Penjara Cinta. Bab 22

 


Bab. 22

Kondisi sang Opa.


Arga mengendarai super car miliknya menembus pekatnya malam dengan kecepatan di atas rata-rata.


Telpon dari sahabat sekaligus asistennya Raka, membuat pemuda itu mau tidak mau harus pergi ke tempat di mana Raka berada saat ini.


Citttt....


Suara decit ban yang bergeser dengan aspal begitu terdengar jelas di indera pendengaran karena pedal rem diinjak dengan begitu kuat.


Langkah panjangnya setengah berlari menyusuri koridor rumah sakit tempat di mana pria yang begitu dihormatinya telah dirawat saat ini.


"Ga, loe datang juga akhirnya!" Suara Raka menggema di depan sebuah ruang ICU. Terlihat ada beberapa orang di situ termasuk sang Mommy yang kelihatannya juga baru tiba.


"Gimana kondisi Opa?" tanya Arga dengan seraut wajah yang terlihat panik.


"Masih ditangani dokter di dalam," jawab pemuda yang selama ini menjadi orang kepercayaannya itu.


Sedangkan tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Sang Mommy tengah duduk santai di sebuah kursi tunggu yang memang disediakan khusus untuknya. Sebagai bukti betapa berkuasa dan berpengaruhnya wanita itu.


"Jelasin sama gue. Bagaimana Opa bisa pingsan seperti tadi. Apa yang telah terjadi padanya. Kenapa kalian tidak bisa menjaganya dengan baik?!" Arga memberondong pria di hadapannya itu dengan begitu banyak pertanyaan hingga membuat orang yang ditanya gelagapan untuk menjawabnya.


Namun sebelum Raka berhasil menjelaskan tentang kejadian yang telah menimpah sang Opa. Suara lembut sang Mommy sudah menginterupsi.


"Arga kendalikan dirimu. Tenang dan duduklah bersama Mommy!" titah Nyonya Diana.


"Bagaimana Arga bisa tenang dalam keadaan seperti ini, Mi?!" ucap Arga gusar. Namun tak menyurutkan langkahnya untuk mendekat dan kemudian duduk tak jauh dari wanita yang biasa dipanggilnya 'Mommy' itu.


"Apa yang terjadi dengan Opa, Mi. Kenapa bisa sampai pingsan?" Kali ini suara Arga sudah terdengar sedikit melunak.


Rasa khawatir berlebihan tentang keadaan pria tua yang kini tengah dirawat di dalam ruang ICU yang membuat Arga hilang kendali. Mengingat kedekatannya dengan sang Opa selama ini. Bahkan dalam keadaan marah sekali pun Arga tidak pernah bisa mengabaikan lelaki tua yang selama ini memberinya begitu banyak curahan kasih sayang .


Di saat kedua orang tuanya sibuk dengan dunia mereka masing-masing dan selalu bersikap abai padanya. Ada sang Opa yang selalu ada untuknya. Walaupun bisa dikatakan didikan sang Opa kepadanya lebih keras dari orang tuanya sendiri.


Hanya sang Opa lah yang selama ini menjadi tempatnya untuk pulang dan membuatnya merasa masih memiliki keluarga. Namun tak jarang juga perselisihan terjadi diantara mereka karena sikap otoriter yang kerap sang Opa tunjukan padanya.


"Mommy juga tidak terlalu mengetahui kejadiannya secara pasti. Tapi para pelayan yang waktu itu melayani Opa bilang, mereka menemukan Opa sudah tak sadarkan diri di dalam kamarnya," jelas wanita anggun yang terlihat duduk tenang sembari memainkan ponsel mahal di tangannya.


Arga mengusap kasar wajahnya setelah mendengar penjelasan sang Mommy.


"Kenapa lama sekali di dalam. Apa saja yang sebenarnya mereka lakukan. Apa mereka tidak becus bekerja?!" gumamnya gusar.


"Bersabarlah, dokter-dokter itu pasti akan melakukan yang terbaik untuk mengupayakan kesembuhan Opa!" Kali ini Raka yang ikut bersuara. Pemuda itu terlihat berdiri di sebelah tempat duduk Arga.


"Ku dengar dari Lastri kau menemui gadis itu lagi?" Suara sang Mommy membuat Arga menoleh. Namun tak memberikan respon apa-apa. Hingga sang Mommy kembali bersuara-


"Baiklah kita akan membahasnya nanti setelah keadaan kembali membaik."


Raka yang sedari tadi ikut mencuri dengar pembicaraan Ibu dan anak itu hanya bisa bertanya dalam hati.


