Penjara Cinta Sang Taipan. 104-105

 

Bab. 104

Sebuah pondok di tengah hutan jati.


Di kediaman Ramiro.


Suasana tampak mencekam karena atmosfer di salah satu ruangan ini mendadak terasa panas akibat api kemarahan yang berkobar dari pria tua yang kini berdiri dengan bantuan tongkatnya. Sedangkan di depannya ada seorang gadis yang tengah berlutut memohon ampun karena baru saja mengakui kesalahannya.


"Apa maksudmu dengan membiarkan cucuku pergi meninggalkan rumah ini secara diam-diam? Apa kau tahu akibat dari kebodohanmu itu?!" tanya Tuan Syarief dingin namun terasa mematikan.


"Ma-maaf ... maafkan saya Tuan sepuh. Saya tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Saya bersalah saya tidak becus menjaga Nona Bening dengan baik. Saya siap menerima hukuman apapun atas kesalahan saya. Sekali lagi mohon maafkan saya!" lirihnya dalam isak tangis yang tak mampu terbendung lagi.


Ini salahnya memang salahnya seharusnya ia bisa mencegah hal seperti ini agar tidak terjadi. Kini nasi sudah menjadi bubur karena waktu tak bisa terulang lagi. Yang bisa ia lakukan kini hanyalah minta maaf dengan segenap penyesalan yang hinggap di dalam hatinya.


"Seharusnya kau menggunakan otakmu itu sebelum bertindak. Jangan serta merta mengikuti kemauan Bening jika tidak tahu resiko apa yang akan terjadi setelahnya. Kau punya mulut bukan? Setidaknya kau langsung mengatakannya padaku waktu itu dan aku pun tidak mungkin akan menghalangi Bening untuk bertemu dengan suaminya. Apa kau tahu seperti apa usahaku selama ini dalam mencari Arga cucuku?!"


Air mata semakin deras membasahi pipih Sari yang masih tertunduk pasrah menyesali kebodohannya.


"Kau tahu sendirikan Bening saat ini sedang mengandung. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada cucu dan calon cicitku. Apa kau bisa menjamin bahwa orang yang saat ini ditemui Bening memang benar-benar Arga?!"


Degh-


Yang dikatakan pria tua itu ada benarnya juga. Bisa saja ada orang lain yang mengaku menjadi Arga karena ingin berbuat buruk kepada sahabat sekaligus majikannya itu. Kenapa hal ini tidak pernah terpikirkan olehnya? Bodoh sekali kau Sari, bahkan kau tidak bisa melindungi sahabatmu sendiri, begitu pikirnya.


"Maafkan saya Tuan maafkan saya!" sesal Sari sembari memeluk kaki pria tua itu sebagai bentuk penebus kesalahannya.


"Aku tidak akan pernah melepaskanmu jika terjadi sesuatu kepada Bening dan calon anaknya!"


Dukk-


Tuan Syarief menyentak kasar kakinya hingga membuat gadis itu tersungkur dan terantuk ke lantai.


"Kalian semua cari cucuku sampai dapat. Bila perlu sisir setiap sudut kota ini dan jangan pernah kembali jika kalian belum mendapatkan informasi apapun dari cucuku!" titah pria tua itu kepada para pengawalnya.


"Baik Tuan sepuh kami akan menjalankan perintah anda dengan segera!" jawab para pengawal keluarga Ramiro dengan serempak.


Dari arah pintu datang lah Fatma dengan terburu-buru kemudian mendekat ke arah pria tua itu.


"Maaf Tuan sepuh, Tuan Jordan menelfon dan ingin berbicara dengan anda!" ucap kepala pelayan tersebut kemudian menyerahkan pesawat telepon yang digenggamnya kepada pria tua itu.


"Halo Jordan!" jawabnya setelah mendekatkan alat komunikasi itu ke arah telinganya.


