Perpisahan Memang Berat. Namun, Membuatku Semakin Kuat Dalam Menjalani Kehidupan.

Kehidupan single mom

Hai, Cantik ... apa kabar hari ini? Di manapun kalian berada semoga always healthy, happy, and beauty.

Kali ini kita bakalan mengulik sedikit kehidupan ibu muda yang masih cantik dan imut-imut satu ini. Seperti judulnya, she is single parent kelahiran 29 tahun lalu. Kalau dilihat dari wajah doi yang masih baby face, banyak yang akan menyangka bahwa doi masih single. Namun, siapa sangka ternyata doi sudah memiliki dua orang putra. Dan gak akan nyangka lagi bahwa diusianya yang masih muda dan memiliki seorang balita harus memikul beban berat di pundaknya. Yup. Be a single fighter!


Menjadi seorang single parent sama sekali tidak pernah terbersit dalam benaknya. Tapi, apa daya jika takdir sudah berkata demikian? Perpisahan tidak bisa lagi dielakkan, biar jatuh hingga berdarah-darah tetap harus bangkit karena ada anak-anak yang membutuhkan kasih sayangnya. Ada seorang bayi baru lahir yang sangat membutuhkan ASInya. Biarlah dunianya runtuh asal dunia anak-anaknya masih tetap ada. Iya, anak-anaknya adalah penyemangat hidupnya untuk terus berjuang dan menerjang apapun tantangannya.

Baca juga: Pasca Perceraian; Anak adalah Alasanku Untuk Bangkit dan Bertahan.

Perlahan-lahan Bangkit Dari Keterpurukan.

"Kalau boleh jujur, jadi single parent itu lebih banyak dukanya daripada senengnya. Senengnya kalau lihat anak-anak tertawa riang. Semua lelah yang ada rasanya luntur seketika saat melihat buah hati. Jadi single parent bukan hanya soal tanggung jawab. Tapi tugas dalam mendidik anak pun menjadi dua kali lebih berat karena dilakukan sendiri. Tidak hanya sampai di situ, kita juga harus pandai -pandai menjaga diri dan kehormatan keluarga karena ketika kita menjadi single parent, banyak mata yang akan tertuju pada kita dan mengawasi setiap gerak gerik kita," ujarnya pada suatu ketika saat ditanya tentang suka duka menjadi seorang single mom.

Usaha rumahan untuk single mom

Perlahan-lahan, Bunda Mi, begitu panggilan akrabnya mencoba untuk bangkit dari keterpurukan. Kini ia menjadi kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga. Jika bukan doi yang mencari nafkah, siapa lagi yang menggantikannya?


Karena Bunda satu ini pinter masak, muncullah ide kenapa tidak jualan makanan saja? Toh jualan lebih baik daripada harus mencari kerja yang notabene pasti jauh dari rumah dan terikat waktu. Selain menyita waktu dan tenaga, anak pun jadi terlantar. Apalagi si bungsu masih membutuhkan ASI dan masih belajar berjalan. Dengan modal keyakinan dan bismillah akhirnya jadilah beberapa menu yang menjadi andalan Bunda Mi.

Hidup pasca perceraian

Aneka olahan ayam yang memang sedang digandrungi masyarakat Indonesia saat ini menjadi menu utama yang ia jajakan. Ia juga menerima pesanan menu lainnya sesuai permintaan pelanggan. Meskipun pemasarannya sendiri masih di sekitar rumah dan secara online untuk daerah Pati kota dan sekitarnya. Pelanggan Bunda Mi ini dari berbagai kalangan. Mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, hingga kantoran. Dan karena masih skala rumahan, untuk pesanan secara online doi mengantarkannya sendiri hingga ke tangan pelanggan. Meskipun panas, hujan, dan jarak jauh bahkan sering bolak-balik karena banyaknya pesanan tidak menyurutkan niatnya untuk mencari rejeki.

