Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 108-110

 

Bab. 108

Orang itu adala?


Meskipun tidak pernah menampakkan keberadaannya kepada semua orang setelah mengetahui tentang kebenaran antara dirinya dan juga Bening. Arga selalu mengikuti perkembangan berita keluarganya melalui orang kepercayaannya termasuk mengetahui tragedi penculikan Bening saat ini.


Dan hal itulah yang membuat Arga berada di tempat ini sekarang. Berdiri beberapa meter dari pondok tempat penyekapan Bening dan juga Ibunya. Mata elang Arga terlihat fokus menatap tajam sekitar areal pondok sebelum ia melakukan sesuatu untuk membebaskan perempuan yang masih terikat pernikahan dengannya itu.


Perlahan namun pasti Arga bergerak semakin mendekat ke arah dua orang pria berbadan besar yang telah ditugaskan untuk menjaga tempat itu. Dan-


Bugh ... bugh!


"Bangsat ... siapa kau?!" pekik salah satu dari mereka karena mendapat serangan mendadak dari Arga.


Tanpa banyak bicara Arga segera melumpuhkan kedua orang tersebut dengan sangat mudah mengingat keahlian ilmu beladiri yang dimiliki pria tersebut.


Brakk!


Arga menendang pintu kayu dengan sangat kencang hingga membuat pintu tersebut hancur dan terbuka. Bening dan Sandra yang berada di dalam pondok tersebut merasa terkejut dengan kedatangan Arga. Tak terkecuali Bening yang terlihat begitu bahagia dengan kedatangan suaminya sehingga ia langsung berlari dan berhambur ke dalam pelukan Arga. Namun masih direspon dingin oleh pria itu, bahkan Arga sama sekali tidak membalas pelukan Bening. Karena sebenarnya ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa gadis yang dicintainya ini ternyata saudara lain Ibu dengannya. Atau yang bisa juga disebut adik tiri.


"Arga aku sangat merindukanmu!" ucap Bening di sela - sela pelukannya.


Bening yang tidak tahu menahu tentang kenyataan bahwa dirinya dan Arga adalah kakak beradik mengernyit heran melihat sikap dingin Arga suaminya. Ia berfikir Arga hanya marah kepadanya seperti biasa. Sehingga ia ingin sekali memberitahu perihal kehamilannya kepada suaminya tersebut untuk mengurangi kemarahan pria itu.


"Ada yang ingin aku bicarakan padamu, suamiku! Aku sedang ha-" Belum sempat Bening menyelesaikan kalimatnya suara Arga terdengar menginterupsi-


"Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini secepatnya!" tukas Arga kemudian beralih memandang Sandra.


"Iya, aku rasa itu ide yang bagus. Karena mereka sepertinya akan kembali ke tempat ini. Baiklah ayo kita pergi!" saut Sandra antusias. Namun sebelum mereka berhasil mencapai pintu untuk meninggalkan tempat penyekapannya tadi suara seseorang yang sangat Sandra kenali begitu mengagetkan mereka bertiga.


"Pergi dari tempat ini? Tidak semuda itu, Sayang! Karena kalian semua sudah pasti akan mati sebelum bisa meninggalkan tempat ini!" ucap wanita itu dingin.


"J U W I T A ...! Apa yang kau lakukan? Jadi selama ini kaulah yang telah menculikku?!" ucap Sandra tidak percaya setelah melihat siapa orang yang telah berdiri tak jauh darinya dengan menodongkan sebuah pistol ke arahnya.


"Hwa ... ha ... ha ... ternyata kau sahabat terbodoh yang pernah aku punya. Ha ... ha ... ha!" tawa Juwita seperti orang gila.


"Ta-tapi kenapa Ta. Kenapa kau lakukan ini kepadaku dan putriku?!" Sandra sudah tidak bisa membendung lagi air matanya. Tersirat rasa kecewa yang teramat dalam dari sorot matanya karena sampai detik ini ia masih tidak menyangka bahwa Juwita lah dalang di balik penculikannya saat ini.


"Kenapa hah? Kau masih bertanya kenapa dengan semua yang sudah kau lakukan padaku!" hardik Juwita keras yang membuat Sandra semakin tidak mengerti dengan maksud sahabatnya itu.