"Halo Pa, di mana Bening sekarang? Apa dia ada di rumah?!" ucap orang di seberang sana.


"Bening hilang. Sari berkata bahwa Bening pergi dari rumah secara diam-diam untuk menemui Arga dan sampai sekarang dia belum kembali ke rumah lagi!" jelas Tuan Syarief.


"Apa? Jadi benar apa yang dikatakan oleh pria asing itu jika Bening berada di tangan mereka!" ucap Tuan Jordan lemas.


"Maksudmu Bening sekarang tidak sedang bersama Arga tapi dia diculik?!" sentak Tuan Syarief memperjelas pernyataan putranya tadi.


"Iya Pa, kemungkinan besarnya seperti itu. Sebentar lagi penculik itu akan mengirimkan alamatnya kepada Jordan agar Jordan datang ke sana sendirian. Dan tolong Papa jangan sampai menghubungi polisi karena penculik itu mengancam akan membunuh Bening jika kita melibatkan polisi dalam masalah ini!"


"Dasar licik! Siapa yang sudah berani bermain-main dengan keluarga Ramiro? Aku pasti tidak akan melepaskan orang itu karena dia telah menggali kuburnya sendiri!"


"Siapapun dia kita akan mengetahuinya nanti! Baiklah Papa tunggu kabar selanjutnya dari Jordan karena kita tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk sementara waktu ini sebelum mendapat pesan dari penculik tersebut!"


"Baiklah hubungi Papa kembali setelah kau mendapat kabar dari penculik itu!"


"Baik Pa!"


Tut ... tut.


Sambungan telepon pun terputus. Pria tua itu terlihat menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang ada di belakangnya. Di masa-masa tuanya ia hanya ini menikmati hidup tenang dan bahagia bersama keluarganya tetapi kenyataan berkata lain. Begitu banyak masalah yang datang silih berganti menghampiri keluarga yang sudah ia jaga berpuluh-puluh tahun lamanya. 


Apakah ini semua adalah karma hidupnya selama ini? Tuan Syarief tampak menghela nafasnya pelan. Sejuta memory tentang ingatan masa lalu berseliweran indah di atas kepalanya. Tentang bagaimana ia menjalankan kehidupannya selama ini. Dia bukan pria bersih yang tak pernah punya noda namun sebaliknya. Dia adalah seorang pendosa yang bisa melakukan apapun untuk meraih ambisinya sejak di usia muda. Bahkan Ramiro group tidak akan berkembang pesat seperti sekarang ini jika ia tidak melakukan berbagai macam kecurangan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya termasuk mengalahkan dan menghabisi rival bisnisnya.


Sekarang pria tua itu baru menyadari dampak dari perbuatannya selama ini. Ternyata harta dan kekuasaan sebanyak apapun tidak akan membuat manusia menjadi puas.


*****


Sebuah mobil hitam melesat kencang membela jalanan hutan jati menuju sebuah pondok sederhana yang sengaja disiapkan oleh seseorang. Butuh sekitar 3 jam untuk bisa mencapai tempat itu mengingat letaknya yang jauh dari kota.


"Saya sudah dalam perjalanan membawa target!" ucap dingin salah satu penumpang yang ada di dalam mobil tersebut melalui telepon selulernya. Rupanya orang tersebut tengah bertukar suara dengan seseorang di seberang sana.


"...................."


"Baiklah saya mengerti. Saya akan tiba sekitar 10 menit lagi!"


Klikk-


Orang tersebut menyimpan kembali benda pipih miliknya ke dalam saku celana setelah mengakhiri panggilan tersebut. Hingga tak terasa mobil yang ditumpanginya telah berhenti di depan sebuah pondok yang memang sudah menjadi tujuan mereka saat ini.


"Bawa target turun!" titahnya kepada salah satu anak buahnya sebelum dirinya membuka pintu mobil dan keluar.


