Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 79-80

 

Penjara cinta sang taipan

Bab. 79

Anggapan yang keliru.


Detak jantung Tuan Jordan berdetak lebih cepat dari biasanya setelah menemukan sesuatu yang tak pernah ia sangkah sebelumnya. Antara senang, sedih dan haru bercampur jadi satu saat ini.


Benar kah semua kenyataan ini. Bahwa sesuatu telah lama dicarinya ternyata ada di dalam rumahnya sendiri tanpa ia sadari sebelumnya.


"Mungkin kah Sari adalah putriku dengan Sandra?!" monolognya dengan tangan yang masih gemetar menggenggam foto Sandra.


"Ya Tuhan, aku tidak menyangkah telah menjadikan putriku pembantu di rumahku sendiri!" 


Selain rasa bahagia yang melingkupi hatinya Tuan Jordan juga merasa sedih karena melihat putrinya berkerja sebagai seorang pembantu. Apalagi pembantu di rumahnya sendiri. Bayangan saat istrinya memarahi gadis itu karena tidak becus bekerja kembali menari di ingatannya.


Karena selama ini memang Nyonya Diana lah yang terkenal galak dan sering memarahi para pekerjanya. Tetapi setelah mengetahui kenyataan ini Tuan Jordan berjanji kepada dirinya sendiri untuk melindungi anak gadisnya dengan caranya sendiri.


"Kalo memang benar kau putriku. Papi akan selalu menjagamu, Nak! Maafkan Papi yang terlambat untuk mengetahuinya!"


Tuan Jordan pun bergegas memasuki ruang kerjanya. Ia sudah tak sabar ingin menghubungi seseorang.


"Halo John, hentikan pencarian terhadap putriku karena aku sudah menemukan-nya!"


Klik-


Tanpa menunggu jawaban dari asistennya tersebut Tuan Jordan langsung memutuskan sambungan telfonnya secara sepihak.


"Yang harus aku lakukan sekarang adalah mendekatinya secara perlahan. Aku tidak mau membuatnya terkejut dan juga shock!" gumamnya setelah meletakkan ponsel mahal miliknya ke atas meja.


Tanpa ragu lagi Tuan Jordan menekan tombol interkom yang menyambung dengan dapur untuk menghubungi kepala pelayan.


"Fatma ke ruangan kerja saya sekarang!"


[Baik Tuan!]


Setelah menunggu hampir 7 menit kepala pelayan yang bernama Fatma itu pun sudah tiba di depan pintu ruang kerja Tuan Jordan.


Tok ... tok ... tok!


Bunyi pintu di ketuk tiga kali.


"Masuk ...!"


Ceklekk-


Muncullah seorang wanita paruh baya berpakaian serba krem dari balik pintu kayu tersebut.


"Tuan memanggil saya?!" tanya Fatma sopan.


"Iya, ada yang ingin aku tanyakan padamu!"


"Baik Tuan, saya akan menjawabnya."


"Berapa jumlah semua pekerja di rumah ini?!" tanya Tuan Jordan berbasa - basi karena tidak mungkin baginya untuk langsung bertanya mengenai Sari karena hal itu akan menimbulkan kecurigaan kepala pelayannya tersebut.


"Jika dijumlahkan dengan seluruh pengawal dan penjaga rumah ini maka lebih dari seratus orang Tuan. Karena ada beberapa pekerja yang baru masuk untuk bagian kebersihan taman dan kolam renang," jawab Fatma dengan tenang.


"Jadi sebanyak itu ya! Pantas aku tidak bisa mengenali mereka satu per satu!"


"Mereka di bagi sesuai dengan bagian pekerjaan mereka masing-masing Tuan."


"Kalau di bagian kebersihan ada berapa orang?!"


"Maaf, kebersihan mana yang Tuan maksud? Karena bagian kebersihan juga ada dua yaitu indoor dan outdoor!"


"Yang bertugas membersihkan ruangan, contohnya seperti ruang tamu!"


"Itu bagian kebersihan indoor, dan kita memiliki 15 orang pekerja di bagian itu."


"Berapa kisaran usia mereka?!"