"A-aku benar - benar tidak mengerti dengan apa yang kau maksudkan itu Ta! Aku-"


"Diam kau sabahat laknat. Tidakkah kau menyadari apa yang telah kau lakukan padaku selama ini. Bahkan bertahun - tahun aku harus menahan sakit akibat dari perbuatanmu dulu?!" teriak Juwita kesetanan.


"Apa maksudmu aku sungguh tidak mengerti? Kau adalah sahabat terbaikku. Aku tid-"


"Sahabat terbaik? Sahabat terbaik apa yang menjadikan sahabatnya sendiri seorang pelacur? Bahkan karena dirimu aku tidak bisa hidup normal seperti wanita kebanyakan karena sudah terjerumus ke dalam lembah hitam!" pekik Juwita dengan suara tertahan.


"Tapi bagimana mungkin kau menyalahkan aku atas semua yang terjadi dalam hidupmu. Bukankah kau menjadi wanita penghibur atas kemauanmu sendiri!" balas Sandra tidak mengerti kenapa tiba - tiba sahabat terbaiknya itu menuduhnya yang tidak - tidak.


"Kemauanku sendiri?! Apa kau tidak ingat malam itu? Malam di mana kau memaksaku untuk ikut menemanimu ke sebuah kelab malam. Di malam itulah aku kehilangan kehormatanku untuk pertama kalinya. Di mana kau saat itu? Saat aku dilecehkan oleh 3 orang pria yang tidak bertanggung jawab. Bahkan mereka juga telah mengambil foto fulgarku untuk mengancamku agar aku tidak melaporkan perbuatan mereka ke kantor polisi. Bahkan setelah malam itu mereka juga memaksaku untuk memberi kepuasan kepada mereka secara bergantian sebelum mereka benar - benar menjualku kepada seorang mucikari. Kau pikir apa yang bisa dilakukan oleh gadis lemah dan miskin sepertiku? Kau tahu Sandra, itulah awal kehidupannyaku yang seperti ada di dalam neraka. Seandainya malam itu kau tidak meninggalkan aku, seandainya malam itu kau tidak memaksaku untuk mendatangi tempat terkutuk itu. Pasti kehidupanku tidak akan sesuram ini. Aku pasti bisa menikah dengan pria yang ku cintai. Memiliki anak dan hidup normal seperti kebanyakan wanita di luar sana. Aku sungguh sangat membencimu Sandra! Karena kau aku kehilangan banyak dalam hidupku. Aku ingin membunuhmu dengan tanganku sendiri agar dendam dan rasa sakit hatiku bisa berbayarkan!" murka Juwita meluapkan segala rasa sakitnya yang sudah ia pendam selama bertahun - tahun.


Pengakuan Juwita yang tidak pernah Sandra duga sebelumnya membuat Sandra sangat shock. Ia benar - benar tidak menyangkah sahabat terbaiknya memiliki kisah sekelam itu. Apalagi dirinya juga turut andil meskipun tanpa ia sadari.


"Maafkan aku Wita ... tolong maafkan aku karena sungguh aku tidak pernah tahu tentang hal itu. Karena aku-  hiks ... hiks ... hiks!" Sandra tak kuasa menahan tangisnya karena di malam itu juga Sandra telah diculik oleh Tuan Jordan sehingga kehilangan kesuciannya.


"Kalau memang dengan membunuhku kau bisa melupakan rasa sakitmu. Aku bersedia ... ayo tembak aku!" pekik Sandra dengan berdiri tepat di depan Juwita yang sudah menodongkan pistolnya.


"Tidakkkkkkkkkkk ...!" teriak Bening yang tidak ingin terjadi sesuatu kepada wanita yang telah melahirkannya. Hingga gadis itu berlari ke hadapan sang Ibu dan menggunakan tubuhnya sebagai tameng agar Juwita tidak bisa menyakiti Ibunya.


"Mami ... Bening mohon jangan sakiti Ibu. Biar Bening yang menanggung semuanya. Bening Ikhlas!" hibah Bening dengan air mata yang mengucur deras di pipinya.


