Suamiku Perkasa. Bab 83



 "Aku?" Roy tergelak melihat anak itu mengangguk cepat. "Bagaimana bisa aku menjadi Daddy-mu, nak? Anakku hanya mereka saja. Dan ini istriku." Triplets mengangguk antusias dan menatap sinis si anak perempuan itu. 

"Pergi saja, gadis cilik!" Suruh Ray dingin. Gera menggeleng, memberi isyarat agar Ray tidak seperti itu. "Jangan bilang begitu, sayang. Mungkin saja dia tamu di sini." 

"Mama, dia mau mengganggu kita!" Giliran Rico yang berseru marah. Ia tak terima Papanya diakui juga oleh anak lain. 

"Ray, Rico, Mama benar. Kita tidak boleh memarahinya. Nanti dia nangis, gimana?" Seperti biasa, Rio yang menengahi. Gera tersenyum mendengar apa yang Rio katakan. 

Roy berjongkok menyejajarkan tingginya dengan anak perempuan itu juga Gera. "Paman akan bantu mencari Daddy-mu, oke?" 

Gadis itu menggeleng. "Kau Papaku. Itu yang Mommy katakan." Cicitnya lirih. Matanya memerah menahan tangis. Gera mengedarkan pandangan, kini tatapan para tamu sudah mengerubungi mereka. 

"Dimana Mommy-mu sayang?" Tanya Gera lembut. Roy benar-benar tidak mengerti. Tidak mungkin anak sekecil ini akan sangat pintar untuk merusak acara istimewanya ini. Ini salah. 

"Nak, pergi dan kembalilah menuju orang tuamu. Kau salah orang! Dan jangan merusak acaraku!" Suara Roy meninggi membuat gadis kecil itu menunduk takut. 

"Jangan seperti itu, Roy! Dia masih anak-anak. Jangan samakan sikapmu seperti kau menghadapi orang jahat!" Tegur Gera tegas. Gera memeluk tubuh mungil yang kini bergetar itu. Ia menangis terisak, takut akan Roy.

Tiba-tiba suara bising muncul dari belakang tamu undangan, beberapa anak buahnya terlihat mengejar. Dan betapa terkejutnya Roy saat melihat siapa yang menerobos masuk dan berusaha berontak dari kungkungan para bodyguard. 

"Sialan!" Umpat Roy dengan geramannya yang terdengar menakutkan. Bukan dia saja yang terkejut, Gera dan beberapa orang yang mengenal Dewi pun ikut kaget. 

"Roy, dia anakmu! Jangan berlari dari tanggung jawab. Pengecut!" Seru Dewi dengan lantangnya membuat para tamu berbisik-bisik dan  ricuh. 

"Bitch! Menyentuhmu saja aku tidak pernah, sialan! Kau malah mengarang jika ini adalah anakku." Roy menatap nyalang wanita yang berusaha menantangnya ini. 


Gera sudah menangis mendengar semuanya. Ia percaya pada Roy, tapi setelah wanita ini datang, ia mengingat bagaimana masa lalu wanita ini. "Ge, tenanglah. Aku tahu kau tahu semuanya." Kata Roy. 

"Kau tidak akan bisa mengelak sekarang. Itu adalah anakmu!" Kata Dewi sekali lagi dengan penuh penekanan. 

Plakkkk!!!!

Dengan keras Gera menampar wanita itu. "Jaga bicaramu! Jangan merusak acaraku. Dulu kau mencoba menipu Papaku dengan mengakui bahwa anak ini adalah anaknya. Kau salah sasaran, Nyonya! Kami tidak segampang itu ditipu. Otakmu terlalu dangkal untuk menjadi seorang penipu!" Olok Gera keras. Sudah cukup wanita ini menginjak-injak harga dirinya. Sekarang ia harus melawan, demi triplets. Tidak akan dia biarkan siapapun merusak rumah tangganya sekarang. 

