Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 106-107

 

Bab. 106

Ternyata kau!


Pagi hari telah tiba, itu terlihat dari cahaya yang menyorot masuk melalui cela-cela jendela kayu dan beberapa ventilasi udara yang ada di pondok ini.


Dua anak manusia yang masih tertidur dengan posisi berpelukan itu perlahan mengerjapkan matanya. Mulutnya terbuka lebar karena menguap sebelum benar-benar memulihkan kesadarannya.


"Ibu ...!" lirihnya dengan senyuman yang mengembang karena Bening masih tidak percaya bahwa saat ini dia tengah tidur dalam pelukan Ibunya.


Bening tampak memandang lekat wajah cantik di usianya yang terbilang tak muda lagi itu dengan perasaan senang sekaligus kagum. Hingga perempuan itu mendaratkan ciumannya ke seluruh wajah sang Ibu yang masih tampak pulas dalam tidurnya.


Karena merasa terganggu dengan tidurnya, Sandra pun mengernyikan keningnya samar, menggerak - gerakkan kelopak matanya sebelum benar - benar membuka matanya lebar.


"Egmm ...!" lengunya pelan seraya mengumpulkan kembali kesadarannya.


"Maaf Bu, Bening ganggu tidur Ibu ya!?!" ucap Bening merasa bersalah karena tindakannya tadi malah membuat tidur Ibunya terganggu.


Wanita cantik itupun beranjak bangun dari tidurnya dan melihat keadaan sekitar. Dia tidak bermimpi, begitu fikirnya.


"Tidak apa-apa Sayang. Kau sama sekali tidak mengganggu Ibu. Memang sudah waktunya untuk Ibu bangun!" jawab lembut Sandra yang membuat hati Bening menghangat. Kata-kata lembut penuh keibuan seperti ini lah yang selama ini ia harapkan, yang nyaris 19 tahun ini belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Hingga membuat gadis itu terharu sampai berkaca - kaca dan langsung berhambur memeluk wanita yang sudah mengandungnya selama 9 bulan ini.


"Makasih Bu makasih, karena sudah sayang sama Bening. Bening sangat menyayangi Ibu!" bisiknya di sela pelukannya kepada sang Ibu.


"Iya Nak, karena mulai saat ini kau hanya akan mendapat kasih sayang dari Ibu. Dan kau tahu, Ibu akan membawamu pada Kakek dan Nenekmu di rumah!"


"Maksud Ibu?!"


"Iya orang tua kandung Ibu sangat ingin bertemu denganmu. Jadi kita harus secepatnya keluar dari tempat ini dulu!"


"Tapi bagaimana caranya kita bisa keluar dari tempat ini, Bu?!"


"Entahlah, tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja. Kita harus memikirkan caranya, Nak!"


"Bening ikut saja Buk. Bening juga tidak mau terlalu lama berada di tempat seperti ini. Lagipula tempat ini juga tidak bagus untuk kesehatan calon anak Bening!"


Degg-


"Ka-kamu hamil Nak?!" tanya Sandra dengan wajah yang menampilkan ekspresi terkejut.


"Iya Bu, ini adalah calon cucu Ibu," jawab Bening sumringa sebelum meraih tangan Ibunya untuk di bawah ke atas perutnya yang masih rata.


'Ya Tuhan, ada apa lagi ini. Kenapa masalahnya menjadi kian pelik seperti ini? Apapun yang terjadi Bening tidak boleh tahu dulu jika dirinya dan Arga bersaudara. Karena hal itu pasti akan membuatnya shock dan akan berakibat fatal kepada janin yang dikandungnya saat ini. Untuk sementara ini biarlah menjadi rahasia dulu dan aku akan mengatakannya nanti kepada Bening secara pelan-pelan agar dia tidak kaget!' ucap Sandra dalam hati.


Bening yang melihat sang Ibu yang sepertinya tidak begitu antusias dengan berita kehamilannya tampak mengernyitkan keningnya heran dan juga sedih. Apakah Ibunya itu belum mau menerima anak yang ada di dalam kandungannya saat ini, mengingat hubungan mereka baru saja membaik tadi malam? Begitu pikirnya.


