Arga. Bab 25

 


Bab. 25

Sekolah kepribadian.


Bening hanya berdiri diam dan mematung di antara beberapa perempuan cantik yang kini telah memenuhi ruang tamu karena masih dilanda kebingungan.


'Siapa orang-orang ini. Dan apa yang akan mereka lakukan di sini?'


Raut wajah bingung tak bisa Bening sembunyikan. Namun, ia juga tidak membantah atau pun protes dengan apa yang akan para perempuan itu lakukan kepadanya.


"Hai cantik! Perkenalkan namaku Soraya. Madam So-ra-ya," ucap salah satu dari mereka sembari mengulurkan tangan.


"Sa-saya Bening. Salam kenal!" Bening pun menyambut uluran tangan perempuan yang ternyata transgender itu.


Perempuan yang mengaku bernama Soraya itupun memperhatikan penampilan Bening dari atas hingga bawah. Ia bahkan berjalan memutari tubuh Bening.


'Apa yang sedang dilakukan perempuan itu. Kenapa melihatku sampai seperti itu?'


"Bu, eh Mbak-"


"Stop! No Bu or Mbak but Madam, Madam Soraya. You understand, Bening!"


Bening mengangguk dengan cepat pertanda ia mengerti.


"Good girl!"


Ekor mata Bening mengikuti setiap pergerakan perempuan jadi-jadian itu yang tengah menilai dirinya.


"Mulai hari ini aku yang akan menjadi guru sekolah kepribadianmu."


Bola mata Bening melotot sempurna mendengar pengakuan perempuan gemulai di hadapannya saat ini.


'Apa?! Guru sekolah kepribadian. Tapi untuk apa semua itu?'


Mungkin Bening lupa dengan siapa dia berurusan sekarang. Menjadi calon anggota kelurga besar Ramiro bukanlah perkara yang mudah. Karena tidak semua orang bisa menempati posisi itu.


Tetapi, apakah ini tidak terlalu berlebihan mengingat kontrak yang ditawarkan kepadanya hanya berlaku untuk satu tahun mendatang. Terhitung sejak di mulainya akad nikah.


"Sempurna!"


Satu kata keluar dari bibir perempuan yang mengaku sebagai calon gurunya itu, setelah puas meneliti kesempurnaan fisik Bening.


"Aku akan memolesmu luar dalam agar menjadi lebih sempurna lagi. Spektakuler dan mengagumkan. Kau hanya harus mengikuti kata-kata dan semua perintah ku. Karena untuk beberapa hari ke depan, akulah yang berkuasa atas dirimu!" 


Bening menelan ludahnya kasar membayangkan apa yang akan terjadi kepadanya nanti.


"Jangan kuatir, apalagi takut Sayang. Justru nanti kau akan sangat berterima kasih padaku," ucapnya dengan penuh percaya diri.


'Berterima kasih? Memang apa yang akan kau lakukan padaku sehingga aku harus berterima kasih kepadamu. Tuhan apa lagi yang akan terjadi padaku nanti.'


"Sekarang, aku ingin melihat caramu berjalan. Ayo tunggu apalagi berjalan lah ke ujung sana kemudian memutar dan kembali lagi ke sini!"


Bening cukup terkejut dengan permintaan perempuan bernama Soraya itu. Namun, Bening tetap melakukan apa yang telah diperintahkan kepadanya.


"Good job Bening!" seru Madam Soraya setelah Bening menyelesaikan apa yang diperintahnya tadi.


"Kau tau apa itu sekolah kepribadian? Dan apa saja yang akan kau pelajari nanti?"


Bening menggeleng tanda tak mengerti. Karena memang gadis itu tidak mengetahui perihal apapun mengenai pertanyaan perempuan berambut ikal tersebut.


"Baiklah akan aku jelaskan. Mulai hari ini kau akan menjalani kelas kepribadian bersama dengan ku. Aku akan mengajarimu banyak hal mengenai pendidikan karakter mulai dari sikap tubuh, etika berbusana, etika makan dan etika berkomunikasi. Cara berdiri hingga cara bersuara."


'Astaga apakah benar aku akan mempelajari itu semua?' Bening menghela nafas dalam untuk mempersiapkan diri dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.


"Bening, apa kau mendengarku?!"


"I-iya Ma-madam sa-saya me-mendengar anda!"


"Kenapa kau gugup begitu?!"


"Ma-maaf!"


