Bab. 47
Tidak bisa berenang.
Tubuh Bening terasa remuk redam setelah apa yang dilakukan sang suami kepadanya tadi malam. Rasanya ia tidak sanggup hanya untuk sekedar berjalan. Namun dorongan hasrat ingin buang air kecil membuatnya memaksakan diri untuk turun dari ranjang walaupun dengan tertatih.
Perlahan Bening menyingkirkan lengan tangan sang suami yang berada di atas perutnya. Ia lakukan itu dengan sangat pelan dan penuh kesabaran agar tidak membangunkan pria itu dari tidur lelapnya.
"Aww ... sstttt ...!" Bening merasakan ngilu di bagian bawah tubuhnya.
'Pria itu benar-benar seperti kuda jantan liar. Tubuhku sampai remuk seperti ini,' gerutu Bening dalam hati.
Gadis itu melilitkan selimut di tubuhnya sebelum beranjak dari ranjang. Ia berjalan tertatih menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Bening melemparkan selimut yang membalut tubuhnya ke atas lantai begitu saja.
Ia kemudian mengisi bathtub dengan air hangat dan juga menuangkan sabun aroma terapi ke dalamnya. Sebagai relaksasi tubuhnya untuk menghilangkan pegal-pegal dan menyegarkan pikiran.
Sudah 25 menit lamanya Bening berendam hingga membuat air yang berada di dalam buthtub dingin dan busanya menghilang karena telah habis. Sehingga menampakkan lekuk tubuhnya.
Bersamaan dengan itu terdengar suara pintu terbuka yang menampilkan wajah bantal Arga karena tadi Bening lupa mengunci pintunya.
Bening pun refleks menutupi tubuhnya dengan kedua tangan.
"Percuma ditutupi aku sudah melihat semuanya. Bahkan aku juga yang telah menikmatinya," cibir Arga sembari melangkah menuju closet.
Bening segera meraih bathrobe yang terletak tak jauh darinya saat melihat sang suami berdiri membelakangi dirinya. Dan cepat-cepat keluar dari kamar mandi.
Tok ... tok ... tok!
"Masuk ...!"
"Permisi Nona, kami mengantar sarapan anda dan Tuan muda," ujar kepala pelayan kepada Bening.
"Tapi aku tidak-"
"Maaf Nona, Tuan muda yang telah memintanya tadi," jawab kepala pelayan tersebut.
"Baiklah letakkan di meja!"
"Baik Nona," jawabnya sopan sembari sedikit menundukkan badannya. Kemudian ia beralih pada pelayan yang mendorong troli makanan. "Pindahkan semua makanannya ke atas meja!"
"Apa ada lagi yang anda butuhkan, Nona?"
"Tidak terima kasih!"
"Kalau begitu kami permisi dulu."
Setelah kepergian para pelayan tadi, Bening tampak fokus menatap makanan yang terlihat menggiurkan di lidahnya itu, karena ia sudah merasa sangat kelaparan. Hingga tak menyadari keberadaan suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Makanlah dulu jika kau sudah merasa lapar!" Suara Arga menginterupsi pendengarannya.
"Kau tidak makan?"
"Nanti saja!"
"Baiklah aku akan makan duluan!"
Bening segera duduk dan mengambil makanan yang ingin dinikmatinya. Gadis itu begitu lahap mengunyah roti lapis yang ada di tangannya akibat rasa lapar yang ia rasakan sedari tadi.
Arga yang memperhatikan Bening dari atas ranjang, merasa ikut kenyang hanya dengan melihat cara gadis itu makan.
"Sudah berapa tahun kau tidak makan. Apa makanannya memang seenak itu?" ledek Arga.
"Aku kelaparan Tuan muda. Jadi diamlah jangan ganggu acara makan ku!" jawab Bening dengan mulut penuh makanan.
"Cih, dasar orang kampung. Baru bertemu roti saja makannya sampai seperti itu," ejeknya lagi. Namun Bening tidak ambil hati dengan perkataan suaminya itu. Anggap saja hanya angin lewat.
Sudah satu jam berlalu sejak Bening menghabiskan makanannya tapi suaminya itu masih betah berada di dalam kamar. Dan itu membuat Bening merasa tidak nyaman. Ia seperti terjebak di dalam kandang singa. Hingga membuat gadis itu menggerutuh dalam hati.
'Kenapa pria itu masih betah di kamar sih. Bukankah biasanya dia pergi ke kantor. Ini bukan hari minggu 'kan?'
"Ganti pakaianmu!" titah Arga tiba-tiba sehingga membuyarkan lamunan Bening.
Karena tidak mengerti dengan maksud ucapan suaminya. Bening pun hanya bengong dan sesekali memperhatikan penampilannya. Apakah ada yang salah dengan cara berpakaiannya? Begitu pikirnya.