Suasana tampak gelap karena tidak ada cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Pintu dan jendela tertutup rapat sebelum seseorang datang dan membuka pintu bermaterial kayu tersebut. Jangan bertanya soal listrik karena tidak ada benda semacam itu di tempat ini.


"Letakkan langsung di atas ranjang!" ucap seorang pria berwajah sangar kepada temannya yang sedang sibuk membopong wanita pingsan.


"Keluar dan cepat hubungi si bos!" ujar pria itu lagi sebelum kembali mengunci pintu ruangan itu dari luar.


Setelah kepergian orang - orang tersebut. Seorang wanita telah tersadar dari pingsannya dengan rasa berat yang hinggap di kepalanya. Mungkin efek dari obat bius yang telah diberikan orang-orang asing tadi kepadanya.


Wanita itu membuka lebar matanya namun tetap saja tidak dapat melihat apa-apa karena kondisi ruangan yang benar-benar gelap gulita.


"Di mana aku?!" lirihnya seraya memijit keningnya yang terasa sakit. Ulasan kejadian beberapa waktu lalu saat dirinya dihadang orang yang tak dikenal dan berakhir di tempat ini mulai menghiasi kepalanya.


"Juwita! Di mana Juwita? Apa dia juga ada di tempat ini?!" Sandra sontak bangun dari tidurnya meskipun dengan sedikit perjuangan karena masih menanggung sakit di kepalanya.


"Ta ... Wita ... di mana kamu? Juwita!" panggil Sandra dengan teriakan yang cukup keras. Namun tidak ada yang menyahutinya. Suasana masih tetap hening, hanya suara jangkrik dan hewan malam yang bisa tertangkap indera pendengarannya. Hingga Sandra menyadari bahwa ia telah sendirian berada di tempat asing ini.


Bab. 105

Pertemuan Ibu dan anak.


"Cepat jalan ...!" teriak orang di luar sana.


"Sudah tidak usah menangis karena hal itu akan sia-sia. Cepat masuk ke dalam!" Suara itu kembali tertangkap di indera pendengaran Sandra sekarang. Setelah ia mendengar bunyi kendaraan berhenti di pelataran pondok tadi. Apa mungkin ada orang lain yang menjadi korban penculikan seperti dirinya? Begitu pikir wanita cantik itu.


Hingga terdengar suara gaduh dari langkah kaki beberapa orang yang kian mendekat ke arah pintu.


Ceklek ... ceklek!


Suara kunci diputar dua kali terdengar begitu jelas di pendengarannya hingga membuat Sandra semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.


Kriett ...!


Pintu kayu itu dibuka paksa oleh seseorang hingga terbuka lebar namun Sandra tetap tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu karena minimnya pencahayaan. Apalagi malam ini bulan seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya karena tertutup oleh mendung.


"Cepat masuk!" bentak salah satu pria yang tengah berdiri di ambang pintu kepada seseorang yang sepertinya adalah seorang wanita jika dilihat dari siluetnya karena terlihat memiliki rambut yang lumayan panjang.


Brugg-


"Awww ...!" jerit kesakitan perempuan itu setelah salah satu dari penculik tadi mendorongnya masuk dengan cukup keras hingga ia tersungkur ke lantai.


"Tutup dan kunci kembali pintunya! Kalian berdua tetap berjaga di sini untuk menjaga tawanan agar tidak kabur!" titah dari bos penculik tersebut.


"Baik bos!" jawab kedua anak buahnya dengan serempak.


Setelah kepergian para penculik itu dan keadaan kembali hening Sandra memberanikan diri untuk bersuara dan menyapa perempuan yang baru saja masuk tersebut.


"Hai ... siapa namamu?!" tanya Sandra dalam kegelapan.


Tentu saja hal itu membuat perempuan yang baru masuk tadi berjingkat kaget karena ternyata dia tidak sendirian di ruangan ini.


"Ka-kau ... kau siapa?!" tanya-nya bingung karena tidak bisa melihat apapun dan hanya bisa mendengar suaranya saja.