"Minggir kau Bening. Atau aku akan menembak kalian berdua sekarang! Lagipula percuma saja kau hidup di dunia ini. Wanita seperti apa yang menikah dengan kakaknya sendiri! cibir Juwita sembari melirik ke arah Arga berdiri. Pria itu masih tampak diam di tempatnya tanpa melakukan apapun.


"Kakak? Menikah? Siapa maksud Mami?!" balas Bening tak mengerti bahkan kini ia mengalihkan pandangannya secara bergantian kepada Ibu dan suaminya untuk mencari jawaban. "Ibu ... Arga, apa maksudnya semua ini?!"


"Hwa ... ha ... ha ... ternyata kau adalah gadis yang sangat bodoh Bening. Baiklah, aku akan berbaik hati mengatakan padamu bahwa-"


"Juwita ...!" potong Sandra keras. Wanita itu tampak menggeleng ke arah sahabatnya Juwita. Namun tidak dihiraukan oleh Juwita.


"Bening, kau dan Arga adalah saudara seayah namun beda Ibu karena wanita yang kau sebut Ibu adalah simpanan Jordan!" ucap Juwita lancang hingga membuat tubuh Bening bergetar kaget dengan fakta yang baru saja ia dengar tersebut.


"Ja-jadi Pa-papi Jordan?!"


"Iya, dia Ayah kandungmu!"


"Ti-tidak! Tidak mungkin!" Bening menggeleng keras menolak kenyataan.


"Jika kau tidak percaya padaku kau bisa menanyakannya langsung kepada wanita yang kau sebut Ibu itu!"


"Bu ...!" lirih Bening setelah mengalihkan pandangannya kepada wanita yang tengah menangis dengan kepala tertunduk itu.


Sementara di luar pondok pasukan penyelamat yang dibawa Tuan Jordan sudah siap menyerang masuk ke dalam pondok setelah orang - orang tersebut berhasil melumpuhkan para penjahat yang telah disewa oleh Juwita dan juga Sanders. Bahkan Sanders harus mengalami luka  tembak di sebelah kakinya oleh Tuan Jordan saat berusaha untuk kabur. 


"Sudah ku bilang padamu Sanders, tidak mudah berurusan dengan seorang Ramiro. Tapi kau mengabaikan peringatanku itu. Dan sekarang terima saja hukuman yang akan aku berikan kepadamu karena kau sudah berani menyentuh putri dan wanita yang aku cintai!" ucap Tuan Jordan dingin bahkan saat ini pria itu tengah menodongkan senjata laras panjang tepat di pelipis pria yang sedang berlutut di hadapannya itu.


"Jangan pikir aku takut denganmu Jordan! Bahkan kau adalah lelaki yang paling bodoh di dunia ini karena tidak bisa mengenali siapa sebenarnya musuhmu selama ini. Ha ... ha ... ha!" 


Sanders tampak menikmati hinaannya kepada Jordan hingga membuat pria itu naik pitam dan siap menarik pelatuk dari senjata yang telah dipegangnya saat ini seandainya saja ia tidak mendengar bunyi letusan peluruh yang berasal dari dalam pondok.


Bab. 109

Kritis.


Bening mengerjabkan matanya perlahan dengan rasa sakit yang teramat di kepalanya. Gadis itu berusaha memulihkan kesadarannya sehingga ia bisa mengenali keadaan sekitar ditambah dengan bau obat - obatan yang sangat khas.


Ya, gadis itu sedang berada di ranjang pasien sebuah rumah sakit setelah mengalami insiden beberapa waktu yang lalu. 


"Arga! Di mana Arga!" pekiknya histeris setelah berhasil mengumpulkan 100% kesadarannya.


"Bening tenang Nak!" ucap Sandra yang ternyata berada tak jauh dari ranjang pasien.


"Ibu! Mana suami Bening Bu? Bening harus segera mencarinya. Bening tidak mau terjadi apa - apa padanya!" tukas Bening setelah beranjak bangun dan berusaha melepasakan selang infus yang terpasang di tangannya.