"Itulah mengapa etika berkomunikasi sangat perlu dipelajari. Bahkan caramu bernafas saja terdengar sangat fals. Sepertinya aku akan sangat bekerja keras untuk beberapa waktu ke depan!"


Belum apa-apa Madam Soraya sudah mengeluhkan anak didiknya itu. Bahkan ia terlihat memijit pelipisnya.


"Baiklah, hari ini kita mulai dari bagaimana cara berjalan. Aku akan menunjukan padamu bagaimana cara wanita anggun berjalan. Pertama tegakkan badanmu, pandangan harus fokus ke depan kemudian melangkah lah dengan penuh percaya diri."


Madam Soraya memperagakan bagaimana cara berjalan dengan benar di depan Bening. Ia terlihat berjalan dan berputar beberapa kali seakan ia adalah seorang model profesional yang sedang berjalan di atas catwalk.


Bening memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Madam Soraya dengan seksama dan langsung merekamnya ke dalam memori otaknya.


"Bagaimana Bening apa kau bisa? Sekarang giliranmu!"


"Sa-saya akan mencobanya," jawab Bening susah payah dengan menelan saliva. Karena ia merasa sangat gugup.


Keringat dingin tampak membasahi pelipis Bening, menandakan bahwa gadis itu sangat grogi karena telah ditatap begitu banyak pasang mata. Entah kenapa rasanya sangat berbeda dengan yang tadi, saat sang Madam menyuruhnya berjalan untuk pertama kali.


"Jangan hiraukan sekelilingmu, anggap saja mereka tidak pernah ada. Justru dari sini lah rasa percaya dirimu harus ditumbuhkan!"


Bening mengangguk mengerti dengan ucapan Madam Soraya. Ia mengikuti kata-kata sang Madam untuk tidak memperdulikan orang di sekitarnya.


Perlahan kaki Bening melangkah ke depan dengan penuh rasa percaya diri. Hingga ia bisa menjalankan dengan baik pelajaran pertamanya hari ini.


Madam Soraya pun tersenyum bangga dengan hasil didikannya. Ia bahkan tidak menyangkah Bening bisa dengan cepat menguasai pelajarannya.


"Good job Bening. Aku bangga padamu. Ternyata kau memiliki bakat menjadi seorang Tuan putri di dalam dirimu."


"Terima kasih Madam."


Ya, Madam Soraya menyadari semua hal yang ada di dalam diri gadis cantik itu. Sesuatu yang mungkin tidak pernah diketahui oleh orang lain. Bahwa anak didiknya kali ini adalah gadis yang sangat spesial. Ia seperti menemukan sosok cinderella di kehidupan nyata.


'Gadis ini begitu menakjubkan. Ia laksana berlian di dalam kubangan lumpur. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat sinarnya.'


"Kau lebih cepat belajar dari prediksi ku Bening. Tapi itu bagus agar Tuan muda puas dengan kinerjaku setelah beliau kembali dari business trip-nya di luar negeri."


'Apa?! Pria itu berada di luar negeri. Syukurlah, karena dengan begitu aku tidak perlu melihatnya lagi. Setidaknya aku akan merasa aman untuk beberapa waktu kedepan.'


"Aku rasa sudah cukup untuk hari ini. Besok persiapkan dirimu untuk pelajaran selanjutnya."


"Baik Madam."


"Aku permisi dulu. Selamat sore!"


"Selamat sore Madam, terima kasih!"


Setelah kepergian Madam Soraya berserta antek-anteknya. Bening menghempaskan dirinya di atas sofa yang terletak di ruang tamu sembari menghela nafas panjang. Seolah ia baru saja menjalani misi yang amat menegangkan.


"Minum dulu jusnya Ning. Kau pasti merasa haus sekarang!" Lastri meletakan segelas jus jeruk di atas nakas.


"Terima kasih banyak Bu Lastri. Bening memang lagi haus banget!" Segera Bening meraih gelas di depannya kemudian menandaskan isinya.


"Bagaimana, apa kau menyukai kegiatan barumu?"


"Entah lah Bu. Bening hanya mengikuti alur yang sudah mereka ciptakan. Bagaimana Bening bisa menolak, bukankah Bening tidak berhak melakukan itu?"


Lastri faham dengan apa yang dimaksud Bening. Namun, ia lebih memilih untuk bungkam karena tak ingin membuat gadis itu bertambah sedih. Hingga ia lebih memilih untuk menjadi pendengar yang baik.

0 Comments