'Gadis? Siapa gadis yang dimaksud dengan Nyonya Diana tadi. Apakah gadis itu begitu penting sehingga bisa menjadi topik pembicaraan mereka berdua. Ah biar nanti aku akan bertanya sendiri kepada Arga.'


Ceklek-


Nampaklah seorang pria berjas putih keluar dari ruangan ICU yang disambut dengan antusias oleh semua orang yang telah menunggu. Termasuk Arga yang terlihat paling cemas di antara mereka semua.


"Bagaimana dengan kondisi Opa sekarang, Dok?" Arga berdiri dan langsung memberondong sang dokter dengan pertanyaan.


"Tuan muda tenang saja Tuan sepuh sudah melewati masa kritisnya. Tuan sepuh sempat mengalami serangan jantung ringan yang mengakibatkan beliau tidak sadarkan diri. Tapi sekarang kondisinya sudah stabil tetapi masih harus dalam pantauan kami. Jadi Tuan sepuh harus menjalani rawat inap untuk beberapa hari ke depan di rumah sakit ini," jelas sang dokter.


"Baiklah lakukan yang terbaik untuk kesembuhan Opa. Aku percayakan Opa kepada kalian!"


"Tentu Tuan muda kami akan melakukan yang terbaik! Baiklah saya harus permisi dulu Tuan muda, Nyonya!" pamit sang dokter dengan sedikit membungkukkan badannya.


Tak lama berselang beberapa orang dokter dan juga perawat memindahkan Tuan sepuh Syarief ke dalam ruang perawatan khusus yang biasa digunakan keluarga Ramiro jika berada di rumah sakit ini. Karena rumah sakit ini adalah salah satu properti milik Ramiro group.


*****


Setelah menunggu beberapa waktu sang Opa terlihat mengerjapkan mata. 


"Tuan sepuh, anda sudah sadar?"


"Ra-raka!" ucap Tuan Syarief terbata.


"Iya Tuan, ini saya Raka. Tuan muda juga ada di sini tapi masih ada urusan di luar sebentar. Apa Tuan sepuh mau minum?" tawar Raka.


"Iya Raka." 


Raka dengan telaten membantu lelaki tua itu untuk meminum segelas air yang sudah tersedia di atas nakas. Bersamaan dengan itu terdengar suara pintu dibuka disusul dengan sosok Arga yang muncul dari balik pintu.


"Opa! Opa sudah sadar?!" Arga mendekat ke arah ranjang pasien. "Apa yang Opa rasakan sekarang. Apa ada yang terasa sakit?!"


Tuan Syarief menggelengkan kepala merespon pertanyaan dari cucu satu-satunya itu.


"Opa baik-baik saja Arga!"


"Baik-baik saja bagaimana. Mana ada orang baik-baik saja tidur di ranjang tak berguna ini. Di mana lelaki arogan dan otoriter itu?!" 


Arga sengaja memprovokasi sang Opa dengan kata-katanya. Agar sang Opa termotivasi untuk segera sembuh. Memang cara yang dilakukannya itu terdengar tak biasa namun begini lah cara mereka menyayangi satu sama lain.


"Kau meragukan kekuatan pria tua ini?!" timpal sang Opa tak mau kalah.


"Sudah jangan banyak bicara tunjukkan saja dengan secepatnya keluar dari tempat terkutuk ini!"


"Kau pikir aku senang berada di tempat seperti ini? Sungguh menggelikan sekali!"


Perdebatan tak berfaedah antara Kakek dan cucu itu sudah sering Raka dengar. Jadi ia sudah terbiasa dengan hal semacam itu.


Namun, siapapun yang melihat interaksi dua pria berbeda generasi itu pasti tahu sebesar apa kasih sayang yang ada di antara mereka. Walaupun tidak mereka perlihatkan secara nyata.


"Sudah lah Opa, cepat lah keluar dari tempat ini agar Opa bisa menghadiri pesta pernikahan ku nanti."


Pernyataan yang keluar dari bibir Arga membuat Tuan Syarief terbelalak kaget. Ia merasa ada yang salah dengan pendengarannya. Sedangkan Raka yang masih bergeming di tempatkan sudah tidak merasa terkejut lagi karena Arga sudah pernah mengatakannya. 


Yang menjadi pertanyaannya saat ini adalah dengan siapa Arga akan menikah. Karena setahunya wanita di sekeliling Arga tidak ada satupun yang pernah dianggap serius oleh pria itu. Istilah katanya adalah hanya numpang lewat.


"Arga kau-"


"Iya Opa. Aku akan segera menikah!"

0 Comments