"Sabar sayang sabar. Tolong jangan seperti ini, kasihanilah bayi yang ada di dalam kandunganmu!" ucap Sandra menenangkan dengan mendekap erat tubuh sang putri. Karena Bening terus saja merontah ingin turun dari ranjang.


Setelah mendengar Sandra menyebut bayi yang ada di dalam kandungannya, Bening pun menjadi diam dan lebih tenang. Namun air mata tak menyurut keluar dari sudut matanya.


"Bagaimana keadaannya Bu?!" lirih Bening setelah ia merasa tenang.


Sandra tampak menghela nafasnya panjang sebelum menjawab pertanyaan dari putrinya. "Arga masih kritis Sayang. Setelah dokter berhasil melakukan operasi untuk mengeluarkan peluru dari tubuhnya. Dan sekarang Arga masih menunggu untuk melakukan operasi kedua."


"Apa?! Hiks ... hiks ... hiks ... tidak mungkin! Tolong bawa Bening menemui Arga Bu. Bening mohon!" ucapnya kepada sang Ibu dengan sorot mata penuh permohonan.


"Baiklah kita akan ke sana tapi dengan sarat kau harus tenang demi dirimu dan juga anak yang ada di dalam kandungamu!" Bening pun mengangguk lemah menerima persyaratan dari Ibunya itu.


Kemudian Sandra keluar untuk mengambil kursi roda agar bisa membawa Bening menemui suaminya.


Beberapa waktu yang lalu saat Juwita kesetanan karena kalah beradu mulut dengan Sandra. Ia sengaja ingin menembak Sandra namun segera digagalkan oleh Arga dengan cara menjadikan tubuhnya tameng untuk melindungi Sandra dan Bening sehingga Arga lah yang menjadi korban penembakan tersebut. 


Sehingga di sinilah Arga berada sekarang, tergeletak tak berdaya di atas ranjang rumah sakit menunggu untuk menjalani operasi kedua dengan keadaan kritis karena kehilangan begitu banyak darah.


Di depan ruang ICU keluarga Ramiro sedang berkumpul untuk mendoakan keselamatan Arga. Wajah semua orang tampak tegang dan cemas menunggu kabar terbaru tentang perkembangan kondisi Arga dari dokter yang tengah merawatnya.


Ceklek-


Pandangan semua orang sontak tertujuh ke arah ruang ICU saat terdengar pintu terbuka dengan diiringi kemunculan tim medis yang bertugas untuk menangani kondisi Arga. Nyonya Diana, Tuan Jordan dan juga Tuan Syarief langsung berhambur menuju ke arah dokter tersebut dengan melayangkan sebuah pertanyaan. Tak terkecuali juga dengan Raka yang sedari tadi memang berdiri tidak jauh dari tempat itu.


"Bagaimana keadaan putraku, Dokter?!" tanya Nyonya Diana dengan suara sengau karena tidak bisa berhenti menangis sejak tadi.


"Iya bagaimana keadaan Arga sekarang, Dokter?!" timpal Tuan Jordan.


"Bagaimana kondisi cucuku Dokter?!" Kali ini Tuan sepuhlah yang ikut bersuara.


Dokter yang mendapat serangan pertanyaan dari keluarga pasien pun tidak langsung menjawabnya. Dokter senior itu terlihat menundukkan kepalanya dalam sebelum berkata- "Maaf, kondisi Tuan muda masih sama. Bahkan diperparah karena beberapa waktu lalu mengalami kejang - kejang sehingga kita harus melakukan tindakan operasi lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi tapi-" Dokter tersebut tidak bisa melanjutkan kata - katanya sehingga membuat Tuan Jordan geram dan lansung menarik kerah jas dokternya dengan kedua tangannya karena merasa tidak sabar.


"Jadi tunggu apalagi Dokter? Tugasmu di sini untuk menyelamatkan putraku?!" desis Tuan Jordan sarat akan kemarahan karena menganggap dokter di depannya ini terlalu bertele - tele.


"Jordan kendalikan dirimu!" tegur Tuan Syarief agar putranya itu bisa mengendalikan dirinya.


"Maaf Tuan, saat ini kita kekurangan darah yang sesuai dengan golongan darah Tuan muda karena golongan darah yang Tuan muda punya tergolong langkah," jawab dokter tersebut menjelaskan.


