Bening. Bab 60

 


Bab. 60

Belajar dari Opa.


"Selamat siang Opa?" sapa Bening ketika melihat Tuan sepuh duduk santai sambil memberi makan ikan hias peliharaannya.

"Selamat siang Bening. Opa dengar kau baru saja kembali dari liburan bersama dengan cucuku!"

Jadi mereka mengirah kepergianku kemarin adalah liburan? Tapi baguslah kalau begitu aku tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh dari mereka.


"Benar Opa," jawabnya kemudian duduk bersimpuh tepat di depan kaki Tuan sepuh.

"Bening pijit kakinya ya Opa?" imbuhnya kemudian tangan lincahnya bergerak di atas kaki pria tua itu.

"Apa yang terjadi dengan pipi mu Bening? Apa Arga yang melakukannya?!" tanya Tuan sepuh saat tak sengaja melihat lebam di pipi cucu menantunya itu.

Bening refleks menutupi pipinya, ia lupa jika pipi sebelah kirinya masih membiru bekas tamparan Ibu mertuanya tadi pagi.


"Ehm ... bukan Opa. Pipi Bening seperti ini karena keteledoran Bening sendiri yang tidak hati-hati sehingga terpeleset di kamar mandi," jawab Bening beralasan.

Tuan sepuh memicingkan matanya berusaha mencari kebohongan dari sorot mata gadis itu. Bening yang tidak terbiasa berbohong pun seketika menjadi gugup.

"Benar yang kau katakan itu?" ucap Tuan sepuh tak percaya.

"Benar Opa. Bening tidak mungkin bohong sama Opa. Bening lajutkan pijat nya ya!" ujar Bening berusaha mengalihkan pembicaraan.


"Bagaimana hubunganmu dengan cucuku. Apa kau sudah bisa menjinakkan-nya? Karena aku ingin segera mendapat cicit dari kalian berdua."

Pipi Bening bersemu saat membayangkan dirinya hamil anak Arga. Tetapi kebahagiaan itu perlahan memudar setelah mengingat kembali ultimatum yang diberikan oleh Nyonya Diana kepadanya. Bahwa ia dilarang untuk melahirkan keturunan Ramiro.

"Ada apa Bening. Kenapa kau diam saja? Apa kau keberatan dengan permintaanku tadi?!" tanya Tuan sepuh saat Bening tak merespon ucapannya.

"Ti-tidak, bukan begitu Opa. Tapi-"

"Tapi apa Bening? Apa ada yang kau sembunyikan dari Opa, Nak?!"

Hati Bening bagaikan disiram air es saat mendengar Tuan sepuh bertutur manis kepadanya dan itu membuat Bening terharu. Ternyata pria tua itu tidak semenakutkan seperti  rumor yang beredar selama ini. Mungkin Opanya itu hanya bersikap kejam di depan lawan dan saingan bisnisnya saja.

Katakan lah Bening lebay, hanya karena mendapat panggilan 'Nak' dari Tuan sepuh sudah membuat Bening sebahagia itu. Karena memang gadis itu melihat sosok almarhum Ayahnya pada diri pria tua itu.

"Masalah untuk memiliki keturunan itu hak mutlak Tuan muda, Opa. Jika memang suami saya menginginkannya saya pasti akan bersedia hamil dengan senang hati. Bukankah memiliki seorang anak juga harus diiringi kesiapan mental sebagai kesanggupan menjadi orang tua," jawab Bening lugas.

"Kau juga berhak menentukan pilihanmu sendiri, Bening. Tidak semua hal harus menunggu persetujuan Arga. Dan bagaimana jika Arga menolak?" cecar sang Opa.

"Penolakan itu terjadi mungkin karena Tuan muda masih belum merasa siap untuk menjadi orang tua. Karena tanggung jawab menjadi orang tua juga tidak gampang. Karena anak bukan hanya butuh materi tetapi juga didikan yang tepat dari orang di sekitarnya," ucap Bening bijak.

"Kau ternyata gadis yang sangat cerdas cucuku. Opa suka dengan caramu melihat sudut pandang," puji Tuan sepuh.

"Bening hanya berusaha mengungkapkan yang seharusnya Bening katakan. Karena Bening banyak belajar dari Almarhum Ayah dulu."


"Ayahmu pasti seorang pria yang hebat sehingga mampu mendidikmu menjadi gadis kuat dan cerdas seperti sekarang ini. Sayang umurnya tidak panjang jadi aku tidak bisa bertemu dengannya. Tapi tidak masalah karena dengan melihatmu saja Opa bisa menilai budi pekerti dan karakternya seperti apa."

"Opa benar, beliau adalah pria terbaik yang pernah ada di dalam hidup saya. Cinta pertama saya dan pahlawan bagi saya!" ucap Bening seraya mengenang betapa baiknya almarhum Ayahnya dulu.

"Sebentar lagi makan siang. Kalo boleh Opa meminta. Opa ingin sekali makan masakan kamu seperti waktu itu."

