Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 102-103

 

Bab. 102

Gadis berhijab.


Sore ini Bening tampak sumringa karena baru saja mendapat sebuah pesan dari nomor asing yang mengaku sebagai suaminya. Pesan itu mengatakan bahwa Arga ingin bertemu dengan dirinya di sebuah taman dekat dengan panti asuhan. 


"Mungkin panti asuhan yang pernah Arga datangi dulu. Eh tapi kenapa nama panti asuhannya berbeda? Ah ... mungkin bukan hanya satu panti asuhan yang sering dikunjungi suamiku itu. Aku akan bersiap-siap secepatnya!" gumam Bening dengan raut wajah secerah sinar mentari.


Bagaimana tidak sudah berminggu - minggu wanita hamil itu tidak mendengar kabar dari suaminya sehingga membuatnya tidak sabar untuk melepas kerinduan sekaligus memberitahukan kabar dirinya yang tengah mengandung buah cinta mereka.


Tanpa menunggu lama, Bening masuk ke dalam walk in closetnya dan memilih baju yang paling bagus yang terdapat di lemari penyimpanan. Meskipun semua baju yang terdapat di sana bisa dikatakan tidak ada yang jelek ataupun berharga murahan.


Setelah memilih dan memilah, pilihan Bening jatuh pada longdress panjang semata kaki dengan motif bunga-bunga kecil yang membuat kecantikannya semakin bertambah. Tak lupa Bening menambahkan sebuah sweater rajut agar dirinya tetap merasa hangat meskipun berada di luar ruangan.


"Sabar ya Nak. Sebentar lagi kita akan bertemu dengan Ayah!" ucap Bening sembari mengusap lembut perutnya yang masih tampak rata.


"Tapi bagaimana aku bisa keluar dari rumah ini? Papi dan Opa pasti tidak akan mengizinkan aku pergi. Lagipula Arga tadi mengatakan bahwa aku harus pergi sendiri menemuinya. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?!" Bening tampak berpikir keras mencari cara bagaimana agar bisa keluar dari kediaman Ramiro tanpa sepengetahuan orang lain.


"Oke baiklah aku akan minta bantuan kepada Sari. Semoga saja dia mau membantuku!" gumamnya sebelum pergi meninggalkan kamar.


Mata Bening menyapu ke penjuru ruangan. Gadis itu mengendap-endap perlahan. Celingak-celinguk melihat keadaan sekitar. Saat dirasa sudah aman, ia pun melangkah pergi menuju pintu utama rumah ini. Namun, ada yang tiba-tiba menepuk bahunya dari arah belakang. Hingga membuat tubuh Bening berjingkat kaget.


"Anda mau ke mana Nona?!" tanya Sari.


"Astaga Sari kau mengagetkan ku saja. Ssttt ... jangan keras-keras, aku tidak mau semua penghuni rumah ini tahu tentang masalah ini," ucap Bening dengan merendahkan nada suaranya.


"Iya tapi Nona mau pergi ke mana?!" tanya Sari setengah berbisik.


"Aku akan memberitahukannya kepada mu tapi kau harus berjanji dulu untuk merahasiakannya kepada semua orang. Jadi maukah kau berjanji, Sari?!" tanya Bening dengan penuh harap.


"Iya Nona saya janji tidak akan memberitahu siapa pun!" jawab Sari meyakinkan.


"Ayo kemarilah dulu agar tidak ada orang yang melihat keberadaan kita!" Bening mengajak Sari berpindah tempat menuju sudut ruangan sepi yang jarang dilalui orang.


"Sebenarnya tadi aku mendapat pesan dari suamiku!"


"Tuan muda Arga?!"


"Pelankan sedikit suaramu, Sari!"


"Maaf Nona saya terlalu bersemangat karena sudah lama tidak mendengar kabar tentang Tuan muda!"


"Maka dari itu aku ingin menemuinya sekarang. Jadi tolong bantu aku agar bisa secepatnya keluar dari rumah ini tanpa sepengetahuan mereka semua!"


