Penjara Cinta Sang Taipan. 75-76



 Bab. 75

Pesan misterius.


"Selamat pagi Tuan muda!" ucap Bening dengan senyuman manisnya saat melihat suaminya itu baru saja membuka mata.


"Ada apa dengan wajahmu. Kenapa kau terus tersenyum bodoh seperti itu?!" gusar Arga karena sudah melihat sikap aneh istrinya sepagi ini.


Walaupun pagi-pagi sudah mendengar celaan suaminya. Namun, Bening terus mengembangkan senyum manisnya itu sehingga membuat Arga curiga.


"Apa kau baik-baik saja?!" tanya Arga kemudian.


"Tentu saja suamiku, aku sangat baik dan juga sangat bahagia hari ini," jawab Bening dengan tetap memandang suaminya.


"Bahagia untuk apa? Apa kau sedang berulang tahun hari ini?!"


"Bukan itu suamiku. Ulang tahunku masih lama!"


"Jadi kenapa kau bahagia seperti itu?!"


"Karena aku ingin berterima kasih kepada mu!"


"Berterima kasih? Untuk apa?!"


"Karena berkat dirimu aku tidak jadi tidur meringkuk di atas sofa!"


"Cih, kenapa kau percaya diri sekali. Bisa saja kau pindah kemari dengan cara tidur sambil berjalan!" elak Arga.


"Apa! Tidur sambil berjalan?!" Bening membekap mulutnya sendiri seakan tak percaya.


"Apa kau pikir aku mau repot-repot mengangkatmu dari sofa itu. Memangnya tubuhmu tidak berat apa. Kurang kerjaan sekali!" Arga masih berusaha menyangkal karena ego dan gensinya yang terlalu mendominasi.


"Tapi aku tidak pernah melakukan hal aneh itu sebelumnya!"


"Kau kan tidur. Mana mungkin menyadarinya!"


Arga semakin meyakinkan gadis itu dengan kata-katanya agar ia percaya.


"Tapi-"


"Tapi apa?!"


"Aku masih tidak yakin- Eh tunggu! Apa kamar ini ada CCTV? Aku ingin melihatnya karena aku juga ingin membuktikan sendiri bagaimana cara ku tidur sambil berjalan itu!"


"Aku pasti sudah gila jika aku memasang CCTV di kamarku sendiri. Apa kau tidak tahu apa itu yang namanya privasi?!"


"Aku kan cuma bertanya kenapa marah-marah seperti itu. Sedangkan di setiap sudut rumah ini saja terpasang CCTV!"


"Di ruangan lain memang iya tapi bukan untuk di kamarku!" ucap pria itu setelah menyandarkan kepalanya di headboard.


Yang dikatakan Arga tadi tentu saja tidak benar. Dia memang memasang CCTV rahasia di sudut tertentu bagian kamarnya. Itu dimaksudkan untuk mengawasi dan melihat dari hal-hal yang tidak diinginkan jika sedang tidak menempati kamarnya tersebut. 


Karena Arga tidak pernah percaya kepada orang lain termasuk keluarganya sendiri. Hal itu tentu saja menjadi rahasia untuk dirinya sendiri dan sahabatnya Raka tentunya.


"Apa benar aku tidur sambil berjalan. Rasanya mustahil sekali karena selama ini belum sekalipun ada yang protes kepadaku tentang masalah ini," gumamnya lirih pada dirinya sendiri.


Sedangkan Arga yang melihat kebingungan di wajah istrinya itu berusaha menahan tawanya dengan sekuat tenaga. Karena sudah berhasil mengerjai gadis lugu itu.


'Dasar bodoh! Bisa-bisanya mempercayai ucapanku!' ungkapnya dalam hati.


"Hm ... boleh aku bertanya?!"


"Apa lagi? Jangan bilang kau masih penasaran dengan kebiasaan anehmu itu?!"


"Bukan, bukan itu! Aku sudah tidak peduli lagi mau tidur sambil berjalan kek, tidur sambil guling-guling kek, aku sama sekali sudah tidak peduli. Karena ada hal yang jauh lebih penting yang ingin aku tanyakan padamu!"


"Apa itu?!"


"A-apa kau sudah mendapatkan informasi di mana Ibuku?!"


"Belum, anak buahku masih mengusahakannya!"


"Kenapa lama sekali?!"


"Kau pikir mencari orang di kota sebesar ini mudah apa?!"