"Sialan!" Umpat Dewi murka. Ia memegang pipinya yang terasa panas dan perih karena ditampar oleh Gera. "Berani sekali kau menamparku, sialan!?" Hardiknya. 

Gera menajamkan tatapannya dan menantang Dewi. "Untuk apa aku takut? Wanita murahan sepertimu tidak memiliki harga, jadi aku tidak akan takut bahkan gentar sedikitpun." 

"Luis, Steve! Kenapa kalian diam saja? F*CK! Cepat seret wanita sialan ini keluar dan usir dia!" Bentak Roy. 

Saat Luis dan Steve juga beberapa anak buah Roy memegang lengan Dewi, ia berontak keras. "Lepas! Jangan lancang menyentuhku! Dia harus tahu yang sebenarnya. Jangan jadi pengecut setelah kau berhasil menjadi bajingan!" Pekiknya keras. 

"Jaga bicaramu, setan! Kau sudah mengacaukan acaraku." Bentak Roy dengan mata menyala. 


"Roy, biar kubantu kau menyelesaikan wanita ini." Lucas maju dan membelah kerumunan. Pikiran Roy benar-benar kacau karena kebisingan dan kekacauan yang disebabkan oleh wanita tak tahu malu ini. Ia sampai lupa kalau Lucas adalah seorang dokter. 

"Aku sudah memanggil asistenku untuk membawa alat untuk tes DNA. Kau tenanglah, Roy. Luis, amankan wanita ini. Untuk para tamu yang terhormat, harap jangan terkecoh karena gangguan dari wanita ini. Kembalilah ke tempat duduk Anda. Kita akan mengetahui hasilnya secepat mungkin. Yang pasti, aku sangat-sangat yakin jika Roy bukanlah pelakunya." Terang Lucas. Semua tamu kembali duduk dan menikmati hidangan walau dengan sedikit rasa canggung. 

Gera menyincing gaun pernikahannya dan mendekati Dewi. "Kau memang p*l*cur tak tahu malu. Kau kemari menggali lubang kuburmu sendiri. Padahal kau dalam keadaan sangat sadar, kalau dirimu digagahi tidak hanya satu atau dua pria. Melainkan puluhan." Bisik Gera sinis. Hal itu mengundang amarah Dewi dan membuatnya mengangkat tangan untuk menampar Gera. Sayang, tangannya berhasil ditangkap oleh Luis. Membuat Gera tersenyum mengejeknya. 

Lucas memberitahu Roy bahwa hasil DNA akan terlihat bisa sampai 2 Minggu. Lumayan memakan waktu. Itu kenapa Lucas menyuruh Roy untuk membuat suatu keputusan agar orang-orang tidak berpikir negatif tentang dia. 

"Maaf semuanya, kata dokter Lucas hasilnya tidak akan bisa terlihat hari ini. Jadi saya mohon untuk tidak menyebar luaskan cerita yang belum tentu benar. Sebagai pembuktian, ketika hasilnya sudah keluar, saya berjanji akan mengumumkan dengan resmi hasil tes tersebut. Jadi, sementara hasilnya keluar, saya yang akan menanggung gadis tak berdosa ini. Sekalipun dia memang bukan anak saya." Gera tersenyum senang mendengar keputusan Roy. Ia bangga pada suaminya itu. 

Dengan erat ia memeluk Roy. "Kau memang pria yang hebat, sayang. Aku tidak salah memilihmu." Puji Gera, Roy mengecup lembut kening Gera. 

***

"Hari ini aku akan mengumumkan kebenaran dari gadis kecil bernama Alea yang beberapa waktu lalu mengaku sebagai anakku." Roy membuat video dokumentasi untuk disebarkan agar orang-orang tidak berpikir buruk tentangnya. 

"Hasil menunjukkan bahwa Alea bukanlah anak biologisku. Seperti yang kalian semua ketahui, aku hanya memiliki tiga orang putra. Ray, Rio, dan Rico. Tidak ada yang lain." Terang Roy sembari memperlihatkan kertas putih yang berisi hasil tes itu. 