"Tapi kenapa tidak boleh diketahui orang lain, Nona? Bukankah Tuan sepuh dan Tuan besar juga berhak tahu keberadaan Tuan muda mengingat bagaimana mereka mencari Tuan muda selama ini. Dan juga kenapa kalian harus bertemu di luar seperti ini. Bukankah lebih baik Tuan muda pulang saja ke rumah ini?!" ucap Sari mengungkapkan pendapatnya.


"Aduh Sari pertanyaanmu banyak sekali. Aku tidak tahu harus menjawab yang mana dulu. Pokoknya sekarang yang harus kau lakukan adalah membantuku agar bisa keluar dari rumah ini!" balas Bening seakan tak punya waktu untuk berlama-lama meladeni gadis itu.


"Haduh ... bagaimana caranya ya?!" Gadis itu tampak berfikir sejenak. "Bagaimana jika Nona pergi lewat pintu belakang karena di sana tidak ada penjaga. Apalagi tempat itu sepi jika siang bolong seperti ini, semua pelayan pasti sedang sibuk untuk beristirahat. Ayo Nona ikut saya!" 


Bening pun mengekori Sari untuk menuju pintu belakang yang biasa digunakan para pelayan dan pekerja lain sebagai akses mereka untuk bisa keluar masuk kediaman Ramiro.


"Sukurlah tidak ada satupun pelayan lain yang melihat kita, Nona!" 


"Iya Sari, terima kasih ya kau sudah mau membantuku. Itu taksi online yang tadi ku pesan sudah datang. Aku pergi dulu dan sekali lagi terima kasih!" ucap Bening sembari berhambur memeluk pelayan sekaligus sahabatnya itu.


"Iya Nona sama-sama. Jaga diri Nona baik-baik dan segera kembali ke rumah ini. Karena pasti Tuan sepuh dan Tuan besar akan mencari anda!" 


Sari pun melepas kepergian sang Nona. Hingga perempuan hamil itu masuk ke dalam taksi online yang telah dipesannya dan pergi meninggalkan tempat itu.


"Semoga Nona segera bertemu Tuan muda," gumamnya sebelum kembali menutup pintu dan masuk ke dalam rumah. Namun-


"Sedang apa kau di sini, Sari?!" tanya seorang senior kepadanya dengan tatapan penuh selidik.


Mendapati sang senior yang tiba-tiba berdiri di belakangnya sontak membuatnya berjingkat kaget.


"Ka- kak Si-siti ...!" gagap Sari seperti orang yang tertangkap basah melakukan kejahatan.


"Kenapa kau kaget seperti itu Sari. Ada apa? Apa ada yang kau sembunyikan?!" tanya perempuan itu semakin curiga melihat tingkah aneh gadis itu.


"Apa?! Tentu saja tidak. Aku tidak menyembunyikan apapun," jawab Sari cepat dengan senyum yang tampak dipaksakan.


"Tapi kenapa kau aneh sekali?!"


"Nggak papa kak, aku hanya kaget karena kaka tiba-tiba berdiri di belakang. Tadi Sari baru selesai membuang pembalut di belakang jadi Sari sembunyi-sembunyi takut ada yang melihat, malu kak!" jawab gadis itu beralasan.


"Oh begitu, aku kira ada apa. Ya sudah kalo begitu aku masuk dulu!" pamit perempuan tadi yang membuat Sari bisa bernafas lega.


"Astaga ... hampir saja jantungku copot!" Sari pun ikut masuk ke dalam untuk melanjutkan lagi pekerjaannya karena waktu istirahat sudah hampir habis.


*****


Sementara di ruang kerjanya Tuan Jordan tengah fokus pada berkas-berkas yang berserakan di atas mejanya. Dahi pria paruh baya itu sesekali berkerut saat membaca berkas-berkas itu sebelum kemudian membubuhkan tanda tangan di atasnya. Hingga konsentrasinya harus pecah saat benda pipih miliknya berdering di atas nakas.