"Iya iya maaf tolong jangan marah. Aku hanya sangat merindukan Ibuku jadi aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengannya," ucap Bening dengan mata mulai berkaca-kaca.


"Cih, Ibu durhaka macam dia apa hebatnya!" cibir Arga.


"Tapi aku sangat menyayanginya. Dialah satu-satunya keluarga yang aku miliki di dunia ini. Lagi pula ini adalah waktu paling lama kita berpisah karena sejak dulu aku selalu bersamanya meskipun dia tidak pernah memperlakukanku dengan baik!"


Bening pun tak kuasa menahan laju air matanya yang kian deras mengucur di pipi. Hal itu membuat Arga tak tega. Dan timbul rasa sakit di hatinya. Entah kenapa hatinya sekarang menjadi selemah ini. Melihat Bening menangis saja sudah bisa membuat hatinya terluka.


"Sudahlah jangan menangis lagi. Aku akan berusaha mencari Ibumu dengan kekuatan dan uangku!" bujuk Arga.


"Terima kasih! Terima kasih kau sangat baik sekali. Aku tidak tahu lagi harus membayarmu dengan cara apa!" 


"Tentu saja dengan cara memijitku. Ayo pijit aku sekarang!"


Mode menyebalkan seorang Arga telah aktif kembali dengan membuat Bening kembali jengkel sehingga melupakan kesedihannya.


"Ayo cepat jangan membuatku menunggu lama!" ucap Arga setelah menidurkan dirinya dengan posisi telungkup.


"Sebentar aku ambilkan lotion-nya dulu!"


Namun, saat Bening akan beranjak berdiri. Suara Arga tiba-tiba menghentikannya-


"Tidak usah. Jangan pakai apa-apa karena itu akan mengotori tubuhku!"


'Baiklah, baiklah terserah kau saja king raja sultan!'


Dengan telaten Bening pun memberikan pijatan lembut di punggung suaminya itu. Arga pun begitu menikmati pijitan istrinya sehingga ia ingin terlelap lagi.


Di waktu yang sama tetapi di tempat yang berbeda tampak seorang wanita cantik telah menyelesaikan kelas yoganya. 


"Apa ada informasi yang ingin kau berikan kepadaku, Grace?!" tanya-nya setelah melihat kedatangan sang asisten.


"Iya Nyonya saya membawakan info penting untuk anda!" jawab perempuan tomboy tersebut.


Nyonya Diana pun menggerakkan tangannya ke udara untuk mengusir semua orang yang masih berada di ruangan itu. Itu pertanda sang Nyonya hanya ingin bicara berdua dengan asistennya saja.


"Berita apa yang kau bawa untuk ku?!" ucapnya sembari mengusap sisa keringat di lehernya.


"Wanita itu telah kembali Nyonya. Saya melihat dia di kota ini!"


"Apa?!" 


Prang-


Wanita cantik itu membanting sebuah ponsel di tangan-nya.


"Bagaimana bisa masalah terus saja menghampiri ku. Aku belum bisa menyelesaikan masalah warisan itu. Sekarang sudah datang lagi masalah baru dengan kemunculan pelacur itu. Bahkan Arga saat ini lebih terlihat dekat dengan gadis miskin itu. Sialan!" umpat Nyonya Diana dengan nafas yang memburu karena emosi.


"Nyonya saya mohon tenang lah. Kita pasti bisa menyelesaikan masalah ini satu per satu. Dan untuk wanita itu biarkan saya yang bertindak!" ucap Grace menenangkan majikannya.


"Aku tidak mau tahu Grace. Kau harus mencari cara agar warisan itu segera turun ke tangan Arga. Setelah itu kita bisa menyingkirkan gadis bodoh itu. Lakukan apapun termasuk membuatnya hamil!"


"Maaf Nyonya bukankah itu tidak sesuai dengan rencana awal kita?!"


"Benar, tapi waktu kita tidak banyak. Setahun adalah waktu yang sangat singkat. Kita harus berani mengambil resiko jika ingin berhasil menggapai apa yang kita ingin kan!" ucap sang Nyonya dengan sorot mata tajam.


"Apakah itu artinya kita harus menghentikan pemberian obat anti kehamilan untuk Bening, Nyonya?!"


"Iya, berikan saja dia pil penyubur kandungan tapi sebelum itu konsultasikan dulu kepada dokter Rita sebelum kau mengambil tindakan!"


