Bab. 17
Sepakat.
Sementara itu di sebuah kamar presidential suite yang masih terletak di hotel yang sama dengan hotel di mana Bening berada saat ini telah terjadi kesepakatan yang melibatkan salah satu keluarga orang yang paling berpengaruh di Negeri ini.
Seorang wanita tengah duduk dengan anggun di atas sofa dengan ditemani seorang asisten pribadinya. Dia adalah Nyonya Diana istri dari salah satu konglomerat Negeri ini.
"Bagaimana dengan pesanan ku, apa kamu sudah menyediakannya?" tanya wanita anggun itu sembari menggoyangkan gelas yang ada di tangannya.
"Sesuai dengan permintaan anda Nyonya," jawab seseorang yang masih berdiri di hadapan wanita sosialita itu.
"Sudah kau pastikan dia sesuai dengan apa yang aku inginkan? Karena aku tidak mau memilih orang yang salah," ucap wanita itu kemudian menyesap wine yang telah dituangkan oleh seorang pelayan hotel. "Karena aku tidak akan memaafkan kesalahan sekecil apapun," lanjut wanita itu.
"Saya mengerti Nyonya. Dia benar-benar gadis polos yang berasal dari kampung, baru beberapa minggu yang lalu saya menemukan dia. Jadi saya yakin tidak akan mengecewakan anda," jelas wanita tadi.
Ya, wanita yang sedang berbicara dengan istri konglomerat itu tak lain adalah Mami Juwita.
"Duduklah." Mami Juwita segera menduduki sofa yang berada di hadapan wanita kaya itu.
"Kau tahu kenapa aku menyuruhmu untuk mencarikan gadis lugu yang masih fresh untuk ku?" tanya wanita bernama Diana itu. Sedangkan orang yang ditanya hanya menggeleng tidak tahu.
"Karena aku tidak sudi putra tunggal ku terkontaminasi oleh jalang-jalang kotor seperti anak buahmu yang lain. Grace lakukan tugasmu," ucap Nyonya Diana kepada asistennya itu.
Sang asisten dengan cekatan menyodorkan sebuah kertas kepada Juwita untuk ditanda tangani.
"Isi dari surat perjanjian ini adalah anda akan menyerahkan anak buah anda yang bernama Bening, untuk menjadi milik Nyonya Diana selama satu tahun ke depan dengan imbalan sejumlah uang sebesar 10 Milyar rupiah. Jika anda bersedia silahkan tanda tangan di sebelah sini." Juwita pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini, ia segera membubuhkan tanda tangannya di atas kertas putih itu.
"Kami juga akan menyediakan dokter untuk memeriksa apakah gadis yang anda bawa bersih dari segala macam penyakit," imbuh sang asisten.
"Tentu saja!" ucap Mami Juwita sembari melempar senyuman.
"Apa saya boleh bertanya, Nyonya?"
"Katakan!"
"Sebenarnya apa yang akan anda lakukan dengan anak buah saya dengan waktu selama itu?"
"Itu bukan urusanmu, setelah kau menandatangani surat perjanjian itu. Gadis itu akan menjadi milikku jadi sudah tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu lagi. Dan kau bisa mengambilnya lagi setelah setahun mendatang."
"Baik Nyonya, maafkan atas kelancangan saya tadi."
Sebenarnya tidak masalah bagi Juwita dengan nasib Bening ke depannya, karena imbalan uang yang di dapatnya juga tidak main-main jumlahnya. Belum pernah ia mendapat transaksi sebesar ini sebelumnya, karena biasanya para kliennya itu memakai jasa anak buahnya hanya untuk sekedar menghangatkan ranjang mereka.
10 Milyar dalam setahun, Bening benar-benar memberikan keuntungan yang sangat besar untuk wanita yang berprofesi sebagai germo itu.
Juwita tersenyum puas meninggalkan gadis selugu Bening di dalam hotel tersebut setelah kesepakatan selasai dilangsungkan.
"Sampai jumpa satu tahun mendatang Bening. Semoga kau menyukai tempat dan majikan barumu!" monolog Juwita sebelum masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari tempat itu.
*****
Kelopak mata indah itu mengerjap perlahan, sesaat setelah seorang gadis telah terjaga dari tidur panjangnya. Tetapi kenapa hanya ada kegelapan yang menyelimutinya. Walaupun mata indahnya sudah terbuka lebar.
"Ada di mana aku sekarang? Kenapa di sini gelap sekali?" monolog Bening.
Gadis itu berusaha mengingat kejadian beberapa waktu lalu, hingga kepingan ingatan itu melintas dalam pikirannya. Saat Mami Juwita mengajaknya ke hotel hingga kedatangan pria asing yang membiusnya sampai membuatnya tak sadarkan diri dan berakhir di tempat asing ini.