"Bu, Ibu kenapa? Ibu tidak senang ya Bening hamil?!" lirih gadis itu dengan pancaran kecewa yang terlihat jelas di wajahnya.


Pertanyaan itu sontak membuat Sandra tersadar dari lamunan-nya. "E-enggak sayang mana mungkin Ibu tidak suka dengan calon cucu Ibu sendiri!" jawab Sandra cepat sebelum Bening semakin berpikiran tidak-tidak tentangnya.


"Syukurlah jika memang Ibu juga menerima anak Bening. Bening seneng banget di kelilingi oleh orang-orang baik seperti kalian!" ucap Bening seraya mengembangkan senyumnya.


"Tentu donk Sayang. Sekarang ayo keluar dari tempat ini tapi Ibu akan memastikan dulu keadaan di luar. Tunggu di sini sebentar!" Sandra beranjak berdiri dan berjalan menuju pintu.


Ternyata pintu itu cukup kuat sehingga Sandra tidak mampu mendorongnya meskipun ia sudah mengarahkan seluruh tenaganya. Melihat keadaan itu Bening refleks bangun dari duduknya berniat membantu sang Ibu membuka pintu tersebut.


"Bening kenapa kau ke sini, Nak? Duduklah di sana dan tunggu Ibu dengan tenang!" tutur Sandra saat melihat putrinya mendekat dan ingin membantu dirinya.


"Bening ingin membantu Ibu. Bening tidak mungkin berdiam diri saja melihat Ibu kesusahan seorang diri!" jawab gadis itu.


"Tapi kau sedang hamil, Nak. Tidak boleh melakukan hal yang berat!"


"Bening janji akan baik-baik saja Bu. Percayalah!" ucap Bening meyakinkan.


"Sudah Bening duduklah di sana!"


"Tapi Bu-"


"Bening!"


"Baik Bu!"


Akhirnya Bening menuruti sang Ibu dengan kembali duduk tenang di tempatnya. Sandra yang masih sibuk mencari cela untuk bisa membuka pintu tersebut dibuat kesulitan karena pintu itu benar - benar terkunci dengan sangat rapat. Sama halnya dengan beberapa jendela yang ada di dalam pondok tersebut yang juga tertutup rapat dengan dua kayu besar yang dipasang menyilang.


Samar-samar Sandra bisa mendengarkan percakapan orang yang ada di luar pondok namun tidak terlalu jelas tapi tidak mengapa karena dengan begitu dia tahu bahwa masih ada orang yang berjaga di luar. Hingga Sandra pun nekat untuk berteriak sembari menggedor-gedor pintu. Setidaknya inilah usaha terakhir yang bisa ia lakukan.


Brakk.


Brakk.


Brakk.


"Buka pintunya! Tolong buka pintunya. Keluarkan kami dari sini!" teriak Sandra dengan sangat kencang agar orang yang berada di luar pondok bisa mendengarnya.


"Woyy ... apa kalian tidak mendengarku? Cepat keluarkan kami dari tempat ini!"


Brakk.


Brakk.


Brakk.


Karena dirasa cukup berisik dan sangat mengganggu salah satu dari penculik itupun akhirnya membuka pintu dan menemui Sandra.


Ceklekk ... ceklekk.


"Apa kau tidak bisa diam hah?! Sekali lagi kau teriak seperti itu aku sumpal mulutmu!" ancam pria bertato itu setelah membuka pintunya.


"Kalian cepat lepaskan kami! Atau kalian akan berurusan dengan polisi!" gertak Sandra yang membuat penculik tersebuk tergelak dengan sangat kencang seakan ucapan Sandra tadi hanya sebuah bualan semata untuk membohongi anak kecil.