Kening pria itu semakin berkerut dalam, saat melihat nama yang terterah di layar ponselnya. Ada apa wanita ini menelponnya? Begitu pikirnya.


"Halo ...!" jawabnya datar setelah menggeser ikon warna hijau dan mendekatkan ponsel pada telinganya.


"Di mana Sandra Tuan Jordan yang terhormat?!" sentak orang di seberang telepon dengan nada yang terdengar marah.


"Apa maksudmu Juwita?!" tanya Tuan Jordan tidak mengerti.


"Jangan berpura-pura bodoh Tuan Jordan aku sudah bisa menebaknya! Kenapa anda menyuruh orang-orang itu untuk menculik Sandra?!"


"Apa! Sandra diculik? Bagaimana bisa? Kapan dan di mana?!" tanya pria berkuasa itu dengan penuh kepanikan hingga ia bangkit dari tempat duduknya.


"Tuan Jordan, saya harap anda tidak berpura-pura lagi. Semua kejahatan anda sudah tertebak oleh saya!" tuduh Juwita.


"Juwita apa maksudmu aku tidak mengerti. Tapi jika kau menuduhku dalang di balik penculikan Sandra kau salah besar. Begini saja kau ada di mana sekarang? Aku akan segera menemuimu?!"


"Baik, temui aku segera di Jl. Cempaka puri N0. 51. Aku tunggu!"


Klikk-


Juwita menutup sepihak sambungan teleponnya. Sementara Tuan Jordan tampak mendengus kasar setelah mendengar berita yang telah disampaikan oleh Juwita tadi. "Jl. Cempaka? Bukanlah itu dekat dengan komplek perumahan ini. Sebaiknya aku segera pergi ke sana untuk mencaritahu apa yang sedang terjadi!"


Pria itu meninggalkan ruang kerjanya dengan terburu-buru. Bahkan mengabaikan pekerjaannya yang lumayan menumpuk terbengkalai begitu saja. Karena pikirannya sekarang dipenuhi oleh Sandra yang katanya telah diculik.


Hanya butuh waktu 5 menit Tuan Jordan sudah bisa menemukan Juwita yang tengah menangis di pinggir jalan ditemani oleh sopirnya.


"Wita ... apa yang telah terjadi?!" tanya Tuan Jordan setelah turun dari mobilnya.


"Seharusnya saya yang bertanya seperti itu kepada anda. Di mana sahabat saya, Sandra?!" Juwita menjawab pertanyaan pria berkuasa itu dengan pertanyaan yang membuat seorang Jordan menjadi Berang.


"Jaga ucapanmu! Apa kau masih menuduh aku yang telah menculik, Sandra?!" hardik Tuan Jordan murka.


"Jika bukan anda lalu siapa? Setahuku Sandra tidak pernah mempunyai musuh. Bahkan dia kembali ke kota ini baru beberapa bulan yang lalu!" balas Juwita tak kalah emosi.


"Sekarang katakan padaku bagaimana kronologi saat Sandra diculik dan sebutkan ciri-ciri penculik itu!" tukas Tuan Jordan kemudian.


"Sebenarnya tadi kami berniat ingin pergi ke rumah anda Tuan. Tapi mobil kami dihadang orang tak dikenal, lalu mereka membawa Sandra bersamanya secara paksa!" jelas Juwita.


"Ke rumahku? Tapi untuk apa kalian ingin pergi ke rumahku?!"


"Karena Sandra ingin bertemu dengan Bening putrinya. Dan Sandra juga baru mengetahui jika Bening selama ini berada di rumah anda karena telah menikah dengan putra anda, Arga!"


"Apa! Jadi Sandra sudah mengetahui tentang masalah ini?!"


"Saya sendiri yang telah memberitahukannya kepada Sandra. Karena saya juga termasuk orang dalam permainan ini!"