"Rata-rata sudah memasuki usia produktif. Karena kami membuat seleksi yang ketat saat perekrutan pekerja baru. Dan itupun atas pengawasan dari Nyonya besar langsung. Tapi dari semuanya ada yang termuda karena masih berumur 18 tahun."


"Siapa nama gadis itu?!"


"Namanya Sari, Tuan!"


'Tepat seperti dugaanku. Jika di lihat dari kisaran umurnya, anak yang dilahirkan Sandra pasti seumuran dengan Sari saat ini. Tidak salah lagi Sari memang putri kandungku dan Sandra.'


"Oh, gadis yang sering bersama Bening itu 'kan?!" ucap Tuan Jordan memancing.


Sebenarnya Tuan Jordan tidak terlalu hafal dengan nama para pekerjanya karena saking banyaknya. Tetapi karena Sari sering bersama Bening dan melayani kebutuhan Bening sehingga membuat Tuan Jordan hafal dengan wajah dan nama gadis itu.


"Benar Tuan!"


"Boleh kau ceritakan sedikit tentang gadis itu. Aku hanya penasaran dengan keuletan gadis seperti Sari yang mau bekerja keras di usianya yang masih sangat muda. Seharusnya dia melanjutkan pendididkannya bukan?!" pancing Tuan Jordan lagi.


"Sari mulai berkerja di rumah ini sejak satu tahun yang lalu, Tuan. Saat itu usianya masih 17 tahun. Kami menerima gadis itu atas rekomendasi dari mantan pekerja senior di rumah ini yang sekarang sudah pensiun. Awalnya kami juga tidak yakin saat awal perekrutan tapi melihat keuletan dan kerajinan gadis itu membuat Nyonya Diana memberikan kesempatan gadis itu untuk bekerja di rumah ini. Dan juga sebagai bentuk terima kasih kepada Bibi Sari yang sudah puluhan tahun mengabdi di rumah ini," jelas Fatma panjang lebar.


"Siapa nama Bibinya?!"


"Bi Sumi Tuan!"


"Sumi mantan pengasuh Arga dulu?!"


"Benar Tuan!"


"Hem baiklah, demi balas jasa kita kepada Sumi. Akan aku berikan bea siswa untuk melanjutkan pendidikan kepada keponakan si Sumi itu. Dan juga pindahkan gadis itu menjadi pelayan kebersihan khusus di ruang kerjaku!" titah sang Tuan.


Akhirnya Tuan Jordan memiliki cara dan alasan yang tepat untuk mendekati gadis yang dianggap putrinya tersebut.


"Tapi bagaimana jika Nyonya Diana keberatan, Tuan?!"


"Aku sendiri yang akan bicara dengannya!" putus Tuan Jordan.


"Baik Tuan, saya akan segera melaksanakan perintah anda!"


"Pergilah, lanjutkan pekerjaanmu!"


"Baik Tuan, permisi!"


Tuan Jordan menyunggingkan senyuman puas karena langkah awalnya untuk meraih sang putri telah terbuka lebar.


"Aku harus pulang ke apartemen sekarang. Aku ingin segera bertemu dengan Sandra. Dan memberitahu kabar baik ini kepadanya. Semoga ini awal bagus untuk hubungan kita ke depannya!"


Tuan Jordan berjalan dengan tergesa-gesa saat menuruni anak tangga. Sehingga tidak melihat bahwa istrinya kini tengah menatapnya dengan lekat.


"Apa kau sesibuk itu sehingga tidak menyadari keberadaanku?!" sindir Nyonya Diana.


Tuan Jordan pun menghentikan langkah kakinya di anak tangga terakhir sebelum menjawab sindiran istrinya itu.


"Kau sudah sangat mengetahui segalanya tentang diriku jadi apalagi yang harus ku katakan!"


Ucapan Tuan Jordan tadi seakan mengisaratkan bahwa ia mengetahui bahwa Nyonya Diana telah membayar orang untuk membuntutinya selama ini.


"Aku lakukan itu karena ingin mempertahankan pernikahan kita!" sentak Nyonya Diana.


"Bahkan pernikahan kita sudah hancur sejak belasan tahun yang lalu. Dan kau juga sudah mendapatkan apa yang kau inginkan selama ini!"