"Hwa ... ha ... ha ... kau mau lapor polisi? Sebelum mereka datang kau sudah terlebih dulu menjadi mayat. Karena waktu eksekusimu semakin dekat hanya tinggal menunggu bos besar kami datang. Hwa ... ha ... ha ... nikmati saja waktu kalian yang tersisa itu dengan sebaik mungkin sebelum kami mengirim kalian ke neraka!" tukas penculik itu sebelum menutup kembali pintunya, namun dengan cepat dicegah oleh Sandra.


"Tapi setidaknya biarkan putriku bebas. Aku rela kalian bunuh asal kalian memberi jaminan untuk keselamatan putriku. Aku mohon!" ucap Sandra sambil berlutut dan memohon kepada pria berwajah sangar itu.


Mendengar Ibunya memohon sampai berlutut seperti itu hanya demi dirinya membuat Bening tak kuasa untuk menahan tangisnya. Gadis itu berlari ke arah sang Ibu dan segera memeluknya. "Ibu, apa yang Ibu katakan? Ibu tidak boleh melakukan ini hanya karena ingin melindungi Bening. Bening tidak mau kehilangan Ibu lagi. Tidak mau!"


"Hai ... waktuku sangat berharga jika harus melihat drama konyol kalian itu. Percuma saja kalian menangis karena akhirnya nasib kalian akan berakhir sama yaitu MATI!"


"Baiklah kalian boleh membunuhku, tapi katakan dulu siapa orang yang telah menyuruh kalian untuk melakukan ini kepada kami!" ujar Sandra menantang, kini tidak ada lagi ketakutan di hatinya. Karena ia berfikir biarlah semua terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan jika memang ia ditakdirkan untuk mati di tangan para penjahat ini.


"Nanti juga kalian tahu!" hardik pria itu sebelum membanting pintu dan menguncinya kembali dari luar membiarkan Ibu dan anak itu terkurung dalam kegelapan.


Setelah kepergian pria itu Sandra dan Bening semakin mengeratkan pelukan mereka seakan memberikan dukungan dan kekuatan satu sama lain.


"Bagaimana ini Bu? Apa kita akan benar-benar berakhir di tangan para penjahat itu? Bening takut Bu!" lirih Bening di sela dekapan hangat Ibunya.


"Tenang sayang tidak apa-apa. Jangan takut karena ada Ibu di sini, Nak. Tidak akan terjadi apa-apa kepada kita. Kau percaya dengan kekuatan doa 'kan?" tanya Sandra yang langsung direspon Bening dengan anggukan kepalanya.


"Kalau begitu mari kita berdoa agar Tuhan melindungi kita dari kedzoliman orang-orang itu!"


Ibu dan anak itu tampak khusuk berdoa hingga pendengaran mereka bisa menangkap ada suara sebuah mobil yang datang dan berhenti di pelataran pondok. Terdengar kasak kusuk dari luar pondok sebelum beberapa langkah kaki terdengar mendekat ke arah pintu.


"Buka pintunya!" Itulah kata-kata yang terdengar dari luar pondok yang tertangkap indera pendengaran Sandra dan Bening.


Ceklekk ... ceklekk!


Byarr...


Pintu kayu tersebut terbuka sangat lebar hingga memperlihatkan sosok gagah yang berdiri menjulang di ambang pintu.


"Kau?!"


Bab. 107

Kedatangan Diana.


"Kau?!" pekik Sandra tak percaya setelah melihat siapa orang yang baru masuk tersebut.


"Iya Sayang, kita bertemu lagi!" jawab pria itu menyeringai.


"Cih, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu!" maki Sandra.


"Dalam keadaan hampir matipun kau tetap saja sombong! Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lantas siapa yang boleh? Apakah Jordan?!" ucap Tuan Sanders dengan menahan rasa geram karena merasa belum bisa meluluhkan hati Sandra.


"Kalian berdua tidak ada yang pantas untuk memanggilku dengan sebutan itu!" hardik Sandra keras.


"Seharusnya kau menerima tawaranku untuk menjadi simpananku dari pada harus mengalami nasib seperti ini. Dan aku berjanji kau tidak akan pernah menyesal telah mengambil keputusan itu!" bujuk Tuan Sanders masih tidak ingin menyerah.


