Bab. 24
Bukan tawanan tapi calon menantu.
"Sudah kau temukan di mana putra ku berada saat ini?" tanya perempuan cantik dengan memakai bikini karena ia baru saja keluar dari kolam renang.
"Tuan muda menginap di Hotel XX dengan seorang wanita, Nyonya." Sang asisten bernama Grace menjawab sembari menuangkan minuman ke dalam gelas yang berada di tangan wanita cantik itu.
"Pantas saja, sejak semalam dia selalu mengabaikan panggilan ku. Dengan jalang mana lagi dia berkencan saat ini?" tanya sang majikan sembari merebahkan dirinya di atas kursi santai bermaterial busa itu.
"Dengan wanita malam yang ditemukan Tuan muda di club," jawab Grace.
"Kebiasaan buruk anak itu harus segera dihentikan. Atau akan berimbas kepada masa depannya. Karena ancaman orang tua itu tidak lah main-main. Anak bodoh itu akan kehilangan semua harta warisannya jika terus begini. Grace bagaimana dengan gadis itu?" Wanita bernama Nyonya Diana itu tampak menahan kesal.
"Sebisa mungkin jauhkan putraku dari gadis itu sebelum pernikahan mereka terjadi. Kau sendiri tau kan bagaimana perangai Arga selama ini. Aku hanya tidak mau merusak rencana yang sudah ku susun rapi menjadi berantakan!" imbuhnya.
"Baik Nyonya, setelah pertemuan terakhir mereka Tuan muda masih belum terlihat mengunjungi gadis itu lagi. Informasi ini saya terima langsung dari Lastri."
"Bagus, awasi terus gadis itu jangan sampai dia berbuat macam-macam!"
"Sebentar lagi dokter yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan rutin kepada gadis itu akan segera datang, Nyonya. Mereka sedang berada dalam perjalanan," jelas Grace sang asisten.
"Kau sudah tahu kan apa yang harus kau lakukan agar gadis itu siap menjadi calon anggota keluarga besar Ramiro. Walaupun hanya menjadi cucu menantu kontrak gadis itu harus terlihat begitu sempurna agar Papa mertuaku tidak curiga."
"Saya mengerti Nyonya. Dan saya juga sudah mempersiapkannya dengan baik."
"Bagus! Aku sangat menyukai cara kerjamu, Grace!"
"Terima kasih Nyonya. Kepuasan anda adalah prioritas saya."
Seorang pelayan dengan seragam hitam putih telah mendekat ke arah Nyonya Diana. Ia terlihat sedikit membungkuk sopan sebelum berbicara.
"Maaf Nyonya, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda."
"Suruh mereka masuk!"
"Baik Nyonya." Pelayan itu pun membungkuk kembali sebelum meninggalkan tempat.
Setelah dipersilahkan masuk. Tamu yang dimaksud pelayan tadi menuju ke tempat di mana Nyonya Diana berada. Mereka tidak lain adalah team dokter yang biasa ditugaskan untuk memeriksa Bening.
"Selamat sore Nyonya."
"Bagaimana hasilnya?" tanya Nyonya Diana tanpa basa-basi.
"Sampai hari ini gadis itu masih bersih dari segala macam penyakit Nyonya. Dan juga gadis itu masih perawan," terang sang dokter.
"Bagus. Sesuai dengan yang aku inginkan." Tersungging senyum samar di sudut bibir Nyonya Diana.
"Kalian sudah boleh pergi. Grace, berikan imbalan yang besar kepada dokter Rita karena dia sudah melakukan tugasnya dengan baik," titah Nyonya Diana.
"Baik Nyonya," jawab Grace.
"Terima kasih banyak Nyonya. Kami permisi dulu." Dokter dan teman-temannya itu pun pergi meninggalkan kediaman keluarga Ramiro.
"Hemm."
*****
Di tempat lain.
Setelah menjalani pemeriksaan rutin Bening perlahan menyeret langkahnya menuju taman samping yang terlihat begitu asri dengan beberapa pohon dan tanaman hias yang berjejer rapi di sana.
"Selamat pagi Pak!" sapa Bening kepada seorang pria tua yang sedang tekun merapikan tanaman hias yang terdapat di sekitaran taman.
"Eh, pagi Non!" jawab lelaki itu dengan sedikit kaget karena kedatangan Bening secara tiba-tiba.