"Astaga apalagi ini? Sudahlah masalah ini sebaiknya dibahas nanti saja. Sekarang kita harus fokus untuk mencari Sandra terlebih dahulu. Apa kau sudah lapor polisi?!" tanya Tuan Jordan yang dibalas Juwita dengan menggelengkan kepala. "Di jalanan ini sudah terpasang CCTV. Aku akan menyuruh orangku untuk memeriksanya. Dan juga aku akan memerintahkan seluruh anak buahku untuk mencari Sandra!" imbuhnya.


Pria itu tampak sibuk dengan benda pipih di tangannya. Menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantunya menyelesaikan masalah ini.


"Sekarang pulanglah, biar aku yang menangani masalah ini. Karena sekarang anak buahku sudah bergerak untuk melacak di mana keberadaan Sandra!"


"Tapi Tuan, apa tidak seharusnya kita laporkan masalah ini ke kantor polisi agar peluang untuk bisa menemukan Sandra lebih besar!" Juwita mengutarakan pendapatnya.


"Untuk sementara tidak usah dulu. Biarkan saja orangku yang bekerja. Sekaligus aku ingin memberi pelajaran kepada orang yang sudah berani bermain-main denganku!" desis Tuan Jordan tajam.


Setelah mendapatkan janji dari Tuan Jordan untuk mencari keberadaan Sandra. Juwita pun akhirnya memilih untuk pulang ke rumah dan menunggu kabar yang akan diberikan oleh pria itu.


*****


Taksi online yang mengantarkan Bening ke tempat dimana suaminya berada sudah berhenti di sebuah taman yang tak begitu ramai.


"Sudah sampai Nona," ucap sopir online dari balik kemudi.


"Oh ya, ini ongkosnya. Terima kasih!" jawab Bening sembari menyerahkan 5 lembar uang kertas berwarna merah kepada sopir tersebut.


"Ini terlalu banyak, Nona!" ucap si sopir.


"Tidak apa-apa Pak. Mungkin sudah rezeki Bapak!" jawab Bening sopan.


"Terima kasih banyak Nona!" ucap si sopir dengan wajah yang terlihat sangat bahagia karena mendapatkan kelebihan rezeki hari ini.


"Iya Pak, sama-sama!" balas Bening sebelum turun dari taksi tersebut.


Bening mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman tapi tidak mendapatkan apa yang ia cari. Mungkin suaminya masih dalam perjalanan, begitu pikirnya. 


Sehingga gadis itu memutuskan untuk menunggu Arga di taman dengan duduk di bangku yang terbuat dari beton yang terletak tepat di bawah pohon beringin besar.


"Kenapa Arga lama sekali?!" gumamnya pelan sembari melihat jarum jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.


Hingga ia tak menyadari jika ada sepasang sepatu yang berdiri di depannya. Perlahan Bening mengangkat wajahnya untuk melihat siapa pemilik sepatu itu. Seorang gadis cantik berhijab tengah tersenyum kepadanya dengan sangat manis.


"Anda pasti Nona Bening?!" tebak gadis berhijab tersebut yang dijawab Bening dengan anggukan kepala.


"Perkenalkan nama saya Naima, saya diutus oleh Tuan Arga untuk menjemput anda!" sambung gadis itu ramah.


"Arga?! Di mana suamiku? Kenapa dia tidak datang sendiri untuk menjemputku?!" tanya Bening antusias.


"Maaf Nona, Tuan muda sedang menunggu anda di mobil. Jadi Nona Bening silahkan ikut dengan saya!" jawab gadis yang mengaku bernama Naima itu.


Bagai terhipnotis Bening pun mengikuti gadis itu ke manapun ia membawanya.


Bab. 103

Misteri hilangnya Bening.


