Arga. Bab 48



 Bab. 48

Nafas buatan.


"Bening ...!" teriak Arga panik saat tidak bisa melihat tubuh sang istri di permukaan air.


Arga pun langsung meloncat ke dalam air untuk menyelamatkan istrinya. Saat ini ia tidak bisa berfikir apa-apa. Nalurinya hanya ingin segera membawa sang istri keluar dari air.


Dalam sekejap Arga pun sudah berhasil membawa tubuh Bening kepermukaan air dan menyeretnya ketepian. Karena kemampuan Arga dalam hal berenang sudah tidak dapat diragukan lagi.


"Bening bangun ...!" Arga menepuk pelan pipi gadis yang masih erat memejamkan matanya.


Arga pun berusaha memberikan pertolongan pertama kepada Bening dengan memeriksa pernafasannya terlebih dahulu. Kemudian memberikan CPR dengan cara meletakkan tangan di tengah-tengah dada dan melakukan penekanan. Karena melihat Bening yang tak kunjung bangun, Arga pun berinisiatif memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut. Itu ia lakukan berulang kali. Hingga-


Uhuk ... uhuk ...!


Bening pun tersadar dari pingsan dengan mengeluarkan banyak air dari dalam mulutnya sampai terbatuk-batuk. Sehingga membuat Arga bisa bernafas lega.


"Bening, bagaimana keadaanmu. Apa yang kau rasakan sekarang!" 


"Sakit dan sesak di sini," jawab Bening seraya menyentuh dadanya.


Karena tempat ini adalah areal terlarang bagi semua orang, maka Arga tidak bisa menemukan satupun pelayan yang bisa dimintai pertolongan.


Tanpa berkata apapun, pria itu segera meraih tubuh Bening ke dalam gendongannya untuk segera turun dari rooftop. Tapi sebelum itu ia juga telah memakaikan kembali bathrobe ke tubuh gadis itu.


"Panggilkan dokter cepat!" teriak Arga setelah pintu lift terbuka.


Seluruh pekerja di rumah itu dibuat tercengang dengan pemandangan yang dilihatnya. Karena sang Tuan muda keluar dari pintu lift menggendong tubuh istrinya yang terlihat memucat dengan begitu panik.


"Tunggu apalagi? Cepat! Atau kalian ingin aku pecat?!"


"Baik Tuan muda!"


Para pelayan pun sibuk mengambil posisinya masing-masing untuk membantu majikannya tersebut. Bahkan ada sebagian dari mereka yang mengekori Arga menuju kamar, bila ada yang sesuatu yang dibutuhkan sang Tuan muda nanti.


"Maaf Tuan muda, saya membawakan minuman madu untuk menghangatkan tubuh, Nona!" Kepala pelayan menyerahkan segelas minuman yang dibawanya kepada Arga setelah pria itu berhasil menidurkan Bening di atas ranjang.


"Minum lah!"


Arga pun membantu Bening untuk meminum minuman tersebut.


"Apa kalian sudah menghubungi dokternya. Kenapa lama sekali?!"


"Beliau sudah dalam perjalanan menuju ke sini Tuan muda," jawab kepala pelayan bernama Fatma tersebut.


Para pelayan wanita segera membantu Bening untuk mengganti pakaiannya agar ia merasa nyaman dan tidak kedinginan lagi. Kemudian menyelimuti tubuh gadis itu dengan selimut tebal.


Setelah menunggu beberapa waktu, dokter yang dipanggil Arga pun datang lengkap dengan dua orang perawat wanita dan peralatan medisnya.


"Cepat periksa keadaan istriku!" titahnya dengan tidak sabaran kepada dokter yang baru saja datang tersebut. Bahkan ia tidak memberi kesempatan kepada sang dokter untuk menyapanya terlebih dahulu seperti biasanya.


"Baik Tuan muda!"


Dokter itupun segera berjalan mendekati ranjang kemudian memasang stetoskop di telinganya. Setelah melakukan pemeriksaan untuk beberapa saat dan bisa menyimpulkan tentang keadaan sang Nona muda. Dokter itupun berkata-


"Saat ini Nona hanya butuh banyak waktu untuk istirahat agar staminanya segera pulih kembali. Karena air yang masuk ke dalam paru-paru Nona sudah keluar semua. Kalau boleh saya tahu apakah tadi Tuan muda sendiri yang sudah memberikan pertolongan pertama kepada Nona?" tanya sang dokter sopan.


"Iya aku sendiri yang telah memberinya CPR karena tadi aku yang memaksanya untuk berenang!" jawab Arga seakan ada penyesalan di dalamnya.