"Ambil saja darahku. Arga putraku jadi sudah tentu kami memiliki golongan darah yang sama!" saut Tuan Jordan dan langsung diangguki oleh semua orang.


"Baiklah silahkan ikut kami untuk melakukan transfusi darah!" ucap sang dokter. 


"Baiklah, karena lebih cepat lebih baik!" balas Tuan Jordan sebelum mengikuti tim dokter tersebut untuk menuju ruang pemeriksaan.


Setelah kepergian Tuan Jordan dan para tim medis dari arah berlawanan tampak Sandra mendekat dengan mendorong Bening menggunakan kursi roda. Melihat hal itu Raka langsung sigap mendekat dan mengambil alih untuk mendorong kursi roda Bening.


"Biar saya saja Bu!" ucapnya sopan.


"Terima kasih nak Raka!" jawab Sandra.


Raka pun membawa Bening lebih mendekat ke arah keluarganya.


"Bening apa yang kau lakukan di sini, Nak?! Bukankah kau sendiri juga kurang sehat?!" tanya sang Opa.


"Di mana Arga, Opa? Di mana suami Bening?!" tanya Bening dengan raut sedih yang tidak bisa ia sembunyikan dari wajahnya.


"Arga masih di dalam, Nak!"


"Bagimana keadaan suami Bening, Opa?!"


Namun belum sempat Tuan Syarief menjawab pertanyaan Bening terdengar suara Nyonya Diana menginterupsi. "Apa yang kau lakukan di sini jalang? Belum puaskah kau melukai putraku. Lihatlah hanya karena melindungi jalang sepertimu dan juga putrimu putraku jadi tergolek kritis di dalam kamar ICU!" maki Nyonya Diana. Kemudian-


Plakk-


Suara tamparan keras terdengar di telinga semua orang yang berada di tempat tersebut dan Nyonya Diana lah pelakunya. Dia telah menampar Sandra dengan sangat keras sehingga wajah Sandra terlempar ke samping dan menimbulkan rasa sakit dan panas di pipinya. Namun Sandra tidak bisa berbuat apa - apa selain menangis karena ia sadar telah bersalah.


"Diana apa yang kau lakukan?!" hardik Tuan Syarief.


"Ibu ... Mami!" pekik Bening yang juga tidak kalah terkejutnya dengan tindakan tiba - tiba sang Ibu mertua.


Sedangkan Raka hanya bisa melototkan matanya kaget melihat kejadian live di depan matanya tadi.


"Dasar pelakor tidak tahu diri kau. Setelah mencuri suamiku kau masih berani menunjukkan dirimu di depanku!" murka Nyonya Diana sembari menunjuk - nunjuk wajah Sandra.


"Kau salah paham Nyonya Diana yang terhormat, karena aku merasa tidak pernah merebut suamimu, justru suamimu sendirilah yang mengemis cinta kepadaku. Bahkan sampai tega menghancurkan masa depanku! Kau pikir selama ini aku bahagia?!" balas Sandra seraya memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang diberikan Nyonya Diana tadi. 


Sandra akhirnya melawan karena ia tidak tahan selalu disudutkan apalagi di depan mata putrinya sendiri. Ia semakin gerah atas segala tuduhan wanita di depannya saat ini karena Sandra merasa tidak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkan wanita tersebut.


"Jangan pernah mengelak-"


"Maaf permisi apa di sini ada yang memiliki golongan darah AB negetif? Karena Tuan muda sangat membutuhkannya saat ini!" sela seorang perawat yang tiba - tiba saja datang dengan nafas terengah.


"Bukankah putraku sudah berada di dalam untuk melakukan transfusi darah?!" tanya Tuan sepuh dengan mengernyit bingung.


"Darah Tuan besar tidak cocok dengan darah Tuan muda. Jadi kita harus secepatnya mencari pendonor yang lain!" jawab perawat tersebut.


"Apa! Tapi bagaimana mungkin?!" pekik Tuan sepuh heran.


Seketika aura mencekam menguar di tempat keluarga Ramiro berkumpul. Dengan Nyonya Diana yang menengang di tempatnya dengan wajah pias. Dan Tuan sepuh pun langsung menyalangkan tatapannya ke arah menantunya tersebut.