"Tapi apapun alasannya aku tetap istrimu dan itu sah di mata hukum!" ucap Nyonya Diana tak mau kalah.


"Ya kau benar! Di mata hukum memang kita masih suami istri tetapi tidak secara agama. Suka atau tidak, kau harus menerimanya!" ucap Tuan Jordan sebelum meninggalkan kediaman Ramiro.


"Brengsek!" Wanita cantik itu terlihat menjambak rambutnya sendiri. Ia berteriak frustasi sebelum Grace datang dan menenangkan-nya.


"Sabar Nyonya sabar, jangan terpancing emosi! Ingat rencana kita yang hampir berhasil," ucap Grace menenangkan setelah berhasil membawa majikannya itu kembali ke kamarnya.


"Silahkan minum obat anda dulu Nyonya!" Grace menyerahkan sebutir obat penenang kepada Nyonya Diana. Obat yang selalu di konsumsinya selama beberapa tahun ini saat emosinya tidak stabil.


"Terima kasih, Grace!"


Di apartemen.


Mobil Roll Royce Ghost keluaran terbaru telah terparkir sempurna di basement apartemen elite yang terletak di pusat kota Jakarta.


Tuan Jordan memasuki pintu lift yang akan membawanya ke lantai 40 di mana unitnya berada.


Ting-


Pintu lift pun terbuka menampilkan satu pintu besar berwarna hitam yang tak lain adalah apartemen miliknya. Karena di lantai ini hanya terdapat satu unit apartemen yang merupakan milik Tuan Jordan.


Bip ... bip ... bip!


Tuan Jordan menekan kode password apartemen-nya. Dan-


Ting-


Terbukalah pintu tersebut, tangan Tuan mencari tombol saklar lampu untuk mengaktifkan pencahayaan. 


Kakinya melangkah menyusuri setiap ruangan guna mencari keberadaan wanita yang beberapa waktu lalu telah dikurung di apartemen miliknya ini.


Tuan Jordang mengembangkan senyumnya saat melihat punggung Sandra yang kini berdiri di balkon.


"Ternyata kau di sini. Tadi aku mencariku kemana-mana," ucap Tuan Jordan membuka percakapan.


"Bebaskan aku dari tempat ini!" pinta Sandra dingin.


"Tidak akan pernah karena kita akan hidup bertiga," jawab Tuan Jordan dengan seringai di wajahnya.


"Apa maksudmu?!" tanya Sandra tak mengerti.


"Aku sudah menemukan putri kita!"


Bab. 80

Sebuah tamparan.


"Aku sudah menemukan putri kita!" tutur Tuan Jordan dengan penuh rasa percaya diri. "Dan itu berarti, kita bertiga bisa hidup bersama," imbuhnya dengan penuh harap.


Sandra mencebik, seulas senyum sinis terlukis di bibirnya. "Aku tidak peduli! Apalagi tertarik dengan ide konyolmu itu. Yang aku inginkan hanyalah keluar dari tempat terkutuk ini!" ucapnya dingin. Seakan pernyataan Tuan Jordan tadi tak ada artinya bagi dirinya.


"Kau ...!" Tuan Jordan berusaha menahan geram. Bagaimana pun juga ia tak mau terpancing emosi. Memang tidak mudah untuk menaklukkan wanita seperti Sandra. Jadi ia harus lebih bersabar jika ingin menggapai tujuannya.


Sedangkan Sandra memang sengaja memancing emosi pria yang kini terlihat mengepalkan kedua tangan-nya itu. Terlihat sekali bahwa pria itu setengah mati sedang menahan emosi.


"Sudah ku bilang beribu kali padamu untuk menjauhiku. Terserah jika kau ingin tinggal bersama anak itu, tapi jangan pernah sekali-kali melibatkan aku. Karena aku tidak sudi hidup bersama dengan pria beristri!" tegas Sandra.


"Sepertinya ada kesalapahaman di sini. Baiklah akan aku jelaskan mengenai hubunganku dengan Diana. Asal kau tahu saja jika aku dan Diana hanya suami istri di atas kertas. Jadi-"


Sandra tak membiarkan Tuan Jordan melanjutkan penjelasan-nya karena tiba-tiba dia memotongnya.