"Sstttt ... jangan takut. Aku juga korban penculikan seperti dirimu!" jawab Sandra namun ia merasa tidak asing dengan suara tersebut. 


Jantung perempuan yang baru masuk itupun berdetak tidak karuan setelah mendengar suara wanita yang baru menyapanya tadi. Karena ia merasa mengenali suara tersebut. Suara yang begitu lama ia rindukan di telinganya. Hingga ia pun memberanikan diri untuk bertanya-


"Ibuk ...?!"


Degg-


"Bening ...?!"


"Ibuk ...?!"


"Bening ...?!"


"Ibu di mana Bu?!" 


Ya, gadis yang baru masuk tadi adalah Bening putri semata wayang Sandra sendiri yang beberapa waktu lalu sempat ingin ditemuinya.


Bening meraba-raba sekitar tempatnya duduk untuk mencari keberadaan sang Ibu karena kondisi gelap gulita di ruangan ini. Air matanya menetes deras menahan keharuan karena ia sangat merindukan wanita yang telah melahirkannya itu.


"Bening? Benarkah kau Bening putriku?!" tanya Sandra seakan tidak percaya dengan pendengarannya. Wanita itu ingin memastikan sekali lagi bahwa ia memang benar-benar tidak salah dengar.


"Iya Buk, ini Bening anak Ibu. Ibu di mana?!" Bening sudah beranjak berdiri untuk mencari keberadaan sang Ibu dengan susah payah bahkan harus tersandung-sandung benda yang menghalangi jalannya.


"Bening Ibu di sini. Ibu di sini Nak. Kau di mana? Mendekatlah pada Ibu!" Sandra juga tak kalah antusias untuk menemukan keberadaan yang putri dalam kegelapan.


Mereka berdua sibuk meraba ke sana kemari untuk mencari satu sama lain. Bahkan harus berkali-kali tersandung dan terantuk tiang yang tidak sengaja ditabraknya. Namun rasa ingin memeluk orang yang begitu lama mereka rindukan membuat semua halangan itu tidak berarti bagi mereka berdua. Hingga akhirnya Sandra bisa meraih tangan putrinya yang telah menggapai-gapai tepat di depannya.


"Bening ...?!" pekik Sandra saat sudah berhasil mendapatkan tangan putrinya.


"Ibuk ...!" ucap Bening girang.


Kedua Ibu dan anak itupun berhambur saling memeluk meluapkan kerinduan masing-masing dengan kata maaf yang terus terucap dari bibir Sandra. Sungguh wanita itu sangat menyesali apa yang telah diperbuatnya dulu kepada sang putri. Seandainya waktu bisa diputar kembali ia ingin memperbaiki semuanya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Akan tetapi waktu tidak akan pernah berpihak padanya karena sang waktu akan terus bergulir maju meninggalkan kenangan jauh di belakang dengan rintihan sesal orang yang masih meratapi masalalu.


Namun kini Sandra telah bertekad akan menebus semua kesalahnnya kepada sang putri untuk selalu menyayangi, mencintai dan membahagian putri semata wayangnya itu. Putri yang mati-matian ia perjuangkan kelahirannya walaupun harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.


"Ibuk ... Bening kangen Buk! Bening kangen!" racau Bening dalam dekapan hangat sang Ibu yang dulu tidak pernah ia dapatkan.


"Iya Nak, Ibu juga kangen sama kamu. Maafkan Ibu ... maafkan Ibu ... maafkan Ibu!" Kata itulah yang terus dirapalkan Sandra sebelum ia mencium selebar wajah sang putri sebagai bukti bahwa ia sangat menyayangi dan mencintai putrinya ini.