Di saat semua orang sudah terlelap dalam tidurnya seorang gadis tengah berjalan mondar mandir di dalam kamarnya dengan sesekali melihat ke arah jendela yang bisa melihat langsung keadaan pintu gerbang belakang jika ada orang yang keluar masuk dari sana. Karena gadis itu seperti menunggu kedatangan seseorang.


"Ya Tuhan ini sudah malam sekali tapi kenapa Nona Bening belum juga kembali. Bagaimana jika besok pagi Tuan besar dan Tuan sepuh menanyakan keberadaannya? Aku harus menjawab apa? Tapi ...  bukankah seharusnya aku tidak perlu terlalu khawatir karena Nona pergi bersama suaminya sendiri. Astaga seharusnya aku tadi ikut pergi mengantar Nona agar bisa memastikan sendiri keadaannya bersama dengan Tuan muda. Bodohnya kau Sari!" 


Gadis itu terus mengomel seorang diri. Meskipun malam sudah sangat larut matanya tak jua dapat terpejam karena rasa khawatirnya yang sangat besar kepada Nona sekaligus sahabatnya itu.


Karena terlalu lama menunggu, tanpa terasa Sari pun tertidur di atas kursi dengan berbantal lengannnya sendiri yang bertumpuh di atas meja hingga pagi menjelang. Samar-samar indera pendengarannya menangkap suara adzan subuh yang berkumandang dari masjid terdekat.


"Kenapa aku bisa sampai ketiduran di sini?!" lirihnya setelah mengerjabkan mata menyesuaikan dengan cahaya yang ada.


Tok ... tok ... tok!


"Sari apa kau sudah bangun!" Suara salah satu seniornya dari balik pintu.


"Iya Mbak sudah!" sautnya lantang.


"Baiklah cepat ke dapur untuk membantu di sana karena salah satu pelayan yang biasa membantu di dapur sedang tidak enak badan. Jadi Bu Fatma menyuruhmu untuk menggantikannya!" jelas perempuan tersebut.


"Baik Mbak, Sari akan sholat subuh dulu setelah itu langsung pergi ke dapur!" jawabnya.


"Baiklah kalo begitu mbak pergi dulu ya!"


"Iya mbak!"


Setelah mendengar langkah kaki menjauh dari depan kamarnya. Sari pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya agar tidak telat menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.


Pukul 7 pagi di ruang makan keluarga Ramiro.


"Di mana semua orang, Fatma? Kenapa tidak ada yang keluar untuk sarapan?!" tanya Tuan sepuh kepada kepala pelayan setelah pria itu berhasil duduk di salah satu kursi di meja makan.


Yang dimaksud Tuan Syarief dengan mereka adalah Tuan Jordan dan Bening karena mereka bertiga sudah terbiasa sarapan bersama sejak beberapa hari ini. Tepatnya sejak Tuan Jordan mengetahui jati diri Bening sebagai putrinya sehingga Tuan Jordan lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah agar bisa lebih dekat dengan putrinya yaitu Bening.


Sedangkan untuk Arga, Tuan sepuh telah mengutus orang kepercaannya untuk mencari keberadaan cucu kesayaangannya itu yang seperti hilang di telan bumi. Meskipun hingga saat ini usahanya masih belum juga membuahkan hasil. Dan untuk menantunya yaitu Nyonya Diana, pria tua itu tidak pernah ambil pusing dengan keberadaan wanita itu meskipun sang menantu sudah lama tidak pulang ke rumah. Tepatnya wanita itu pergi sehari setelah menghilangnya Arga.


"Tuan Jordan pergi sejak kemaren siang dan belum kembali sampai sekarang, Tuan. Sedangkan Nona Bening masih berada di dalam kamarnya. Saya sudah memanggil Nona tapi tidak ada sahutan dari dalam mungkin Nona masih tidur, karena tidak ingin mengganggu beliau jadi saya biarkan saja!" jawab Fatma menjelaskan.