Roy menghela napas berat. "Tapi aku dan istriku sudah membuat keputusan dengan sangat matang. Kami akan menjadi orang tua angkat Alea dengan pertimbangan yang matang. Terima kasih." 

"Terima kasih, Ton." Roy berlalu setelah menyuruh Toni untuk menyebarkan video tersebut. Kebenaran harus diungkap agar orang-orang tidak berpikir negatif. 

Gera dam Roy menghampiri Dewi yang dikurung di ruang belakang. "Semuanya sudah terungkap. Baik aku juga Papa David, kami bukan Ayah biologis anakmu. Kau bisa mengingat kembali siapa Ayah dari Alea." Ujar Roy dingin. 

"Atau kau lupa siapa Ayahnya karena terlalu banyak pasien yang butuh perawatan selangkangan darimu?" Sindir Gera sembari memutar bola matanya malas.

"Diam, sialan! Kau bajingan, Roy!" Dewi menjerit-jerit meneriaki Roy. 

Plakkkk! 

"Kau siapa berani sekali mengumpati suamiku?! Yang sialan itu, kau! Semua hal buruk itu, kau!" Gera muak mendengar wanita ini terus saja mengumpat. Bagaimana bisa dia diam saat suaminya direndahkan seperti itu. 

"Aku akan membuat kalian menderita, cepat atau lambat!" Pekik Dewi sambil mengamuk. Gera tersenyum sinis. "Coba saja!" Tantang Roy. 

Terakhir kalinya, Gera meludahi Dewi dan berlalu pergi. Membuat wanita itu menangis geram. Ia benci direndahkan tapi memang pantas direndahkan. 

"Dimana Mommy?" Cicit Alea kepada Gera. Wanita itu tersenyum hangat menatap gadis kecil ini. "Sekarang, kau bisa memanggilku Mama. Sama seperti Ray, Rio, dan Rico. Panggil Roy juga dengan panggilan Papa. Mulai sekarang, kami yang akan menjadi orang tuamu, nak. Kau pantas hidup bahagia." Gera mengusap lembut rambut gadis yang kini menangis sesenggukan.

Polisi menangkap Dewi atas tuduhan pencemaran nama baik. Hal ini tetap atas suruhan Roy dan Gera. Mereka jadi bisa bernapas lega.

***

"Sayang, kita akan pergi ke Brazil lusa sore. Aku sudah memberitahu atasanmu untuk memberi cuti selama tiga hari." 

"Astaga, Roy. Kenapa tidak merundingkan semuanya bersamaku terlebih dahulu? Kau tidak tahu saja kalau pekerjaanku sangat penting dan menuntut akhir-akhir ini." Keluh Gera, ia berdecak kesal. 

Roy mendekati wajahnya hingga berjarak beberapa senti saja. "Kau jadi mau bertemu Nenek atau tidak? Lagipula aku sudah meminta izin pada atasanmu, dan kau diizinkan! Sekarang jangan komplain lagi. Paham?!" Napas Gera tercekat saat diterpa napas Roy yang sangat segar. 

Tak bisa menahan godaan itu, Gera segera menangkup wajah Roy dan memposisikan diri sejajar dengan suaminya. Ia lumat lembut bibir Roy dengan penuh gairah. Mata pria iu meloto melihat aksi istrinya, namun tentu saja ia masih sangat menikmati. Bahkan dia mengubah posisi menjadi seorang dominan. 

"Eeuunngghh..." Gera melenguh pelan saat Roy memainkan payudaranya lembut. Tangan pria itu bermain di balik baju Gera. 

"Roy kenapa kau membuka bajuku?" Tanya Gera melepas pagutannya. "Kau yang memancingku, sekarang tuntaskan semuanya!" Timpal Roy. 


0 Comments