Bening yang sedari tadi hanya diam mengamati keadaan semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Ibunya dengan pria asing itu. Apa katanya tadi, Jordan? Apakah Ibunya itu telah mengenal ayah mertuanya? Tetapi siapa juga lelaki itu yang terlihat sangat mengenali Ibunya ini. Rasa penasaran Bening semakin menjadi namun ia tidak bisa bertanya kepada sang Ibu dalam keadaan seperti ini sehingga ia lebih memilih untuk diam dan menyimak saja.


"Aku tidak sudi menjadi wanita simpananmu! Aku lebih baik mati dari pada harus berbuat hal serendah itu!" pekik Sandra tajam. Matanya menyorotkan aura permusuhan yang begitu kentara.


"Dasar keras kepala! Jadi kau lebih memilih aku untuk menyiksamu dari pada membahagiakanmu?!" desis Tuan Sanders penuh emosi. Pria itu bahkan mencengkeram kuat rahang Sandra dengan tangan besarnya yang membuat Bening terpekik marah.


"Jangan sakiti Ibuku!" teriaknya yang membuat Tuan Sanders mengalihkan perhatiannya kepada gadis itu.


"Jangan ikut campur kau jalang kecil!" desis Tuan Sanders mengingatkan.


"Tutup mulutmu Sanders! Putriku bukan jalang!" maki Sandra tidak terima mendengar ada orang menyebut putrinya dengan sebutan buruk.


"Ibu, hiks ... hiks!"


"Sudah lah Nak, Ibu tidak apa - apa!" balas Sandra meyakinkan. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah lelaki yang berdiri menjulang di hadapannya.


"Kebahagiaan macam apa yang kau tawarkan itu, cuih! Bahkan aku tidak sudi hanya dengan memandangmu saja. Seharusnya kau tahu diri Sanders!" maki Sandra semakin murka melihat lelaki di depannya yang tak pantang menyerah.


"Bangsat! Kau benar - benar wanita sialan yang sangat kurang ajar. Aku pasti akan memberimu hukuman yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya!" hardik pria itu murka karena sedari tadi Sandra terus melawannya.


"Kau pikir aku takut?!" balas Sandra seolah menantang dan tak ada sedikitpun rasa takut yang hinggap di hatinya.


"Cih, kita lihat saja nanti! Namun untuk saat ini aku belum bisa menyentuhmu apalagi harus menghabisi nyawamu. Bukan karena aku tidak mampu, hanya saja aku tidak mau membuat patnerku kecewa jika aku harus menyiksa kalian duluan!"


Degg-


'Patner? Sebenarnya siapa orang yang sudah bekerjasama dengan bajingan ini yang telah menculik kami berdua. Apa aku mengenalnya?!'


"Sudahlah, tidak ada gunanya aku berada di tempat seperti ini lebih baik nikmati sisa - sisa hari kalian, sebelum aku benar - benar menghabisi nyawa kalian." Tuan Sanders kemudian mengalihkan pandangannya kepada salah satu anak buahnya sebelum berkata- "Berikan mereka makanan sebelum mereka berdua dieksekusi!" Kemudian pria gagah itu pergi meninggalkan Sandra dengan tatapan penuh kebencian.


"Baik Tuan!"


*****


Sementara di sisi lain, kediaman Ramiro masih dalam keadaan panik karena kehilangan Nona muda mereka. Apalagi Tuan Jordan yang semakin merasa bersalah karena merasa tidak becus menjaga putri dan juga wanita yang dicintainya. 


Pria itu terlihat gusar dengan mondar mandir di dalam ruang tamu karena menunggu kabar yang telah dijanjikan oleh penculik itu melalui pesan yang katanya akan mereka kirim kepada lelaki itu. Apalagi ia juga masih belum mendengar kabar apapun dari anak buahnya yang sudah ia perintahkan untuk melacak keberadaan Sandra dan juga Bening.