"Ya sudah tidak apa-apa. Biarkan saja anak itu tidur sepuasnya. Nanti kau bisa mengirimkan sarapannya ke dalam kamar!" ucap Tuan sepuh sebelum memulai sarapannya.


"Baik Tuan!"


Sedangkan Sari yang mendengar percakapan dua orang itu hanya bisa meremas kedua tangannya dengan seraut wajah yang terlihat pucat karena ketakutan. Dia takut ketahuan kalau Bening sebenarnya tidak ada di dalam kamarnya. Sehingga ia berfikir untuk mengaku saja sebelum semuanya terlambat. Namun keinginan itu terpaksa Sari urungkan saat mengingat pesan Bening yang tidak ingin semua orang tahu perihal kepergiannya.


'Aku harus bagaimana sekarang? Mengaku apa tidak? Nona kenapa anda tidak segera kembali? Baiklah aku akan mengatakan yang sebenarnya jika Nona Bening tidak kembali hingga siang hari nanti!' putusnya kemudian Sari pun meninggalkan ruang makan untuk menuju ke dapur.


Waktu semakin bergulir maju, matahari pun semakin naik hingga di atas kepala. Namun Bening masih belum juga menampakkan dirinya yang membuat Sari semakin dilanda rasa cemas. Gadis itu sekarang telah berjalan mondar-mandir di dalam kamar Bening karena beberapa waktu lalu ia berpura-pura mengantarkan makanan untuk Nonanya itu agar tidak membuat Bi Fatma curiga karena Bening masih belum juga keluar dari kamar.


"Ya Tuhan sekarang aku harus bagaimana?!" gumamnya gelisa.


"Mengaku tidak ya? Atau aku telfon saja Pak Raka untuk memastikan keadaan Nona. Pak Raka pasti tahu karena dialah satu-satunya sahabat dekat Tuan muda!"


Sari langsung menghubungi Raka untuk menanyakan perihal Bening yang saat ini pergi menemui suaminya.


"Halo ...!" jawab orang di seberang sana setelah menunggu beberapa detik telepon tersambung.


"Halo Pak Raka, maaf saya mengganggu!" cicitnya.


"Iya, ada apa Sari?!"


"Saya hanya ingin menanyakan tentang keberadaan Tuan muda sekaligus ingin memastikan bahwa Nona Bening memang benar-benar bersama dengan Tuan muda sekarang. Kalo saya boleh tahu kapan mereka akan kembali ke rumah Pak? Tuan sepuh sudah menanyakan Nona Bening terus, saya takut ketahuan!"


"Apa?! Bening bersama Arga? Tunggu-tunggu ada apa ini sebenarnya tolong katakan dengan jelas!"


"Saya tanya kapan Tuan muda dan Nona pulang, Bapak Raka?!"


"Pulang? Pulang ke mana? Bukankah Bening ada rumah keluarga Ramiro?!"


"Astaga! Apa jangan-jangan?!"


"Tunggu Sari, ceritakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi!"


"Kemarin siang saya telah membantu Nona Bening untuk menyelinap pergi dari rumah karena Nona telah mendapat pesan dari Tuan muda agar bertemu di sebuah tempat. Tapi sampai sekarang Nona Bening masih belum juga kembali hingga saya jadi khawatir!"


"Apa kau yakin itu pesan dari Arga?!"


"Saya juga tidak tahu karena pesan tersebut dikirim dengan nomor baru. Tapi dia mengaku sebagai Tuan muda!"


"Astaga Sari, kenapa kalian bisa percaya begitu saja dengan pesan itu. Siapapun bisa saja mengaku-ngaku sebagai Arga. Aku tahu pasti bagaimana sifat Arga dia tidak mungkin mengirimkan pesan seperti itu, apalagi dengan nomor baru. Apa Tuan besar dan Opa sudah mengetahui masalah ini?!"


"Be-belum Pak, karena Nona Bening meminta saya untuk merahasiakannya kepada semua orang dan itupun atas instruksi pengirim pesan tersebut!"