"Kenapa kau malah bengong seperti kerbau bodoh begitu?!"
"Apa?!"
"Ganti pakaian mu. Kita akan berenang!"
"Apa?!"
"Apa kau tidak punya telinga? Cepat ganti pakaianmu atau kau akan tahu sendiri akibatnya!" ancam Arga sehingga membuat Bening langsung berlari menuju walk in closet.
Gadis itu mondar mandir karena bingung memilih baju apa yang akan ia gunakan untuk berenang nanti. Hingga suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya.
"Mau sampai berapa lama lagi kau akan terus memandangai baju-baju itu? Cepat ganti bajumu dan jangan membuatku menunggu terlalu lama!" gertak Arga penuh emosi melihat sikap lelet Bening.
"Ta-tapi aku tidak tahu, baju seperti apa yang harus aku pakai ketika berenang," ungkap Bening sembari melihat berbagai jenis pakaian renang yang masih tertata rapi di tempatnya.
Karena tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Arga pun meraih satu buah bikini dengan model two piece berwarna merah menyala.
Bola mata Bening nyaris loncat keluar saat melihat pakaian yang telah dipilih oleh suaminya itu.
"Pakai ini!" titah Arga sembari menyodorkan bikini di tangannya kepada Bening.
"Ta-tapi ...!" Bening tampak ragu-ragu menerima bikini dari suaminya itu. Tubuhnya seakan lemas karena seumur hidupnya ia belum pernah memakai pakaian seperti itu.
"Tunggu apa lagi! Atau kau ingin aku yang memakaikan bikini ini padamu?!"
"Tidak ...!" Bening pun segera menyambar pakaian yang disodorkan suaminya tadi, dan segera berlari ke kamar mandi. Karena tidak mungkin baginya untuk berganti pakaian di dalam sana saat ada suaminya.
Beberapa menit kemudian, Bening pun keluar dengan sudah memakai bikini yang telah dipilihkan Arga tadi, tapi masih tertutup bathrobe yang dipakainya.
Namun, Bening sudah tidak mendapati siapapun berada di kamarnya. Mungkin suaminya itu sudah pergi menuju kolam renang lebih dulu.
"Selamat siang Nona," sapa Sari saat baru saja Bening keluar dari kamar.
"Selamat siang Sari, apa kau melihat suamiku?!"
"Tuan muda sudah menunggu anda di kolam renang yang ada di atas rooftop, Nona. Silahkan anda ke sana!"
Kolam renang yang terletak di atas rooftop adalah kolam renang yang lebih privat karena tidak bisa diakses oleh sembarangan orang kecuali keluarga Ramiro sendiri. Letaknya tepat bersebelahan dengan landasan parkir helikopter yang juga ada di atas rumah ini.
Dari arah Bening berjalan. Gadis itu sudah bisa melihat suaminya itu berenang dari ujung ke ujung dengan lincahnya.
Dengan takut-takut, perlahan Bening melangkah mendekat ke arah kolam renang.
"Kenapa kau masih berdiri di situ?! Ayo kemarilah!" teriak Arga dari dalam kolam renang.
Mendengar perintah dari suaminya tersebut membuatnya panik hingga susah menelan ludahnya sendiri.
'Apa, berenang? Apakah suaminya itu sedang becanda!'
Karena dipikiran Bening tadi ia mengirah hanya akan menemani suaminya itu berenang tanpa harus masuk ke dalam air. Tapi ternyata perkiraannya salah. Ia harus bagaimana sekarang?
Bening tersentak dari lamunan-nya saat tiba-tiba ada yang mengangkat tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan? Cepat turunkan aku!" teriak Bening.
Gadis itu merontah sekuat tenaga agar bisa lepas dari gendongan suaminya. Namun, Arga seolah tidak terganggu dengan tingkah gadis itu karena langkahnya tetap berjalan menuju kolam renang.
"Tolong lepaskan, aku tidak mau!"
Byurr-
Arga pun melempar tubuh Bening ke dalam kolam renang. Kemudian tertawa puas melihat Bening masuk ke dalam air.
"Ha ... ha ... ha ...! Bagaimana Bening. Airnya segar kan?!" teriaknya dari tepi kolam renang.
"Tolong ... tolong ...! Aku tidak bisa berenang!"
Usaha Bening untuk bisa keluar dari dalam air berujung sia-sia karena gadis itu memang tidak bisa berenang. Hingga ia pun menyerah saat tubuhnya semakin tenggelam dari permukaan.
Tawa Arga seketika berhenti saat melihat tubuh sang istri tertelan di dalam air. Badan gadis itu tenggelam dengan perlahan, kemudian disusul oleh kepala dan tangannya. Hingga benar-benar tak terlihat lagi.
0 Comments