"Ibu tidak perlu minta maaf sama Bening karena Ibu tidak pernah salah apapun terhadap Bening. Justru Bening yang harus meminta maaf kepada Ibu karena Bening belum bisa menjadi anak yang bisa membanggakan Ibu!" tangis bahagia tergambar jelas di wajah gadis itu seandainya saja saat ini kondisinya tidak gelap. Bagaimana tidak, setelah sekian lama akhirnya ia bisa merasakan pelukan hangat Ibu kandungnya seperti malam ini. Jika ini hanya mimpi Bening tidak ingin terbangun lagi karena ia tidak mau kehilangan pelukan hangat Ibunya lagi.


"Tidak Nak, justru kau adalah putri yang sangat membanggakan bagi Ibu. Kau adalah pelita dalam gelapnya dunia Ibu. Maafkan Ibu yang selama ini belum pernah bisa menjadi Ibu yang baik untuk mu!" Sandra kembali mendekap erat tubuh putrinya seakan takut putrinya itu menjauh lagi darinya. Sungguh malam ini adalah malam yang sangat membahagiakan bagi kedua Ibu dan anak itu karena sumber kebahagiaan mereka telah mereka dapatkan kembali. Mereka berjanji pada hati masing-masing tidak akan menyia-nyaikan kesempatan seperti ini lagi.


Sandra melepaskan pelukan pada tubuh putrinya. Sekarang kedua tangannya telah merangkum wajah sang putri untuk menghadap ke arahnya meskipun dalam kondisi gelap.


"Bening ... kenapa kau bisa sampai di tempat ini, Nak? Kenapa orang-orang itu bisa menculikmu? Apa kau mengenal mereka?!" Sandra mencecar Bening dengan beberapa pertanyaan yang membuat gadis itu kuwalahan untuk menjawabnya.


"Be-bening juga tidak tahu Bu, kenapa mereka tiba-tiba menculik dan membawa Bening ke sini. Dan Bening juga tidak mengenal satupun dari orang-orang itu. Ibu sendiri kenapa bisa ada di tempat ini?!" tanya Bening kemudian.


"Mobil Ibu sengaja dihadang mereka waktu Ibu berencana mendatangi kediaman Ramiro untuk mencarimu!" jelas Sandra.


Mendengar sang Ibu mencarinya membuat hati Bening ingin meledak saking bahagianya. Karena seumur hidupnya baru kali ini sang Ibu mau mencarinya.


"Ibu mencari Bening?!"


"Iya Nak, Ibu mencarimu karena ingin meminta maaf padamu. Maaf kan Ibu ya Nak!"


Cup ... cup ... cup.


Sandra kembali mendaratkan ciumannya di setiap bagian wajah sang putri sebagai bukti penyesalannya karena sudah menyia-nyiakan putri kandungnya selama ini.


"Makasih Bu, makasih sudah mau mencari Bening. Bening sangat bahagia mendengarnya!" Air mata kembali menetes dari sudut mata gadis itu karena merasa sangat terharu pun merasakan kebahagiaan yang tak terkira karena merasa masih diharapkan oleh wanita yang telah melahirkannya.


"Tapi bagaimana kau bisa keluar dari rumah keluarga Ramiro, Bening?!"


"Bening sengaja keluar dari rumah secara diam-diam tanpa sepengetahuan dari Papi dan Opa, karena Bening ingin menemui suami Bening, Bu. Tapi rupanya pesan itu adalah pesan palsu karena Bening tidak pernah bertemu dengan suami Bening tetapi malah diculik dan dibawah ke tempat ini!"


Degg-


'Suami? Apa putra Jordan itu yang dimaksud Bening dengan suaminya. Tapi kenapa mereka harus bertemu secara diam-diam seperti itu? Tapi sudahlah aku akan menanyakannya kepada Bening nanti. Sekarang yang harus aku lakukan adalah keluar dari tempat ini dulu!' batin Sandra.


"Baiklah masalah ini akan kita bahas nanti Bening. Yang harus kita fikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar kita bisa secepatnya keluar dari tempat ini!"

0 Comments