"Siapa sebenarnya orang-orang itu. Kenapa mereka membawa ku kemari, dan apa yang mereka inginkan sebenarnya?" Gadis cantik itu mencoba menerka-nerka. Namun ia masih tak menemukan jawaban atas semua peristiwa yang menimpahnya saat ini.
Saat terbuai dalam lamunan, samar-samar Bening mendengar langkah kaki mendekat. Semakin lama hentakan sepatu yang beradu dengan lantai itu terdengar begitu nyaring. Bahkan tidak hanya satu tetapi langkah beberapa orang.
Karena belum memahami keadaan. Bening pun pura-pura tidur, ia kembali memejamkan matanya saat pintu dibuka dari luar dan 'klik' terdengar suara tombol lampu dinyalakan.
Bening bisa merasakan bahwa ruangan di mana dia berada saat ini, sudah terang benderang walaupun matanya masih tertutup rapat. Satu per satu langkah kaki mendekat ke arah ranjang di mana Bening terbaring saat ini.
"Dia masih belum sadar, Dok?" Suara salah seorang dari mereka yang tertangkap di pendengaran Bening.
"Harusnya dia akan sadar beberapa saat lagi." Suara orang yang lainnya yang mungkin adalah seorang dokter.
"Sebaiknya anda periksanya sekarang saja. Karena Nyonya tidak mungkin mau menunggu terlalu lama."
"Baiklah, bangun kan gadis itu."
Seseorang menepuk pipi mulus Bening dengan sangat kencang hingga membuat gadis yang saat ini pura-pura tidur itu berjingkat kaget.
"Bangun!"
Bening pun mengerjapkan mata perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan matanya. Ia melihat seseorang yang telah membangunkannya tadi berdiri di samping ranjang. Wanita dengan pakain dan gaya rambut yang menyerupai seorang pria.
"Siapa kalian. Kenapa aku dibawa ke sini?!" tanya Bening dengan rona ketakutan yang tampak jelas di wajahnya.
"Dokter periksa gadis ini sekarang." Tanpa menjawab pertanyaan Bening. Wanita sangar itu memerintahkan sang dokter untuk segera melakukan tugasnya.
"Maksud kalian apa. Apa yang ingin kalian lakukan?!" tanya Bening semakin tak mengerti. Gadis itu merasa sangat kebingungan dengan kata 'periksa' yang keluar dari mulut wanita berambut cepak itu. Kenapa ia harus diperiksa, pikirnya.
Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab pertanyaan Bening. Dokter wanita yang ada di dalam ruangan itu pun mendekat ke arah Bening yang membuat gadis itu beringsut mundur karena ketakutan.
"Pegang gadis itu!" titah sang dokter dengan sebuah jarum suntik di tangannya.
"Kalian jangan mendekat. Apa yang ingin kalian lakukan padaku?!" teriak Bening histeris. Seketika tubuh Bening lemas seakan tidak ada tenaga. Setelah dokter wanita itu menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh Bening.
Bening masih terjaga walaupun tubuhnya tidak dapat digerakkan. Dan mereka pun melakukan sesuatu kepada gadis itu sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Beberapa saat telah berlalu.
Di kamar tempat Bening berada saat ini terasa kembali sunyi, saat beberapa orang tadi pergi meninggalkan Bening sendirian setelah melakukan tugas mereka.
Tubuh Bening yang semula lemas dan tidak bisa digerakkan perlahan kembali normal seperti sedia kala.
"Ya Tuhan sebenarnya apa yang telah terjadi kepada ku? Apa sebenarnya yang diinginkan orang-orang itu?" monolog Bening.
Kemudian berbesit ingatan Bening tentang seseorang 'Mami Juwita' gadis itu beranjak bangun setelah mengingat nama itu. Ke mana wanita itu pergi, kenapa sampai saat ini wanita itu masih belum juga menemuinya. Apa memang wanita itu sengaja meninggalkan dirinya saat masih di hotel kemarin. Berbagai pertanyaan kembali berkecamuk di hatinya, dan berbagai fikiran negatif pun bermunculan.
Tekadnya untuk keluar dari tempat asing ini begitu besar. Perlahan ia menyeret langkahnya menuju pintu.
Beberapa kali ia mencoba, tapi pintu tak juga terbuka. Mau teriak pun ia rasa percuma, karena tidak mungkin ada orang yang mau menolongnya.
Bening berusaha mencari jalan lain. Ia beralih menuju sebuah jendela besar kamar tersebut, mencari celah agar dia bisa keluar dari tempat yang menurutnya asing ini.
Tapi usahanya sia-sia karena pintu maupun jendela yang ada, sudah terkunci rapat. Tubuh Bening seketika luruh ke lantai, ia menangis membayangkan nasibnya. Apakah selamanya dia akan terkurung di dalam tempat yang terasa asing baginya itu.
"Tuhan tolong selamat kan aku. Ayah, Bening takut!" Air mata tak henti mengucur dari sudut mata gadis itu.
Apakah ini akhir dari hidupnya?
0 Comments