"Panggil Bening saja Pak!" ucap Bening ramah.
"Gimana ya Non. Bapak nggak enak jika manggil Non dengan sebutan nama saja," ujar lelaki tadi sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tidak apa-apa Pak. Lagi pula saya juga bukan siapa-siapa di rumah ini. Saya hanya orang biasa yang kebetulan diizinkan menginap di rumah ini. Nama Bapak siapa?"
"Saya Pak Jalu Non, tukang kebun di rumah ini."
"Bening saja Pak!" Bening mengingatkan.
"Eh- iya Bening."
"Nah begitu, lebih enak didengarnya. Pak Jalu sudah lama bekerja di sini?"
"Lumayan Ning. Sejak Bapak masih bujang sampai sekarang sudah beranak pinak."
"Wah lama juga ya Pak. Anak dan istri Bapak tinggal di mana?"
"Mereka tinggal tidak jauh dari sini. Kira-kira jalan kaki 15 menit sudah sampai di kontrakan Bapak." Bening hanya manggut-manggut mendengar penjelasan lelaki di depannya itu.
"Saya boleh bantuin nggak Pak?"
"Jangan atuh Ning. Pekerjaan Bapak ini kan kotor. Sayang tangan dan baju Bening nanti ikut kotor."
"Ah Pak Jalu bisa saja. Di kampung saya sudah biasa melakukan pekerjaan ini Pak. Saya bantuin ya Pak!" ucap Bening memaksa karena ini lah cara satu-satunya yang bisa Bening lakukan untuk mengusir kebosanan. Sedangkan Pak Jalu sudah tidak mampu lagi menolak keingianan Bening agar diizinkan untuk ikut membantunya.
Selain membantu Pak Jalu berkebun Bening juga banyak mengisi waktunya dengan membaca novel yang ia temukan di dalam perpustakaan rumah besar ini. Seperti saat ini ketika Bening duduk dan fokus membaca sebuah novel yang berjudul 'Anak dalam sengketa by. Richan25' yang saat ini begitu poluler dalam dunia literasi.
Ceklekk-
"Selamat malam Bening!"
Gadis itupun mengalihkan perhatiannya dari novel yang ia baca untuk melihat siapa yang baru masuk ke dalam kamarnya.
"Selamat malam Bu Lastri!" jawab gadis itu sembari mengukir senyum manisnya.
Wanita bernama Lastri itu nampak mendorong troly yang terdapat beberapa jenis makanan di atasnya kemudian memindahkan satu per satu makanan itu ke atas meja.
"Bening, tutup buku itu dan segeralah makan malam," titah wanita tua itu.
"Kenapa Bu Lastri harus repot-repot membawa makanan-nya ke sini? Seharusnya Bening saja yang keluar untuk makan malam," ujar gadis itu dengan tidak enak hati.
"Sudah lah tidak apa-apa, Ning. Ini memang sudah menjadi tugas Ibu untuk selalu melayanimu sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Nyonya besar."
"Tapi Bening di sini bukan seorang majikan Bu, melainkan tawanan mereka. Jadi Bu Lastri tidak perlu berlebihan seperti ini karena sesungguhnya status Bening lebih rendah dari pada Ibu. Bening malu jika harus mendapatkan perlakuan istimewa seperti ini dari Bu Lastri."
"Bicara apa kau, Nak. Tentu saja kau bukan tawanan tapi calon menantu keluarga Ramiro dan sudah seharusnya calon menantu keluarga Ramiro mendapat perlakuan istimewa ini dari kami para pelayan."
"Terima kasih Bu. Tapi kalo mereka menganggapku seperti itu, mereka tidak akan mungkin mengurungku seperti binatang Bu."
"Bersabarlah Nak. Karena Ibu yakin suatu saat nanti kau akan mendapat kebahagiaanmu sendiri karena kau adalah gadis yang sangat istimewa dan luar biasa. Firasat Ibu yang mengatakan-nya."
"Semoga saja itu bukan hanya ada dalam impian Bening ya Bu?!"
"Istirahatlah yang cukup Bening karena besok kau akan memulai harimu yang sesungguhnya karena asisten Nyonya Diana sudah menginformasikan bahwa besok kau akan kedatangan seorang tamu."
"Tamu?!"
0 Comments