"Apapun itu aku tidak peduli! Apa kau pikir korban pemerkosaan akan bahagia jika menikah dengan orang yang telah menghancurkan masa depannya?!" tanya Sandra dengan menekan setiap katanya.


"Bukankah aku sudah menjelaskan kepadamu alasan mengapa aku melakukan hal itu! Itu adalah ego seorang lelaki muda yang ingin memiliki wanita yang dicintainya!" saut Tuan Jordan tak mau kalah.


"Cinta itu memelihara, melindungi bukan merusak seperti yang kau lakukan itu!" maki Sandra.


"Emosi tidak akan bisa membuatmu berfikir dengan jernih. Istirahat lah, aku akan kembali ke ruang kerjaku. Kita bicara lagi nanti saat hatimu sudah dingin!" ucap Tuan Jordan sebelum meninggalkan Sandra sendiri.


Karena menurutya ia tidak akan mendapatkan apa-apa jika terus melanjutkan perdebatan ini saat Sandra masih dilandah emosi. Lebih baik ia memberikan waktu kepada wanita itu untuk bisa berfikir jernih.


"Kembalikan barang-barangku. Kau tidak berhak menyita ponselku!" ujar Sandra sebelum Tuan Jordan benar-benar pergi dari sana.


"Sebentar lagi John yang akan mengantarkan-nya padamu!" jawab Tuan Jordan kemudian melangkah keluar.


Sementara di kediaman Ramiro Sari sedang mondar mandir cemas merutuki kecerobohannya sendiri karena telah menghilangkan foto milik Bening.


"Jatuh di mana sih fotonya? Aku sudah mencarinya ke mana-mana tapi tidak ketemu juga. Bagaimana aku bisa menjelaskannya kepada Nona Bening?!" Sari semakin meremas tangannya.


"Tadi sebelum aku masuk kamar aku membersihkan ruang tamu dan ruang keluarga dulu, apa mungkin fotonya terjatuh di sana? Sebaiknya aku segera mencarinya ke sana sekarang!" 


Sari pun bergegas menuju ruang keluarga dan juga ruang tamu. Gadis itu menunduk dan berjongkok menyusuri semua lantai. Dan mengorek setiap cela dan kolong meja kursi. Namun tetap saja hasilnya nihil, tidak ada apa-apa di sana.


"Semua tempat sudah aku cari tapi tetap saja tidak ada. Aku harus mencarinya ke mana lagi?!" monolognya.


"Sari kau sedang apa?!" Tubuh gadis itu berjingkat kaget saat salah seorang temannya menepuk bahunya.


"Mbak Ina, ngagetin aja!" ujar Sari sembari mengusap dadanya.


"Kamu ngapain malam-malam bengong di sini?!"


"Ehm ... a-aku lagi nungguin Nona Bening!" bohong Sari.


"Emangnya kamu nggak tahu kalo Tuan muda dan Nona malam ini tidak pulang?!"


"Jadi mereka menginap?!"


"Iya, besok sore baru kembali!"


"Aduh aku tidak tahu berita itu. Hah, bodohnya diriku. Kalo nggak ada mbak Ina yang ngasih tahu mungkin aku sudah nungguin Nona sampai pagi. Makasih ya mbak!"


"Iya, mending sekarang kamu masuk kamar, istirahat sudah malam. Besok kita masih harus kerja loh!"


"Ya udah mbak, ayo masuk!"


*****


Waktu bergulir dengan begitu cepat, sudah tiga hari sejak kembalinya Bening dari Bogor ia sama sekali belum bertemu dengan Sari. Kepala pelayan bilang Sari tengah mengambil jatah liburnya untuk menjenguk keluarganya yang berada di kampung.


"Jadi kapan Sari kembali Bi Fatma?!" tanya Bening saat dia baru saja ia menyelesaikan sarapannya.


"Harusnya siang ini Nona!" jawab Fatma sopan.


"Huh, aku sudah tidak sabar bertemu dengan Sari dan bercerita bagaimana serunya liburanku kemarin!"


"Sabar sedikit Nona. Nanti juga Sari kembali!"