Perpisahan memang berat. Tapi membuatku semakin kuat dalam menjalani kehidupan. -Umia R-

 Selain olahan ayam, Dapoer Bunda Mi juga menerima pesanan aneka kue kering seperti; nastar, kastengle, dan jajanan lainnya ketika lebaran tiba.

Pernah Gagal Dalam Pernikahan Tidak Membuatku Trauma. Aku Ingin Memulainya Lagi dan Menatap Masa Depan.

Perjalanan kehidupan manusia itu seperti sekolah. Ada saat di mana manusia harus belajar, ada saatnya menghadapi ujian, kemudian naik tingkat, belajar lagi, ujian lagi, dan ada saatnya masa kelulusan tiba hingga bisa dipetik hasilnya.


Tak hanya dikarunia wajah yang cantik, Bunda satu ini juga memiliki hati yang lapang dan pemikiran yang positif. Jika kebanyakan single mom ketika ditanya apakah memiliki keinginan menikah lagi? Seringnya menjawab ah nanti dulu aja deh, belum siap, masih trauma, enggak ah. Ingin sendiri saja. Namun, berbeda dengan Bunda Mi. Ia menjawab dengan lugas dan tenang,Iya. Aku ingin menikah lagi. Karena, salah satu impian terbesarku adalah mempunyai keluarga yang lebih baik dari sebelumnya. Memiliki suami yang bisa menerima dan mencintai anak-anakku dengan baik dan menjalani lagi kodratku sebagai seorang istri. Rasa takut memulai itu pasti ada. Harus lebih berhati-hati lagi dan lebih jeli dalam memilih. Kehidupan ini kan terus maju ke depan, aku pun menginginkan hal yang sama dalam kehidupanku dan anak-anakku. Aku ingin menjadi seorang ibu yang lebih baik lagi untuk mereka. Membahagiakan serta mewujudkan semua impian anak-anak. Dan yang terpenting lagi adalah aku ingin mengembalikan kebahagiaan mereka yang sempat hilang. Kebahagiaan di mana memiliki sosok seorang ayah dan mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah."

Untukmu Single Mother. Jadi Single Mom, Itu ....

"Menjadi seorang single parent alias single mom itu tidak seperti menjadi ibu pada umumnya. Kita harus bekerja 2 kali lipat lebih keras, harus 2 kali lipat lebih giat, 2 kali lipat lebih sering mendapatkan stress, air mata 2 kali lipat lebih sering mengalir. Tetapi, menjadi single mother kita akan menjadi 2 kali lipat lebih kuat, 2 kali lipat lebih sabar, 2 kali lipat mendapatkan pelukan sayang, 2 lipat mendapatkan kasih sayang yang tidak terhalang, dan yang lebih penting adalah 2 kali lipat kebanggan yang akan dikenang suatu saat nanti ketika anak-anak kita dewasa dan mencapai kesuksesan dalam kehidupannya," kata Bunda cantik satu ini ketika menutup obrolan kami.



Dear, Single Mom around the world ....
Menjadi single parent memang berat. Tapi jangan lantas terjebak dan terpuruk di dalamnya untuk waktu yang lama. Carilah teman- teman yang memiliki problem yang sama. Saling bertukar pikiran, saling memotivasi agar pikiran kita menjadi makin positif. Dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang akan menunjang masa depan. Lukamu memang dalam, bahkan mungkin hingga bernanah. Tapi, yakinlah bahwa luka itu perlahan akan mengering dan sembuh. Luka itu mungkin akan meninggalkan bekas dan akan mengingatkan hal buruk ketika melihatnya. Namun, lihatlah anak-anakmu. Tataplah matanya, pandanglah senyumnya, mereka membutuhkanmu untuk menyongsong masa depannya. Kaulah pelitanya. Penerang jalan bagi anak-anakmu untuk menapaki jalan yang terjal dan membentang di depannya. (*)

0 Comments