"Melihat keadaan Nona Bening, sepertinya beliau tidak bisa berenang. Hal itulah yang memicu kepanikan saat berada di dalam air, sehingga membuat Nona tidak sengaja meminum banyak sekali air kolam hingga masuk ke dalam paru-paru dan lambungnya. Tapi Tuan muda tidak usah khawatir karena sesuai dengan perkataan saya tadi, air yang masuk ke dalam paru-paru Nona sudah keluar semua jadi sudah tidak menimbulkan sesak nafas. Sedangkan air yang masuk ke dalam lambung akan coba kami keluarkan melalui saluran pembuangan dengan bantuan obat yang akan segera saya resepkan. Efek sampingnya nanti Nona akan mengalami diare karena bakteri dan racun yang terkandung dari air kolam renang," ucap dokter menjelaskan.


"Baiklah lakukan yang terbaik untuk istriku. Aku ingin melihatnya sehat kembali!"


"Pasti Tuan muda, saya akan berusaha yang terbaik."


"Fatma segera siapkan obat yang sudah diresepkan dokter Arman!" titah Arga kepada kepala pelayan yang tengah berdiri di sudut ruangan.


"Baik Tuan muda," jawab sang pelayan.


"Sebentar saya tuliskan resepnya dulu!" Dokter Arman pun segera menuliskan sesuatu di atas kertas yang telah diberikan oleh salah satu asistennya tadi.


Setelah kepergian semua orang, sekarang tinggallah Arga berdua bersama Bening di dalam kamar.


Arga menatap lekat wajah gadis yang masih betah menutup matanya itu. Terdengar dengkuran halus dari hidungnya.


Pikiran Arga berkecamuk, ada sedikit rasa iba yang terselip di dasar hatinya saat melihat tubuh tak berdaya istrinya. Kadang ia juga merasakan hantaman perasaan aneh saat beradu tatap dengan mata sendu gadis yang ia nikahi secara paksa itu.


Arga sendiri tidak mengerti ataupun memahami tentang perasaannya sendiri. Apalagi ego yang terpatri masih memegang kendali, hingga tak ingin harga diri setinggi langit itu jatuh ke dasar bumi.


"Eehh ...!" Erang Bening dalam tidurnya.


Arga pun segera mengalihkan perhatiannya kepada gadis yang berada di sisi kirinya tersebut.


"Hey ... Bening! Apa kau sudah sadar?!"


Pria itu segera memasang kembali wajah datarnya saat melihat mata Bening mengerjap perlahan.


"Aku di mana?" tanya-nya lirih namun masih bisa didengar Arga.


"Di dalam kamar, tentu saja!" Sifat menyebalkan Arga sudah kembali seperti biasa. Tidak secemas tadi waktu Bening pingsan. Pria itu sungguh pandai mengendalikan perasaannya.


"Air, banyak sekali airnya! Aku tenggelam?! ucapnya saat mengingat kembali peristiwa beberapa waktu yang lalu.


"Kau sudah aman sekarang. Kau tidak akan tenggelam! Jadi lupakan mimpi burukmu itu!" jawab Arga tegas.


"Apa tadi cuma mimpi? Tapi semua seperti nyata. Aku takut!" Wajah gadis itu benar-benar kelihatan ketakutan.


"Sudah lah jangan diingat-ingat lagi itu hanya mimpi!" Arga berkata seperti itu hanya agar Bening tidak merasa ketakutan lagi. Karena takut membuat gadis itu trauma.


"Bisakah aku minta tolong?"


"Apa?!"


"Aku haus, aku ingin minum!" pintanya dengan sedikit takut karena sudah berani memerintah orang seperti Arga.


Tanpa menjawab apa-apa, Arga pun segera meraih gelas berisi air putih yang berada di atas nakas.


"Ini cepat lah minum!"


Bening pun berusaha bangun dari tidurnya dengan bantuan Arga tentunya. 


"Terima kasih," ucapnya setelah berhasil menandaskan isi di dalam gelas.


"Ya, tidurlah lagi!"


Namun, Bening tak jua memejamkan matanya, ia terus menatap Arga dengan tatapan yang sulit diartikan.


"Ada apa lagi?" tanya Arga gusar karena merasa tidak nyaman ditatap Bening dengan sedemikian rupa.


"Aku cuma mau bilang terima kasih!" ucap tulus Bening.


"Kau sudah mengucapkannya tadi. Jadi tidak usah mengatakannya berkali-kali!"


"Terima kasih telah menyelamatkan diriku. Terima kasih telah menenangkan diriku dengan mengatakan bahwa peristiwa tadi hanya mimpi. Karena itu bisa menghilangkan ketakutanku. Terima kasih!"


Arga tampak tercengang dengan ucapan Bening. Gadis itu bahkan mau berterima kasih kepada orang yang hampir saja mencelakainya.

1 Comments

  1. Wooh bagus sekali,ayo uploud yg banyak y kak biar pembaca nya 💪💪💪💪 trus mksh kakak🥰🥰🥰🥰

    ReplyDelete