"Astaga bagaimana ini. Baiklah begini saja, cepat temui Tuan besar atau Opa dan katakan semua yang kau ketahui kepada mereka agar mereka bisa bertindak dengan secepatnya!"


"Baik Pak Raka!"


"Ya sudah aku juga akan ikut membantu mencari keberadaan Bening."


"Terima kasih banyak Pak Raka!"


*****


Sementara di tempat lain Tuan Jordan telah disibukkan dengan usahanya untuk mencari jejak Sandra yang hilang bagaikan ditelan bumi. Karena petunjuk terakhir yang mereka miliki, yang tak lain adalah CCTV yang terpasang di tempat kejadian di mana Sandra diculik telah sengaja dirusak oleh seseorang. Rupanya sang pelaku telah melakukan ini dengan rencana yang sangat matang.


"Apa ada petunjuk lain selain CCTV itu?!" tanya Tuan Jordan kepada orang kepercayaannya yang bernama John.


"Belum ada Tuan, karena itulah satu-satunya petunjuk yang bisa kita gunakan untuk mencari jejak keberadaan Ibu Sandra!" jawab pria tersebut.


"Bajingan! Mereka benar-benar telah merencanakan ini dengan baik!"


"Saya rasa orang-orang itu sudah membuntuti Ibu Sandra sejak dari rumahnya, tapi mereka mencari waktu yang tepat untuk melakukan aksi mereka. Karena aksi mereka terlihat sangat ahli dan profesional!"


"Kau benar, tapi siapa kira-kira yang berani menantangku kali ini. Apa mungkin salah satu dari rival bisnisku?!"


"Tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui perihal Ibu Sandra selain Tuan Sanders, Tuan. Apa mungkin itu dia?!"


"Aku juga sempat memiliki pemikiran yang sama denganmu tapi aku tidak yakin dia bekerja sendiri. Pasti ada orang berpengaruh yang telah membantunya. Aku perintahkan kau untuk menyelidiki pria kurang ajar itu dan siapapun yang terlibat dengannya. Dan aku juga ingin agar Sandra secepatnya bisa ditemukan!"


"Baik Tuan, saya akan mengusahakan yang terbaik. Saya akan segera mengutus anak buah saya untuk segera menyelesaikan masalah ini."


"Aku harap kau tidak mengecewakan aku kali ini!"


Percakapan mereka terpaksa harus terhenti saat mendengar suara ponsel milik Tuan Jordan berdering. Tertera nomor tak dikenal di layar ponselnya.


"Nomor siapa ini?!" gumamnya dengan kening yang berkerut dalam.


"Angkat saja Tuan, siapa tahu penting!" ucap orang kepercayaan Tuan Jordan menyarankan.


Karena dianggap terlalu berisik dan mempertimbangkan saran dari orang kepercayaannya tadi Tuan Jordan pun segera menggeser icon warna hijau kemudian mendekatkan benda pipih tersebut ke telinganya.


"Halo!"


"...................."


"Iya saya sendiri!"


"....................."


"Apa maksudmu? Siapa kau sebenarnya?!"


"....................."


"Halo ... halo ... halo!"


Klikk-


Sambungan telepon diputuskan sepihak oleh orang misterius di seberang sana.


"Shit ...!" umpatnya kesal setelah menjawab panggilan telepon tadi.


"Maaf ... ada apa Tuan? Siapa yang baru saja menghubungi anda tadi?!" tanya orang kepercayaan Tuan Jordan dengan seraut wajah penasaran.


"Aku juga tidak tahu. Aku tidak bisa mengenali suaranya. Tapi satu hal yang pasti, dia menginginkan agar aku datang ke alamat yang akan diberikannya nanti jika ingin Sandra dan putriku selamat!"


"Apakah itu berarti Nona Bening juga-?"


"Aku tidak tahu Jhon, aku akan menghubungi orang rumah sekarang untuk memastikan keberadaan Bening!"

0 Comments