Bening. Bab 49



 Bab. 49

Sisi lain Arga.


Tepat pukul 00.00 wib. Bening menggeliat dalam tidurnya. Keringat bercucuran membasahi kening dan rambutnya.


Di dalam tidurnya Bening melihat gelombang air yang sangat besar datang menggulung tubuh kecilnya. 


Hanya gelap dan sesak yang bisa ia rasakan saat itu. Hingga menimbulkan ketakutan yang teramat sangat di hatinya.


Ia berteriak dan menjerit memanggil nama sang Ibu agar segera datang menolongnya. Namun, wanita yang telah melahirkannya itu masih tetap bergeming di tempatnya dengan tatapan datar tanpa berniat menolong Bening yang hampir mati kehabisan nafas karena tenggelam.


"Tolong ... tolong! Tolong Bening Ibu. Bening akan tenggelam. Tolong ... tolong!" 


"Bening bangun ... Bening! Apa yang terjadi padamu. Bangun Bening ...!" Arga menepuk keras pipi gadis yang terus berteriak histeris dalam tidurnya itu.


Karena Bening tak kunjung bangun, Arga pun berinisiatif menggigit telingah gadis itu agar segera sadar dari mimpi buruknya.


Ternyata cara tersebut efektif untuk membuat Bening terbangun karena rasa sakit di telinganya. Dengan nafas memburu dan keringat bercucuran, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah sang suami yang tampak cemas memandangnya. Bening pun segera menghamburkan pelukannya kepada pria yang sudah berstatus menjadi suaminya itu dengan maksud untuk mencari perlindungan.


"Arga aku takut. Air itu akan menenggelamkan diriku. Tolong bawa aku pergi jauh dari air itu. Rasanya sakit dan sesak sekali. Aku tidak sanggup. Hiks ... hiks ...!" isaknya dalam pelukan sang suami.


Yang dapat dilakukan Arga saat ini adalah berusaha menenangkan Bening dengan memberikan elusan lembut agar gadis itu merasa nyaman. Sekarang Arga tahu bahwa Bening pernah memiliki trauma di masa lalu hingga membuat gadis itu kerap bermimpi buruk. 


Biarlah nanti ia akan bertanya kepada gadis itu secara perlahan agar bisa segera mencari solusinya.


"Sudah lah tidak apa-apa. Ada aku di sini yang akan menjagamu. Jadi lupakan mimpi buruk mu itu!" ucap tulus Arga. Entah kenapa, tiba-tiba muncul hasrat di hatinya untuk selalu bisa melindungi gadis itu.


"Kau berjanji tidak akan meninggalkan aku 'kan?!"


"Iya aku janji. Sekarang cobalah untuk tidur lagi," perintah Arga dan berusaha membaringkan tubuh gadis itu kembali.


"Bagaimana jika air itu datang lagi?!" tanya Bening masih sarat akan ketakutan.


"Tidak ada air di sini. Lagi pula ada aku," ucap Arga meyakinkan.


"Bolehkah, bolehkah aku memegang tanganmu sekarang. Aku ingin tidur dengan memegang tanganmu. Dan jika air itu datang lagi kau bisa segera menolongku," pinta Bening penuh harap.


Arga yang melihat raut penuh harapan di netra gadis itu hanya bisa mengiyakan.


"Tidurlah lagi, besok kita bicara!" Arga membawa kepala sang istri dalam rangkulannya. Mencari posisi senyaman mungkin agar tidur gadis itu tidak terganggu lagi.


Karena merasa nyaman dalam dekapan sang suami perlahan mata Bening tertutup dan kembali terlelap.


'Aku tidak mengerti tentang perasaanku saat ini. Tapi setiap berada di dekatmu aku merasa damai. Dan naluriku untuk selalu bisa melindungimu perlahan tumbuh tanpa aku sadari. Tidurlah Bening aku akan selalu menjagamu!'


Arga pun mendaratkan kecupan singkat di pucuk kepala gadis itu sebelum ikut terlelap menggapai mimpinya sendiri.


Malam telah bergulir menjadi pagi. Bening membuka mata saat suara ponsel Arga mengganggu tidurnya. Bening merasa tadi malam Arga memeluk dan menenangkannya. Namun saat ia melihat tempat tidur di sebelahnya sudah kosong, ia mengirah kejadian tadi malam hanya sebuah mimpi.


"Ternyata semalam hanya mimpi! Ayo lah Bening pria itu tidak mungkin bisa bersikap lembut padamu. Jadi jangan terlalu berharap," monolognya.


Bening terlihat sudah rapi dengan pakaian rumahan yang ia kenakan. Walaupun sudah menjadi bagian dari keluarga konglomerat gadis itu tidak pernah menghilangkan sisi sederhananya. 


Termasuk dalam hal berbusana, Bening selalu memilih baju simple yang tidak terlalu glamor untuk dikenakan-nya. Padahal di lemari pakaiannya sudah terisi dengan berbagai jenis busana dengan brand terkemuka.


Karena tidak memiliki kegiatan apapun di rumah ini, Bening akhirnya memilih untuk bersantai dan membaca novel favoritnya di balkon kamar.


"Permisi Nona!" Fatma tiba-tiba memasuki kamarnya.


"Iya, ada apa Bi Fatma?" Bening mengalihkan pandangannya dari buku yang dibacanya.


"Maaf Nona, saya kemari hanya ingin menyampaikan sesuatu dari Tuan muda untuk anda!" kata Fatma sembari menyerahkan sebuah paper bag kepada Bening.