"Diana bisakah kau jelaskan tentang masalah ini?!" desis Tuan Syarief yang membuat semua orang ikut mengalihkan pandangannya kepada wanita yang kini tengah berdiri dengan gemetar itu. Hingga membuatnya terbata dalam menjawab pertanyaan mertuanya tersebut.


"Pa-papa, Diana bisa menjelaskan mas-"


"Maaf Tuan, bagaimana? Apa ada di antara kalian yang memiliki golongan darah seperti yang saya sebutkan tadi?! Waktu kita tidak banyak!" ucap sang perawat menyela ucapan Diana. Semua orang tampak menggeleng karena tidak ada satupun dari mereka yang memiliki golongan darah yang sama dengan Arga. Termasuk Ibu kandungnya sendiri Diana.


"Ya Tuhan bagaimana ini? Arga! Hiks ... hiks ...!" Bening tampak menangis mendengar bahwa tidak ada darah yang cocok untuk membantu kesembuhan suaminya. Melihat hal tersebut membuat Sandra beranjak mendekati putrinya dan berusaha menenangkannya.


"Tenang Sayang, semua pasti ada jalan keluarnya!" tutur Sandra membesarkan hati sang putri. Wanita itu terlihat mengusap lembut bahu putrinya.


"Aku perintahkan kepada kalian semua untuk mencari pendonor darah kepada cucuku bagaimana pun caranya!" titah Tuan Syarief kepada semua tenaga medis yang ada di sana. Sehingga membuat mereka semua kelabakan sendiri. Sebelum pria itu menghempaskan tubuhnya ke atas kursi tunggu yang berada di belakangnya. Tiba - tiba tubuhnya melemas tak bisa berfikir apa - apa.


Sementara di sudut lain Tuan Jordan tampak berjalan mendekat ke arah mereka berada dengan sorot mata setajam elang. Namun hanya terfokus pada satu titik yaitu Nyonya Diana. Mendapat tatapan seperti itu dari suaminya membuat Nyonya Diana kesusahan untuk menelan ludahnya sendiri.


"Kau berhutang penjelasan kepadaku, Diana! Tapi kita akan bicara setelah Arga berhasil dioperasi!" desis Tuan Jordan setelah berada tepat di depan Nyonya Diana.


Bab. 110

Tes DNA.


Seseorang tampak mengancingkan kembali lengan kemejanya setelah berhasil melakukan donor darah kepada salah satu pasien yang berada di ruang ICU. Dia berencana akan segera pergi dari rumah sakit ini setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya setelah melakukan transfusi darah tadi.


"Apa anda sudah merasa lebih baik? Jika tidak anda bisa melanjutkan istirahat anda di sini?!" ucap salah seorang perawat.


"Tidak suster terima kasih. Saya sudah merasa lebih baik sekarang!" jawab pria tersebut.


"Baiklah kalo Bapak merasa demikian."


"Saya permisi dulu suster, terima kasih!"


"Terima kasih kembali Pak Adam!"


Adam pun bergegas keluar dan menuju pelataran rumah sakit di mana mobilnya terparkir. Namun suara orang di belakangnya membuat ia terpaksa harus menghentikan langkahnya.


"Bang Adam ...!" Merasa namanya dipanggil, Adam pun segera membalikkan badannya ke arah sumber suara.


"Sandra?!"


"Bang Adam di rumah sakit ini juga? Sedang apa? Apa Bang Adam sakit atau berniat mengunjungi seseorang?!" tanya Sandra beruntun.


Saat akan membuka mulutnya Sandra kembali menyela. "Jangan dijawab dulu. Kita cari tempat yang nyaman untuk bicara," sambungnya.


Adam pun menurut dan mengikuti Sandra menuju taman rumah sakit dan duduk di salah satu bangku yang berada di sana.


"Sebelum Abang menjawab pertanyaanmu tadi. Abang juga ingin bertanya kepadamu kenapa kau ada di rumah sakit ini?! Bahkan kau juga tidak pulang ke rumah beberapa hari ini sampai orang tua kita bingung mencarimu?!" tanya Adam membuka obrolan setelah mereka berdua sudah salin duduk bersisian di bangku taman yang ada di rumah sakit ini.


