Sagara. Bab 8



 "Apa aku sudah boleh keluar?" tanya Kenanga polos ketika suaminya memasuki ruangan ganti. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh Sagara.

Saga mendengus pelan kemudian mendekati Kenanga yang duduk di sofa dan mengamatinya dengan wajah penih tanya.

"Bagaimana menurutmu baju ini?"

Kenanga melihat ke bawah dan menyentuh kain satin yang melekat di tubuhnya. "Aku merasa baju ini terlalu seksi untuk baju hamil. Dan ini lebih mirip baju tidur untuk penganti baru. Terlalu terbuka dan terlalu merangsang. Apa kamu yakin akan menjual ini untuk ibu hamil?"

"Kenapa tidak? Nanga, kau tahu?" Saga membelai pipi istri dengan lembut lalu mengecupnya dengan mesra. "Wanita yang sedang hamil adalah wanita tercantik sedunia. Selain itu ...."

"Apa?"

"Aku ingin agar perempuan hamil di sana bisa secantik dirimu."

"Kamu memang pandai merayu! Apakah aku sudah boleh keluar? Kru pasti sedang menungguku." Kenanga bertanya sekali lagi.

"Pemotretannya ditunda sampai besok. Mereka bilang ada urusan mendadak."

"Sungguh?" Pikir Kenanga curiga namun dia tidak mau mengulik lebih dalam lagi.

"Ya," balas Sagara yang tak berhenti menatap dada istrinya yang terlihat menyembul. 

"Ke mana perginya pandanganmu Pak Saga?"

"Ah, tidak. Apa kau lapar? Ingin makan sesuatu? Akan membelikannya untukmu. Apa kau merasa pegal? Aku akan memijitmu."

"Bukankah seharusnya kita kembali ke kantor?"

"Untuk apa? Aku bosnya. Dan kau istri bos. Kalau kita terlalu rajin bekerja, apa gunanya membayar karyawan?"

Huffft. Kenanga mendesah. "Terserah apa katamu," jawab Kenanga dengan mulut menguap. Akhir-akhir ini, dia lebih sering mengantuk dan tubuhnya mudah terasa capek. "Tolong pijat bagian bahuku." Kenanga membakikkan tubuh dan Sagara menyambutnya dengan gembira.

Perlahan dia mulai memijit bahu istrinya hingga mata Kenanga mulai terpejam. Namun, lama kelaman tangan pria itu mulai jalan-jalan ke tempat yang diinginkan.

"Saga!" Mata Kenanga langsung cerah begitu tangan suaminya ada di atas dadanya.

"Ya?" Sagara pura-pura polos.

"Ke mana perginya tanganmu?" Kenanga memukul tangan suaminya pelan.

Lelaki itu hanya tersenyum dan menggeser tubuh istrinya semakin dekat padanya lalu menyandarkan dagunya di bahu Kenanga. "Bagian ini pasti pegal, kan? Aku akan memijitnya supaya kau merasa rileks. Aku bisa merasakannya bahwa otot-otot di bagian sini tegang," balas Saga yang kedua tangannya sudah menangkup dada Kenanga.

"Sekarang aku tahu." Kenanga nembalikkan tubuhnya dengan perlahan. "Ini kan niatmu sejak awal? Memanfaatkan istrimu sendiri agar mau memakai pakaian ini?"

Sagara hanya tersenyum tanpa membalas sepatah kata pun kemudia mengecup mesra bibir istrinya dan melakukan apa yang memang sudah muncul di kepalanya sejak tadi.

***

"Bu Nanga, lihat ke kamera, Bu," pinta fotografer yang hari ini memotret Kenanga saat mengenakan baju hamil yang sebenarnya menyerupai baju penggoda iman para suami. Kenanga dengan patuh melakukan apa pun yang diperintahkan. Saat fografer bilang duduk di sofa, dia duduk. Kalau diminta berdiri, dia juga berdiri. Kalau harus ganti baju, Kenanga juga akan dengan patuh menggantunya.

"Ternyata melelahkan menjadi model!" keluh Kenanga di sela-sela istirahat. Semua orang yang ada di ruangan itu adalah perempuan. Tentu saja kecuali Saga yang sejak tadi menghitung detak jarum di tangannya karena setiap sepuluh menit sekali, Kenanga diwajibkan untuk istirahat. 

