai mengiringi alunan musik tradisional Indonesia yang makin hari makin terkikis oleh moderenisasi. Tak banyak anak-anak muda yang mencoba mempelajari bahkan membuat warisan leluhur tetap ada sampai anak cucu nanti. Tapi, di sebuah negara kecil di mana banyak sekali TKI mengais rejeki, siapa sangka kebudayaan Indonesia justru membumi?


Aku mengenalnya beberapa tahun lalu pada sebuah acara. Aku sama sekali tak pernah bertemu sebelumnya. Namun, kesan pertama berbicara dengannya membuatku tahu bahwa ia orang yang rendah hati. Berkat wanita bertubuh mungil ini lah telepon selularku bisa hidup kembali. Ya ... tak semua orang mau meminjamkan barangnya (power bank) pada orang asing. Dialah Ucie Mudjiati ....

Alasan kenapa memutuskan bekerja di Singapura


Singapura bukanlah impiannya ... namun menjadi pilihan karena memang harus begitu adanya. Sebelas tahun lalu ketika di PHK oleh tempatnya bekerja, mau tak mau ia mendaftar di PJTKI demi bisa melunasi cicilan rumah yang masih berlangsung selama tujuh tahun ke depan. Waktu terus berjalan ... pelan namun pasti. Mbak Ucie, begitu aku memanggilnya telah menjadi salah satu bidadari bumi pertiwi di negeri yang asing. Segudang prestasi dan kegiatan selalu menantinya di hari libur. 


Kegiatan Ucie Mudjiati di hari libur

Tidak ada hari libur tanpa kegiatan. Begitu aku mengistilahkan. Bagaimana tidak? Badan yang mungil dan gemulai mbak Ucie tak pernah berleha-leha di hari liburnya. Tak hanya ikut berbagai kompetisi dan memenangkan berbagai penghargaan baik di dunia makeup, tari maupun modeling. Ia juga masih tetap mengasah kemampuannya dalam dunia tata kecantikan. 



Tidak berherhenti di situ saja. Ia juga kerap mengisi acara-acara yang berlangsung di Singapura dengan tarian-tarian traditional Indonesia maupun maupun mancanegara seperti India.


Well, tak ada habisnya jika membahas ibu tujuh anak ini (begitu ia kerap menuliskan di status media sosialnya). Tak ada hal yang tak bisa dilakukannya. Memasak, menjahit, bekerja, menari, berdandan apalagi? Rasanya kalau ada sesuatu hal yang menarik atau bisa menghasilkan uang pasti ia akan membabat habis.


Apa saja yang telah didapat ketika bekerja di Singapura dan harapan jika telah kembali ke kampung halaman?

Sebelas tahun bekerja di negeri orang bukanlah waktu yang sebentar. Meskipun berjauhan dengan keluarga, tak menjadi soal bagi Ucie Mudjiati. Harapannya untuk melunasi angsuran rumahnya telah tercapai. Menyekolahkan keponakan hingga lulus sarjana dan diploma pun telah ditunaikan. Rasa lelah terbayarkan oleh kebanggan.


Tantangan untuk seorang TKW adalah ketika telah kembali ke kampung halaman. Karena tak ada lagi pemasukan rutin tiap bulan, serta tabungan makin menipis. Tapi hal itu tak jadi soal bagi wanita berambut ombak dengan kulitnya yang eksotis. Sebuah bangunan di Bekasi telah ia siapkan untuk dijadikan kontrakan atau kos-kosan. Ia juga ingin memiliki bisnis di bidang kecantikan yang pelan tapi pasti sudah dipersiapkan.

Kunci utama sukses bagi perempuan adalah harus memiliki skill. Kalau punya skill, di manapun tempatnya kita pasti bisa hidup. Bisa menghasilkan uang. Meskipun tak banyak yang terpenting adalah bisa menghasilkan. Dan untuk mendapatkan skill, seorang wanita harus mau belajar belajar dan belajar. Belajar pada siapapun dan di manapun. Belajar adalah cara menggali potensi diri yang sebelumnya tak pernah kita sadari jika kita memilikinya.

-Ucie Mudjiati-


TKI ada karena negeri tak bisa menjamin kehidupan layak di negeri sendiri
TKI lahir karena pejabat negara hanya mengurus perut sendiri dan keluarganya
Menjadi TKI bukanlah impian
Tapi ia sebuah pilihan
Pilihan untuk kehidupan yang lebih baik layaknya petinggi negeri
Bidadari dari tanah anarki memang masih dipandang sebelah mata
Tapi karena mereka, devisa negara mengalir tiada henti


Narasumber : Ucie Mudjiati
Pict : Ucie Mudjiati


0 Comments