"Iya Bi Fatma!"


"Opa juga beberapa hari ini tidak kelihatan ada di rumah. Memangnya Opa pergi ke mana Bi?!"


"Tuan sepuh pergi ke Singapura untuk cek jantung, Nona!"


"Apa Opa sakit?!"


"Tidak Nona, tapi memang itu pengecekan rutin yang harus dilakukan Tuan sepuh setiap 6 bulan sekali!"


'Orang kaya mau ngecek jantung aja jauh-jauh ke Singapura, padahal di Indonesia juga banyak rumah sakit bagus. Sultan mah bebas!'


Tepat pukul 10 pagi Bening dikejutkan dengan kedatangan Grace dan beberapa orang lainnya. Salah satu dari mereka ada yang dapat Bening kenali sebagai seorang dokter. Bahkan dokter itu pula yang beberapa kali melakukan pemeriksaan kepadanya.


"Permisi Nona Bening, silahkan masuk ke dalam kamar karena dokter Rita akan memeriksa anda sekarang juga!" ucap Grace tanpa basa-basi.


"Periksa? Tapi untuk apa? Aku merasa baik-baik saja. Aku tidak sakit!" jawab Bening apa adanya.


"Lakukan saja perintah saya Nona, jangan banyak bertanya karena waktu kita tidak banyak!" desis perempuan berambut cepak itu.


Karena tidak ingin mencari masalah Bening pun memilih mengalah dan mengikuti perintah Grace untuk segera pergi ke kamarnya. Percuma juga membantah yang ada dia sendiri yang susah nantinya, karena apapun yang dikatakan Grace pasti atas perintah sang Nyonya penguasa. 


"Dokter Rita lakukan tugas anda sekarang dengan baik. Waktu kita tidak banyak!" ucap Grace setelah Bening merebahkan dirinya di atas ranjang.


'Ya Tuhan, mau diapakan lagi aku ini?!'


Apa yang Grace lakukan pada Bening saat ini terkesan sangat tergesa-gesa karena ia tidak mau ada yang mengetahui rencananya ini. Sengaja ia datang di saat Bening berada di rumah ini sendirian.


*****


"Sari ...!" tegur Bening saat tak sengaja berpapasan dengan gadis itu di lorong menuju dapur.


"Nona ...!"


"Sari kapan kau kembali? Aku sangat merindukanmu!" ujar Bening seraya menghamburkan pelukannya kepada sahabatnya itu.


"Tadi siang Nona, tadi Nona sedang beristirahat jadi saya tidak mau mengganggu Nona. Saya juga sangat merindukan Nona!" Sari pun membalas pelukan Bening.


"Nona mau ke mana?!" tanya Sari kemudian.


"Aku ingin minum teh, jadi aku mau pergi ke dapur untuk membuatnya!"


"Kenapa harus repot-repot pergi ke dapur Nona? Sudah ada banyak pelayan yang bisa anda suruh!"


"Tapi aku tidak mau manja Sari. Aku ingin membuat teh ku sendiri," jawab Bening.


"Baiklah biar saya saja yang membuatkannya untuk anda."


"Oke baiklah, tapi jangan terlalu manis ya!"


"Siap Nona!"


Setelah menunggu 12 menit akhirnya teh yang dibuat Sari datang juga.


"Hati-hati Nona masih sangat panas!" ucap Sari mengingatkan.


"Tentu saja," jawab Bening dengan antusias


Karena tidak berhati-hati Bening pun tidak sengaja menumpahkan teh yang masih mengepulkan asap panas itu ke tangan Sari.


"Aww ... panas!" jerit Sari.


Bening yang panik pun refleks mengangkat tangannya sehingga cangkir berisi sisa teh panas tadi jatuh ke lantai dan mengenai kaki Sari. Hingga membuat tangan dan kaki Sari melepuh.


"Bening! Apa yang kau lakukan?!"


Plakk-


Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Bening secara tiba-tiba.


Namun yang membuat Bening lebih shock lagi adalah orang yang melakukan itu ternyata-


"Papi ...!" 


Ya, pria itu adalah Tuan Jordan. Pria itu berdiri dengan wajah memerah menahan amarah.

0 Comments