Raut gembira langsung terpancar dari wajah Bening mendengar sang Opa ingin makan dari hasil masakannya. Namun terbesit sedikit keraguan di hatinya.

"Apa Opa yakin? Opa tidak takut keracunan seperti Tuan muda waktu itu?" tanya Bening memastikan.

Tuan sepuh mengurai senyumnya kemudian berkata-

"Tidak ada yang keracunan setelah makan masakanmu! Perut anak manja itu saja yang belum terbiasa. Lagipula anak itu juga memiliki beberapa alergi pada tubuhnya. Kau lihat sendiri kan Opa masih baik-baik saja sampai saat ini bahkan lebih sehat. Papi dan Mommy mertuamu juga sama," ucap Tuan sepuh menjelaskan.

"Iya Opa Bening tahu itu, tapi Bening masih merasa bersalah jika mengingat kejadian itu. Karena secara tidak langsung ketidaktahuan Bening membuat Tuan muda menjadi sengsara. Bahkan akibat kebodohan Bening membuat nyawa Tuan muda hampir terancam. Padahal sumpah demi Tuhan Bening tidak pernah bermaksud untuk mencelakai Tuan muda," jelas Bening panjang lebar.

"Opa tahu kau tidak sengaja melakukannya karena Opa percaya padamu!"

"Terima kasih Opa, sudah mau percaya sama Bening. Hanya Opa yang paling baik dalam memperlakukan Bening di dalam rumah ini. Bening bersyukur dipertemukan dengan orang sebaik Opa!"

Gadis itupun terlihat memeluk kaki sang Opa sebagai tanda sayang.

"Iya Opa juga senang punya cucu menantu seperti dirimu. Kau berbeda dengan perempuan-perempuan yang sebelumnya pernah menjalin hubungan dengan Arga."

"Tapi terkadang Bening merasa minder jika harus dibandingkan dengan wanita-wanita Tuan muda sebelumnya. Sudah bisa dipastikan Bening tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan mereka."

"Perasaan itu tumbuh karena kau tidak menyadari akan kualitas dirimu sendiri. Mulai sekarang kau harus lebih percaya diri. Apalagi kau sekarang sudah selangkah lebih maju dari wanita-wanita itu dengan status mu sebagai Nyonya Arga. Sekarang tinggal bagaimana kau bisa mengambil seluruh perhatian suamimu dari wanita-wanita itu hanya kepadamu. Mau Opa beritahu caranya?" tawarnya.

Sorot mata Bening langsung berbinar mendapat tantangan dari pria tua itu karena secara tidak langsung nalurinya sebagai seorang istri terpacu untuk bisa menguasai apa yang seharusnya menjadi miliknya. Yaitu kasih sayang, cinta dan perhatian dari sang suami. Apalagi sang Opa juga berada di pihaknya saat ini.

"Tentu saja Bening mau Opa. Tapi bagaimana caranya?"

"Jadilah istri yang sempurna di depan mata suamimu. Layani dia tanpa mengeluh. Tunjukkan jika kau sejuta lebih baik dari wanita-wanita yang ada di luaran sana. Penuhi kebutuhan biologis suamimu tanpa diminta!"

Bening sedikit terpaku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan sang Opa tadi.

"Memenuhi kebutuhan biologis tanpa diminta! Bagaimana caranya?" tanya Bening seperti orang bodoh.

"Heh ...!" Tuan sepuh tampak menghembuskan nafasnya kasar melihat kepolosan cucu menantunya itu.

"Apa kau tahu seperti apa wanita yang menjadi selera Arga selama ini? Penampilan dan cara pakaiannya? Wajah dan semuanya?!" imbuhnya.


"Cantik dan seksi," cicit Bening.

"Benar! Hampir semua wanita yang pernah dekat dengan Arga memiliki kriteria seperti yang kau sebutkan tadi. Tapi tidak semua dari wanita itu memiliki isi otak cerdas sepertimu. Jadi taklukkan cucuku dengan kecantikan dan kecerdasanmu itu. Opa yakin kau pasti mampu melakukannya!"

"Maksud Opa apa?!"

"Kau pasti sudah paham dengan maksudku. Kau hanya perlu mempraktekkannya saja. Sekarang Opa sudah mulai lapar, pergilah ke dapur dan buatkan sesuatu untukku."

"Dengan senang hati Opa! Bening akan membuatkan Opa makanan spesial sekarang juga!"

Setelah kepergian Bening ke dapur. Tuan sepuh terlihat sibuk berbicara dengan kepala pelayan di kediaman Ramiro yang bernama Fatma.

"Fatma, aku ingin kau menghubungi Kaivan agar segara datang menemuiku!"

"Baik Tuan sepuh, saya akan segera menghubungi beliau agar secepatnya menghadap kepada anda," jawab Fatma sopan sembari sedikit membungkukkan tubuhnya.


Mendengar jawaban Fatma Tuan sepuh pun menyunggingkan senyumnya. Pria tua itu sudah menyusun rencana di dalam otaknya. Jadi dia membutuhkan bantuan pengacara keluarganya yang bernama Kaivan itu untuk membantuhnya

0 Comments