"Jadi anda membiarkan gadis itu mengandung keturunan Ramiro?"


"Tentu saja tidak! Karena bayi itu akan lenyap sebelum dia terlahir ke dunia ini. Bukankah warisan itu akan segera diberikan ketika Bening mengandung, tapi bukan melahirkan!" ucap Nyonya Diana dengan seringai liciknya.


"Anda benar-benar sangat cerdik Nyonya. Saya salut dengan anda!" puji Grace.


"Sudah ku bilang padamu. Kita harus berani mengambil resiko demi tujuan yang ingin kita gapai!"


*****


Suasana tampak ceria di dalam rumah besar milik Juwita karena aktifitas para perempuan cantik yang menghuni di dalamnya.


Terlihat beberapa perempuan cantik tengah duduk di lantai memutari meja memainkan sebuah permainan dengan bersenda gurau. Hingga tawa mereka sampai terdengar ke luar ruangan.


"Ayo giliran siapa sekarang?!" ucap salah satu dari mereka.


"Winda ...!" jawab yang lainnya.


"Ayo Win, putar botolnya!" seru gadis bermata sipit itu.


"Baiklah sabar dulu kenapa sih!"


Perempuan cantik bernama Winda itupun memutar botol yang ada di depannya sehingga ujung botol itu berhenti tepat di depan Rani.


"Rani truth or dare?!" tanya Winda.


"Dare ...!" jawab Rani.


"Oke, tantangan-nya adalah loe harus makan 2 papan pete sekarang!"


"What! Ganti yang lain aja deh Win. Ntar malem kan gue ada janji sama Om Juan. Malu donk gue pas gituan bau pete. Please!" mohon Rani.


"Gimana teman-teman?!" ucap Winda meminta saran teman lainnya.


"Lanjut donk!"


"Biarin aja sih. Seru tahu kalo kencan sambil bau pete. Sensasinya gimana gitu!"


"Tuh Ran, teman-teman pada mo lanjut. Udah makan aja, itung-itung aroma terapi buat Om Juan!"


"Ha ... ha ... ha ...!" Suara tawa pun kembali menggelegar di ruangan itu.


Juwita yang sedari tadi ikut menyimak permainan itupun ikut tertawa. Saat ini ia sedang duduk di sofa tak jauh dari anak buahnya berada.


"Sudah, sportif aja Ran!" celetuknya.


"Tuh Mami aja sampai komen loe!"


Namun keseruan itu tidak bertahan lama saat notif pesan berbunyi dari ponsel mahal milik Juwita.


Raut wajah wanita cantik itu terlihat menegang setelah membaca pesan masuk tersebut.


Bab. 76

Fakta dari Raka.


"Maafkan aku Sandra!" gumamnya sembari memejamkan mata.


Sebelum kemudian beranjak berdiri dan berjalan menuju kamar sahabatnya.


Tok ... tok ... tok!


"San, apa aku boleh masuk?!" 


"Masuk aja Ta, pintunya nggak dikunci!" saut Sandra dari balik pintu.


Ceklek-


"Ada apa Ta?!" tanya Sandra setelah Juwita berhasil membuka pintunya.


"Boleh aku minta tolong?" tanya Juwita dengan sedikit ragu-ragu.


"Minta tolong apa sih Ta? Ngomong aja sih!"


"Ehm ... sebenarnya aku telah berjanji dengan seseorang untuk mengambil pesanan baju dibutik tapi perutku sakit. Apa kau bisa mengambilnya untuk ku?!"


"Perutmu sakit Ta? Bagaimana bisa, sudah menghubungi dokter belum?! Kalo belum biar aku yang menghubungi dokternya!" ujar Sandra dengan wajah yang terlihat panik.


"Sandra tenang dulu, aku udah nggak papa. Aku hanya butuh istirahat jadi tidak perlu berlebihan seperti itu. Kau bisa membantuku 'kan?!"


"Tentu saja, berikan aku alamatnya. Biar aku yang mengambilkannya untukmu!"


"Nanti kau akan diantar sopir ke sana sekarang bersiap-siaplah. Aku pergi dulu!"


"Oke, aku akan siap dalam waktu 15 menit!"


Setelah Sandra menutup pintu kamarnya. Juwita pun berjalan menuju teras belakang untuk menghubungi seseorang.


Dengan cekatan jemari lentiknya mendial nomor yang akan dihubunginya.