"Apa ini, Bi?"


"Maaf saya tidak tahu Nona, saya hanya diutus untuk menyampaikan-nya saja!"


"Baiklah terima kasih."


"Sama-sama Nona. Saya permisi!" Fatma pun membungkukkan sedikit badannya sebelum meninggalkan kamar Bening.


Selepas kepergian kepala pelayan tadi Bening pun segera membuka bingkisan tersebut, karena sudah sangat penasaran ingin melihat isinya.


Mulut Bening terbuka lebar saking kagetnya mendapati sebuah iPhone keluaran terbaru berada di tangannya. Bening memang pernah mempuyai telepon seluler sebelumnya. Tetapi miliknya dulu tipe android biasa yang ia beli dari hasil menabung gajinya sebagai buruh pemetik cabai.


"I-ni, ini untukku?" monolognya seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.


Dan kemudian benda di tangannya itu bergetar dan berbunyi nyaring. Terpampang nama 'Arga' di atas layarnya.


Dengan ragu-ragu Bening menggeser icon warna hijau. Kemudian-


"Halo ...!" jawab Bening setelah menempelkan benda pipih itu ke telinganya


"Kenapa lama sekali mengangkatnya?!" teriak orang di seberang sana yang ternyata adalah suaminya.


"Maaf ...!" Hanya kata itu yang keluar dari bibir Bening. Karena gadis itu masih terlihat shock.


"Hey, apa kau mendengarku. Kenapa diam saja?!"


"I-iya iya aku mendengarmu!"


"Sebentar lagi akan ada orang yang menjemputmu. Jadi kau bersiap-siap lah!"


"Apa maksudmu. Aku akan dibawa pergi ke mana?"


"Tidak usah banyak bertanya. Lakukan saja perintahku!"


Klikk-


Sambungan telepon itupun diputus sepihak oleh Arga sebelum Bening mengatakan protesnya.


"Dasar Tuan muda pemaksa. Suka memerintah orang seenaknya sendiri saja!" gerutuh Bening.


Namun, tidak dapat dipungkiri rasa bahagia di dalam hatinya saat ini karena hadiah mahal pemberian suaminya tadi.


"Bahkan aku belum bilang makasih padanya. Biarlah aku akan mengucapkanya secara langsung nanti."


Jemari lentiknya tampak lincah bergerak mengotak atik benda pipih di tangannya.


"Ternyata menggunakan ponsel mahal lebih sulit dari yang aku perkirakan."


Bening pun tampak fokus dengan benda di tangannya itu, berusaha mempelajari fitur apasaja yang ada di dalam ponsel mahal itu dengan bantuan buku panduannya.


"Permisi Nona, saya mengantarkan jus untuk anda!" 


Sari tiba-tiba muncul di hadapan Bening. Namun, gadis itu seakan tuli karena terlalu fokus dengan ponsel barunya. Hingga membuat Sari penasaran dan bertanya-


"Maaf Nona, anda sedang apa?"


Bening masih tak menyadari keberadaan Sari. Hingga pelayan sekaligus teman barunya itu menyentuh pundaknya.


"Nona-"


Bening pun berjingkat kaget dan refleks mengangkat kepalanya melihat Sari.


"Eh Sari, mengagetkan saja. Untung ponselku tidak jatuh!" protesnya.


"Maaf kan saya Nona. Anda sudah saya panggil-panggil tapi tidak menyahut."


"He he he maaf, aku terlalu fokus dengan ini!" jawab Bening sembari menunjukkan ponsel barunya kepada teman-nya itu.


"Wah bagus sekali Nona. Harganya pasti sangat mahal," tebak Sari.


"Aku pikir juga begitu, tapi aku juga tidak tahu pastinya sih. Tuan pemaksa itu yang memberikannya!"


"Maksud Nona, Tuan muda?!"


"Iya, manusia itu. Tapi aku sangat berterima kasih padanya. Semoga dengan ini aku tidak merasa bosan lagi."


"Saya harap juga begitu Nona. Silahkan minum jusnya Nona. Saya membuatkan spesial untuk anda."


"Makasih Sari."


"Iya Nona sama-sama!"


Bening pun segera mengambil gelas jus di atas nakas yang berada tak jauh darinya dan meminumnya.


"Ah, segar sekali. Kalo aku perhatikan semakin hari aku semakin tidak memahami karakter suamiku itu. Terkadang dia seperti monster kejam dan tak jarang juga dia bersikap lembut. Apa dia memiliki kepribadian ganda?" curhatnya kepada Sari. 


Entah kenapa, tiba-tiba ia mengingat kembali kejadian malam di mana Arga bersikap lembut saat menenangkannya. Karena ia tidak yakin semua itu hanya mimpinya.


"Sebenarnya Tuan muda memiliki hati yang baik Nona. Hanya saja tertutup dengan sifat dinginnya saja. Beliau seperti sengaja membangun tembok penghalang dengan orang-orang di sekitarnya. Tapi itu hanya asumsi saya saja selama bekerja di rumah ini."


Bening pun menganggukkan kepalanya berulang kali tanda mengerti. Kemudian-


"Apa anda ingin tahu kebaikan apa saja yang pernah di lakukan Tuan muda yang tidak pernah diketahui orang lain?" imbuh Sari.


Pertanyaan Sari tadi begitu mengundang rasa penasaran Bening tentang kehidupan pribadi suaminya. Dan tentu saja Bening begitu antusias untuk segera mendengarkan.K

0 Comments