"Emm ... Sandra akan menceritakan yang sebenarnya kepada Abang tapi tolong jangan ceritakan masalah ini kepada Papa dan Mama dulu. Aku nggak mau bikin mereka kepikiran," jawab Sandra.


"Baiklah ceritakan masalahmu kepadaku Sandra. Abang ingin kembali menjadi teman curhatmu seperti dulu!"


"Sebenarnya aku sudah bertemu dengan putriku Bang. Dan dia sekarang ada di rumah sakit ini. Makanya aku berada di sini untuk menjaganya."


"Apa! Jadi keponakan Abang sudah ketemu tapi kenapa tidak langsung kau ajak pulang ke rumah saja. Papa dan Mama pasti akan sangat senang melihat cucu pertama mereka!"


"Kami kemarin ada sedikit insiden Bang. Sehingga membuat Bening harus dirawat di rumah sakit ini karena kondisi kandungannya yang lemah!"


"Tunggu - tunggu, jadi nama putrimu Bening dan dia sekarang sedang mengandung? Apakah dia sudah menikah?!"


"Sudah Bang, aku juga juga baru tahu beberapa waktu yang lalu, pun dengan kehamilannya tersebut. Tapi-" Sandra menjeda ucapannya ia merasa bimbang harus menceritakan masalah ini atau tidak kepada saudara tirinya tersebut. Tentang rumitnya rumah tangga sang putri yang telah menikah dengan kakaknya sendiri.


"Tapi apa San?!" tanya Adam semakin penasaran karean Sandra tak jua melanjutkan ceritanya.


"Masalahnya begitu rumit dan sulit Bang!" Sandra tampak menghela nafasnya dalam.


"Sulit dan rumit bagaimana maksudmu? Tolong bicara yang jelas!" desak Adam.


"Suami Bening adalah putra tunggal dari Jordan Smitt Ramiro!"


Degg-


"Ma-maksudmu Arga?!"


"Iya Bang."


"Lantas apa masalahnya?!"


"Masalahnya adalah mereka saudara seayah Bang. Karena Bening adalah putriku bersama Jordan. Abang ingat tidak dulu waktu Papa mengusirku dari rumah karena kedapatan hamil di luar nikah?!"


"Iya ...!"


"Jordanlah pelakunya Bang. Dia adalah pria yang sudah memperkosa aku. Aku sengaja menghilang dan tidak meminta pertanggung jawaban dari Jordan karena aku tahu pria itu sudah beristri dan juga telah memiliki anak. Tapi sekarang takdik kembali mempermainkan kehidupan kita. Anak kami saling mencintai dan mereka telah menikah dan akan segera punya anak!"


Jantung Adam seakan diremas dari dalam mendengar cerita yang keluar dari mulut Sandra tadi. Ternyata selama ini mereka telah salah menilai Sandra. Mereka kira Sandra telah salah pergaulan hingga membuat dirinya hamil di luar nikah sampai Papa kandungnya sendiri tega mengusirnya dari rumah. Tapi ternyata Sandra hanya korban perbuatan pria yang tidak bertanggung jawab yaitu pria beristri yang bernama Jordan. Namun Adam segera menepis pikiran itu karena ada hal yang lebih penting yang ingin dia luruskan di sini. Biarlah nanti akan berakhir seperti apa. Yang jelas dia harus membuka suara agar bisa menyelamatkan dua insan yang saling mencintai. Dari kesalapahaman yang pasti akan membuat mereka terpisah.


"Sandra, tadi kau bertanya apa yang sedang Abang lakukan di sini bukan? Maka dari itu Abang ingin berkata jujur kepadamu sebelum semuanya terlambat!"


Mendengar ucapan Adam tadi membuat Sandra mengernyitkan keningnya dalam, dia merasa bingung dan juga tidak mengerti tentang maksud perkataan saudara tirinya tadi.


"Jujur? Jujur masalah apa Bang?!


"Abang pernah cerita kepadamu tentang kesalahan Abang di masa lalu bukan?"