Dalam keadaan seperti itu mood Tuan Jordan diperparah dengan kedatangan Nyonya Diana yang baru tiba dari acara liburannya. Melihat sang suami gelisah membuatnya mendekat dan bertanya-


"Apa yang membuat my wonderful husband gelisa seperti ini? Sungguh mengherankan sekali pria sekuat dirimu terlihat rapuh seperti ini!" ucap Nyonya Diana sarat akan ejekan.


"Ternyata kau ingat pulang juga. Aku pikir kau tidak akan pernah kembali lagi ke rumah ini. Apa kau sudah puas bersenang - senang di luar sana sehingga menantu sendiri hilang pun kau tidak tahu!" sinis Tuan Jordan.


'Apa Bening hilang? Tapi mana mungkin? Sebenarnya bagaimana cara orang - orang bodoh itu menjaga Bening. Tidak! Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepada Bening sebelum tujuanku tercapai!' batin Nyonya Diana.


"Bening menghilang? Sukurlah kalau begitu!" balas Nyonya Diana tenang padahal di dalam hatinya geram menahan gejolak.


"Kau ...?!" ucap Tuan Jordan menahan geram.


"Kalau bukan karena Arga aku juga tidak sudi kembali ke rumah yang penuh dengan kepalsuan ini. Dan-"


"Dan harta warisan yang kau tunggu - tunggu itu? Apa kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lalukan selama ini? Bahkan aku tahu jika kau adalah dalang di balik pernikahan Arga dan Bening. Apa sekarang kau puas sudah menjadikan kedua saudara itu suami istri?!" hardik Tuan Jordan.


Ya, semenjak Tuan Jordan mengetahui identitas asli Bening, Tuan Jordan langsung mengutus orang kepercayaannya untuk menggali informasi apapun tentang Bening. Termasuk pernikahan janggalnya dengan Arga. Dan ternyata seorang wanita yang menyandang status sebagai istrinyalah yang mempunyai andil besar dalam semua serumitan ini.


"Apa maksudmu dengan saudara?!" tanya Nyonya Diana tidak mengerti bahkan terlihat jelas raut kebingungan dari wajahnya.


"Bening adalah putriku dengan Sandra!"


Duar-


"Apa?!" Nyonya Diana mengangah tidak percaya mendengar kenyataan yang baru saja didapatinya.


"Ka-kau punya anak dengan pelacur itu?!" 


"Tutup mulutmu Diana! Sandra bukan pelacur!"


"Sebutan apa yang pas untuk wanita yang memiliki anak di luar nikah bersama seorang pria beristri jika bukan PELACUR?!"


"Sudah ku bilang tutup mulutmu Diana!"


"Oke baiklah, aku hanya ingin melihat bagaimana caranya kau mengatasi kerumitan ini setelah tahu kedua anakmu telah menikah. Mungkin ini karma untukmu karena telah berani berselingkuh di belakangku! Oh ya ... aku dengar juga bahwa Bening telah mengandung. Jadi permainan ini akan lebih seru kedepannya!" tutur Nyonya Diana sebelum meninggalkan Tuan Jordan untuk menuju kamarnya.


Kepergian Nyonya Diana yang diiringi dengan teriakan frustasi seorang Jordan Smitt Ramiro membuat wanita itu tersenyum sinis. Bahkan pria itu terlihat menjambak kuat rambutnya sendiri.


Ternyata informasi yang Nyonya Diana dapatkan dari asistennya Grace sangat akurat sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri waktu liburannya lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan. Agar bisa segera kembali ke kediaman Ramiro untuk mengkonfirmasi tentang kebenaran perihal kehamilan Bening. Dan bisa melakukan rencana selanjutnya untuk segera mendapatkan warisan impiannya.


Sedangkan di dalam kamarnya Nyonya Diana telah sibuk menelepon seseorang yang sangat susah sekali ia hubungi sejak beberapa waktu yang lalu. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya panggilan teleponnya pun dijawab oleh orang di seberang sana.


"Halo ...!"

0 Comments