"Halo ...!" Suara orang di seberang sana.


"Saya sudah melakukan seperti apa yang anda perintahkan. Jadi saya mohon agar anda juga menepati janji anda!" ucap Juwita dengan suara parau akibat menahan emosi.


"Tentu saja!"


Klik-


Tiba-tiba saja sambungan diputus sepihak oleh orang yang dihubungi oleh Juwita tadi.


"Semoga semuanya akan baik-baik saja!" monolognya sebelum kembali ke dalam kamar.


*****


Suasana mendung mengiringi kepergian Sandra sore ini. Saat ini ia tengah berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi Juwita yang bernama Pak Mamat.


"Pak Mamat sudah berapa lama kerja sama Juwita?!" tanya Sandra mengurai keheningan.


"Lumayan Bu, sudah sekitar lima tahunan!" jawab Pak Mamat dengan tetap fokus mengemudi.


"Wah, lama juga ya Pak. Betah banget kayaknya!"


"Ya betah dong Bu. Orang Mami Juwita orangnya baik dan juga royal kepada karyawannya!" jawab Pak Mamat memuji majikannya.


"Pak Mamat benar, sahabat saya itu memang sangat baik!"


"Iya Bu, susah loh cari majikan baik seperti Mami Juwita di kota sebesar ini!"


"Makanya Pak, kerja yang rajin biar dipake terus sama Juwita!"


"Kalo itu sih pasti Bu!"


Namun secara tiba-tiba Pak Mamat menginjak pedal rem secara mendadak karena ada sebuah mobil yang menghadang laju kendaraannya.


Cekitttttttt ....!


"Aww ... aduh!" jerit Sandra saat kepalanya terbentur jok depan akibat mobil yang dihentikan secara mendadak itu.


"Ada apa Pak Mamat. Kenapa ngerem mendadak?!" tanya Sandra sembari mengusap keningnya.


"I-itu Bu, ada mobil yang menghadang kita!" jawab Pak Mamat ketakutan.


Sandra pun mengalihkan pandangannya ke arah depan dan benar saja apa yang dikatakan Pak Mamat tadi. Ia melihat 4 orang pria berbadan kekar mendekati mobil mereka.


Brak ... brak ... brak!


"Buka ...!" teriak orang dari balik jendela mobil.


"Waduh Bu, bagaimana ini? Kita sudah terjebak!" ucap Pak Mamat. 


"Saya juga nggak tau Pak. Saya takut!" 


Sandra semakin ketakutan saat gedoran kaca terdengar lebih keras. Entah bagaimana caranya akhirnya para penjahat itu berhasil membuka pintu belakang di mana Sandra berada saat ini.


"Apa yang kalian inginkan?!" bentak Sandra.


Namun tanpa berucap apapun tiba-tiba salah satu dari mereka membekap hidung Sandra dengan saputangan yang sudah diberi obat bius. Seketika itu juga Sandra kehilangan kesadarannya karena pingsan.


*****


Di sebuah gedung apartemen.


"Cih, baru inget gue loe! Mentang-mentang sudah punya istri, sahabat sendiri dilupakan!" cibir Raka.


"Sorry gua sibuk!"


"Sibuk apa loe? Mendaki bukit dan menyelami lembah?!"


"Makanya loe nikah biar tau rasa nikmatnya kawin!"


"Huh, perkara mesum diumbar-umbar dasar penjahat kelamin!"


"Dari pada elu jomblo! Jomblo tidak perlu malu, jomblo bukan berarti tidak laku, tapi memang tidak ada yang mau!" ejek Arga.


"Asem loe!"


"Ingat, BPJS tidak menanggung sakit karena cinta, dan TIM SAR tidak akan mencari jodoh yang belum ditemukan. Tapi loe nggak usah khawatir mungkin jodoh loe masih belum lahir!"


"Wah makin parah nih anak. Jadi loe kemari cuma buat nyinyirin status gue?!"


"Sekali - kali bercanda kenapa sih. Dari pada tegang terus!" 


"Gimana kabar istri loe?!"


"Loe ngapain pake nanya istri gue segala. Suka loe sama dia?!"


"Ck, cemburu dia. Lebay loe!"


"Siapa yang cemburu!"


"Ternyata benar apa yang orang bilang seseorang terasa sangat bodoh jika sudah jatuh cinta kepada seseorang."


"Apa maksud dari omongan loe tadi?!" gusar Arga.