"Iya ...!" jawab Sandra sembari mengangguk pelan.


"Abang sudah mengakui dosa Abang tapi tidak semuanya. Tapi hari ini Abang akan memuntaskan semuanya agar tidak terjadi kesalahan lagi kedepannya. Dan ini semua juga demi Bening!"


Sandra semkin tidak mengerti dengan arah pembicaraan pria yang tengah duduk di sebelahnya ini. Apa maksudnya tadi, demi Bening? Tapi bagaimana bisa jika mereka saja belum pernah bertemu sebelumnya? Begitu pikir Sandra tapi Sandra tetap mendengarkan apa saja yang akan dibicarakan oleh kakak tirinya tersebut.


*****


Di kediaman Ramiro.


Plakk-


Suara tamparan begitu terdengar nyaring di setiap pendengaran semua orang yang telah berada di ruangan ini. Hingga membuat ngilu orang yang telah mendengarnya. Dan ini untuk pertama kalinya Tuan Jordan menampar seorang wanita yang tak lain adalah istrinya sendiri.


"Katakan kepadaku, dengan siapa kau berselingkuh selama ini?!" desis Tuan Jordan dengan sorot mata tajam yang seakan mampu mengiris apapun yang berada di hadapannya.


"A-aku ti-tidak mengerti apa yang kau bicarakan!" elak Nyonya Diana.


"Jadi aku masih juga mau mengelak? Ini buktinya!" hardik Tuan Jordan sembari melempar sebuah amplop putih berlogo rumah sakit milik keluarga Ramiro tepat ke depan muka Diana.


Saat mengetahui darah yang mengalir di tubuhnya tidak cocok dengan darah yang mengalir di tubuh Arga yang selama ini ia anggap sebagai putra kandungnya. Tuan Jordan langsung mengambil tindakan cepat untuk melakukan tes DNA antara Arga dan dirinya. Demi memastikan kebenaran yang selama ini sudah disembunyikan oleh istrinya selama bertahun - tahun lamanya.


Karena tidak sabar ingin mengetahui hasil dari tes DNA tersebut, Tuan Jordan mengultimatum tim dokter agar melakukannya dalam waktu hanya beberapa jam. Kalau tidak maka Tuan Jordan memastikan bahwa karir kedokteran mereka akan terancam.


Sehingga tidak sampai setengah hari hasil tes tersebut sudah berada di tangannya. Dan di sinilah mereka berada sekarang. Berkumpul bersama untuk menguliti kecurangan Diana atas keluarga Ramiro sejak bertahun - tahun yang lalu.


Di dalam ruangan tersebut ada juga Tuan Syarief, Raka dan juga pengacara keluarga mereka. Sehingga mereka telah mempercayakan tim dokter khusus dan beberapa bodyguard untuk menjaga Arga untuk sementara yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Selama mereka menyelesaikan masalah keluarga Ramiro. Keluarga sekelas Ramiro yang mempunyai power besar di mata semua orang ternyata bisa ditipu mentah - mentah oleh salah satu anggota keluarganya sendiri. Bukankah itu berita yang sangat mengejutkan?


"Sekali lagi aku bertanya kepadamu Diana. Siapa Ayah kandung dari Arga?!" hardik Tuan Jordan semakin murka karena Diana masih tetap saja bergeming di tempatnya. 


Bukan hanya Tuan Jordan saja yang saat ini merasa geram. Semua orang di dalam ruangan ini juga merasa marah. Terutama Tuan Syarief yang merasa dibodohi dan ditipu mentah - mentah oleh menantunya itu. Pantas saja selama ini Diana sangat berambisi sekali menjadilan Arga sebagai pewaris tunggal kekayaaan keluarga Ramiro. Bahkan menggunakan berbagai macam cara termasuk dengan membeli Bening dan menikahkan-nya dengan Arga meskipun hanya pernikahan kontrak.


"Cepat katakan!" tanya Tuan Jordan sekali lagi dengan semakin menaikkan nada suaranya menjadi beberapa oktaf. Hingga muncullah dua orang dari balik pintu dan berkata-


"Akulah Ayah kandung Arga!"

0 Comments