"Pak, bagaimana kalau kita mengambil model laki-laki satu frame dengan bu Nanga?" tanya Tia memperlihatkan betapa mengagumkannya foto istri bosnya di layar kamera.

"Untuk?" Sagara mengerutkan keningnya.

"Sesuai tema peluncuran produk. Kecantikan Istri yang Membutakan Suami. Akan terlihat canggung jika di dalam katalog tidak ada suami yang mendampingi istri."

Benar juga! Pikir Sagara manggut-manggut. Ini adalah idenya sendiri. Jadi, harus sempurna. Sagara berpikir bahwa perselingkuhan suami memiliki beberapa kesamaan. Dan kesamaan itu ada beberapa faktor. Diantaranya adalah menurunnya aktifitas ranjang saat istri hamil dan setelah melahirkan. Banyak suami yang berpikir bahwa kehamilan istri membuat mereka tidak seksi di tempat todur. Padahal, justru sebaliknya. Suami memiliki tantangan tersendiri karena harus lebih berhati-hati.

"Baiklah!" Sagara bangkit dari kursinya dan melepaskan dasi serta jasnya. 

"A ... apa yang mau pak Saga lakukan?"

"Kau butuh model laki-laki, kan? Kau pikir apa?" jawab Sagara membuka beberapa kancing kemejanya hingga dadanya yang kencang dan berotot bisa dilihat semua mata meskipun hanya memandangnya secara diam-diam.

"Anda yakin?" Tia menatap ragu. Selama ini, bosnya itu bahkan tak mau muncul di majalah dan koran. Tapi, kali ini? Lelaki itu menawarkan diri menjadi model dalam katalog baju hamil!

"Kau pikir aku bercanda?" kata Saga yang langsung berjalan menghampiri istrinya dengan gagah lalu duduk di sebelahnya. 

"Ya, Tuhan! Ke mana kancing bajumu, Saga!" pekik Kenanga melihat dada suaminya yang seolah-olah sengaja dipamerkan. 

Lelaki itu hanya tersenyum kemudian berbisik di telinga istrinya. "Tia bilang, dia butuh model laki-laki. Aku bersedia menjadi partnemu."

Melihat pemandangan itu, Tia diam-diam memotret mereka. Tanpa arahan dan terlihat natural namun gambarnya profesional. Sagara tahu bahagiaman cara memperlakukan istrinya di depan kamera tanpa membuatnya canggung. Mulai dari memangkunya, menciumi perut Kenanga, menyuapinya makanan, hingga menidurkan Kenanga di pelukannya. Gambar-gambar itu benar-benar sempurna dan mengundang rasa iri semua perempuan yang ada di ruang pemotretan.

"Pak, sudah selesai," ucap Tia yang bahunya pegal memegangi kamera. 

Sagara tidak menjawab dan hanya menaruh jarinya di atas bibir. Tia tahu apa maksudnya. Kenang kelelahan dan tertidur begitu saja. Dengan sigap, Tia meminta semua rekannya keluar ruangan dengan pelan-pelan. Kalau sampai mengganggu tidur istri bosnya, bisa-bisa potong gaji!

"Mbak Tia sudah lama kenal pak Saga?" tanya salah seorang kru ketika mereka sudah di luar ruangan.

"Lumayan. Kenapa?"

"Pak Saga ganteng, ya? Perhatian lagi sama istri! Dewi jadi naksir sama pak Saga!"

"Hus! Lebih baik kamu kerja aja yang bener deh, Wi! Kamu baru training kan di sini? Jangan sampai ketahuan Milan kamu naksir si bos. Bisa-bisa kena PHK kamu!"

Dewi yang sudah terlanjur jatuh hati pada Saga tak memperdulikan kata-kata Tia. Toh istrinya sedang hamil. Biasanya laki-laki kalau istrinya hamil, mereka akan cari wanita yang bisa memuaskan hasratnya. Pikir Dewi nakal. 

"Pak Saga, tunggu Dewi, ya. Dewi juga gak kalah cantik kok sama istrimu itu!"


0 Comments