"Gue tahu, sebenarnya elo sudah jatuh cinta sama Bening 'kan?!" tebak Raka.


Arga gelagapan mendengar tebakan sahabatnya itu. Ia tidak bisa mengiyakan ataupun memungkiri karena memang ia masih bingung dengan perasaan-nya sendiri. Karena memang selama ini seorang Arga tidak pernah jatuh cinta.


"Gue nggak tahu apa itu cinta karena gue belum pernah ngerasain itu sebelumnya!" tegas Arga.


"Benci dan cinta itu beda tipis bro! Sekalipun kau mati-matian menyangkalnya tapi tatapan sorot mata loe berbeda saat menyebut nama Bening!" ucap Raka.


Apa benar yang dikatakan sahabatnya itu bahwa selama ini ia telah jatuh cinta kepada gadis bodoh dan kampungan seperti Bening? 


Bukankah selama ini ia tidak pernah melibatkan perasaan bila sedang bersama seorang wanita. Tapi kenapa kali ini berbeda? Ada debaran lain yang ia rasakan saat berdekatan dengan gadis yang dulu dianggapnya mainan itu.


"Hey ... malah bengong loe!" tegur Raka saat melihat sahabat sekaligus bosnya itu terdiam untuk beberapa saat.


"Eh ... iya!"


"Ngelamunin apa loe? Bening?!" goda Raka.


"Udah sih ngapain bahas Bening mulu? Gue ada kerjaan yang lebih penting buat loe!"


"Paan tuh?!"


"Beberapa hari yang lalu pas gue jalan ke mall sama Bening. Bening melihat Ibunya berada di mall yang sama dengan kami."


"Apa itu artinya Ibunya si Bening berada di kota ini?!"


"Iya, kemungkinan itu bisa saja terjadi!"


"Tapi apa kau yakin jika memang itu Ibunya Bening. Kalian tidak salah orang 'kan? Ya, siapa tahu hanya mirip!" ucap Raka memberikan pendapatnya.


"Bening sendiri yang melihat dan meyakini bahwa itu memang Ibunya. Bahkan ia sampai histeris di depan pintu lift karena tidak berhasil mengejar Ibunya itu," jelas Arga.


"Jadi apa yang harus gue lakukan buat loe?!"


"Cari di mana keberadaan Ibu Bening. Kalo memang dia ada di kota ini cari tahu di mana tempat tinggalnya!" ucap Arga mantap.


"Elo beruba Man! Tapi gue seneng ngelihatnya!" tutur Raka sembari menatap wajah sahabatnya itu penuh arti.


"Apa maksud loe!"


"Elo sedang jatuh cinta. Dan itu bisa dilihat dari kepedulian loe saat ini. Gue seneng banget apalagi loe jatuh cinta kepada orang yang tepat!"


"Nggak usah sok tahu loe!" elak Arga.


"Asal loe tahu, sebelum elo menikahi Bening gue udah cari tahu duluan tentang identitas gadis itu!"


"What!!!"


"Sorry, naluri gue sebagai seorang sahabat yang mendorong gue melakukan hal ini."


"Lalu apa yang udah loe dapetin?!"


Tanpa menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu Raka masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil sesuatu.


"Gadis itu hanya korban keserakahan orang-orang di sekitarnya!" jawab Raka seraya menyerahkan amplop berwarna coklat kepada Arga. Kemudian kembali berkata-


"Semua ada di dalam amplop itu!"


Arga pun membuka amplop yang diberikan oleh Raka tadi. Satu per satu ia membaca isinya.


"Dari mana loe dapat ini semua?!"


"Detektif swasta suruhan gue! Setelah melihat bukti-bukti ini gue harap penilaian loe terhadap Bening bisa beruba. Karena dia di sini hanya korban!"


Arga masih fokus membaca kertas-kertas di hadapannya. Entah apa yang ada fikiran pria itu saat ini setelah mengetahui semua fakta mengenai istrinya.


"Hanya kau yang bisa melepaskan Bening dari penderitaannya. Tolong pikirkan ini baik-baik!" ucap Raka seraya memberikan tepukan di bahu Arga sebelum meninggalkan-nya sendirian.

1 Comments

  1. Wah bukanya Melepas bening tp kayanya makin cinta aja tuch Arga,ayo kak up yg banyak biar aku" nya ga penasaraan kisah nya💋💋💋💋

    ReplyDelete