Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 87-88

 

Penjara cinta sang taipan

Bab. 87

Cucu perempuan.


Nyonya Diana tampak menyunggingkan senyumnya karena telah berhasil memprovokasi sang putra untuk melawan Ayahnya sendiri. Karena saat ini Arga lah senjata yang mampu melawan keganasan dari amarah pria yang masih berstatus suaminya itu.


"Baiklah kalo begitu Mommy pergi dulu. Masih ada banyak hal yang harus Mommy kerjakan!" 


Wanita cantik berbibir sensual itu beranjak dari tempat duduknya bersiap-siap untuk pergi. Namun, saat akan melangkahkan kakinya suara Arga kembali menginterupsi-


"Tolong Mommy pertimbangkan usulan Arga tadi untuk meninggalkan pria itu. Arga ingin melihat Mommy bahagia," ucapnya dengan mata yang terlihat sendu, karena bagaimanapun ia tidak mau melihat perempuan yang sudah melahirkannya tidak bahagia.


"Iya Sayang, Mommy pasti akan mengakhiri ini semua jika waktunya sudah tiba. Karena Mommy ingin hidup bahagia hanya bersama denganmu!"


Nyonya Diana tengah merangkum wajah sang putra dengan kedua telapak tangannya kemudian memberikan kecupan lembut di kening putranya itu.


"Mommy pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik. I love you!" pamitnya kemudian.


"Love you too," lirih Arga.


Setelah kepergian sang Mommy Arga kembali duduk di kursi kebesarannya. Ia langsung menghubungi Raka untuk datang ke ruangannya.


Setelah menunggu sekitar 10 menit akhirnya Raka muncul dari balik pintu.


"Ngapain loe manggil gue? Masih kangen loe? Belum ada dua jam kita berpisah loe udah kangen aja sama gue!" ledek Raka setelah menyembulkan kepalanya dari balik pintu.


"Berisik loe! Cepat kemari ada yang harus loe lakuin buat gue!" titah Arga sok bossy.


"Ck, udah gue duga loe pasti ada maunya jika sudah manggil gue kayak gini!" cibir Raka.


'Apa ini ada kaitannya dengan Mak lampir tadi ya. Kira-kira Ibu dan anak tadi membicarakan apa ya? Tanya jangan, tanya jangan? Tanya ada deh!' Raka membatin.


"Tadi Nyonya besar kemari ya? Ada apa tumben-tumbenan?" tanya Raka setelah mendudukkan dirinya di atas kursi yang berhadapan dengan Arga.


"Ini yang akan gue omongin sama elo. Gue mau loe cari tahu tentang jalang yang saat ini disimpan oleh pria itu!" jawab Arga datar.


"Pria itu? Maksudnya bokap loe?!" tanya Raka memastikan.


"He em ...!"


"Apa tadi, bokap loe punya simpanan. Loe tau dari mana kabar itu?!"


"Mommy tadi yang bilang. Sebenarnya gue males ngurusin hal kayak beginian karena gue nggak mau peduli dengan urusan pria itu. Tapi setelah melihat kesedihan Mommy tadi, gue rasa gue harus bertindak. Apalagi pria itu sudah melakukan kekerasan terhadap Mommy gue. Bukan itu saja, Bening juga mendapat tamparan dari pria itu hanya demi membela seorang pembantu!" jelas Arga dengan amarah yang tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.


"What! Kekerasan? Tamparan? Bening? Kapan hal itu terjadi dan kenapa Tuan besar bisa sampai melakukan hal itu? Pasti ada alasannya bukan?!"


"Kalo urusan dengan Mommy pasti alasannya adalah jalang itu tapi kalo dengan Bening aku juga tidak terlalu paham. Menurut cerita Bening, hal itu terjadi hanya karena kesalapahaman karena Bening tidak sengaja menumpahkan teh panas di tangan dan kaki Sari!"


"Jadi karena hal itu Tuan Jordan sampai menampar Bening. Tapi yang menjadi tidak masuk akal di sini adalah kenapa bokap loe sampai ngebela Sari sampai sebegitunya. Apa sebelumnya bokap loe pernah memperlakukan hal yang sama seperti itu kepada pembantu lain?!" 


"Entahlah gue nggak tahu. Tapi orang kayak Papi mana pernah ngurusin hal semacam itu. Apalagi seorang pembantu. Aku juga merasa ada yang janggal di sini."


"Mungkinkah Papi loe ada hubungan khusus dengan pembantu loe itu? Apa jangan-jangan wanita simpanan yang dimaksud Mommy loe tadi adalah Sari sendiri?!" tebak Raka.


"Gue nggak tahu. Kalau pun itu benar, keterlaluan sekali pria itu jika menjadi seorang pedofil. Cih, mengencani seorang perempuan yang pantas menjadi anaknya. Menjijikkan!" geram Arga.


"Mungkin bokap loe lagi masa puber kedua kali. Jadi selerahnya berubah ke daun muda," goda Raka untuk mencairkan suasana.


"Apapun alasannya, itu tidak membenarkan perbuatannya kepada Bening dan Mommy!"


"Iya gua setuju. Jadi apa yang harus gue lakuin buat loe?!"


"Cari tahu informasi tentang wanita yang sudah menjadi simpanan pria itu dan juga cari tahu apa hubungan pria itu dengan Sari. Apa benar sama dengan tebakan loe tadi!"


"Siap bos! Kira-kira kalo ada tambahan kerjaan kayak gini ada bonus di luar gaji nggak?!" 


"Heran, kenapa sih loe sekarang matre banget?!"


"Yey, namanya juga usaha. Kalau dikasih kan lumayan!"


"Oke, kalo loe bisa nyelesein tugas ini dengan baik. Lamborghini aventador gue buat loe!"


"Boleh rikues warna nggak? Mao yang orange dong!"


"Elo ini bener-bener yah! Udah di kasih hati minta empedu!"


"Elah jangan empedu pahit, usus aja deh nggak papa. Ikhlas gue!"


"Udah nggak usah banyak bacot. Cepet kelarin masalah ini biar mobilnya juga cepet pindah ke tangan loe!"


"Siap Bos!"


*****


Sementara di Singapura di mana Tuan Syarief berada saat ini, pria tua itu tidak pernah melewatkan kabar terbaru tentang keluarganya yang berada di Indonesia dengan kiriman informasi dari orang kepercayaan-nya.


"Informasi apa yang kau dapat hari ini, Steve?!" tanya pria tua yang berdiri dengan bantuan tongkat itu.


"Tuan Jordan sudah menemukan keberadaan Ibu Sandra dan kini Tuan Jordan menyembunyikan Ibu Sandra di apartemennya," tutur Steve orang kepercayaan Tuan sepuh.


"Baiklah, biarkan saja Jordan berbuat semaunya. Karena aku juga turut andil dalam kekacauan hidupnya waktu itu. Apalagi informasi yang kau dapatkan di sana?!"


"Berita ini sangat penting Tuan. Bahkan Tuan Jordan juga baru saja mengetahuinya."


"Berita apa itu?!"


Pria tua itu berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya di sana. Sedangkan Steve masih mempertahankan posisinya untuk berdiri.


"Ternyata Ibu Sandra pernah melahirkan seorang bayi perempuan dan itu adalah anak kandung dari Tuan Jordan karena Ibu Sandra sudah mengandung sebelum menikah dengan seorang pria bernama Harun. Dan ternyata Harun hanya menolong Ibu Sandra menutupi aibnya karena sudah hamil di luar nikah!"


"Apa! Jadi aku punya cucu lain selain Arga?!"


"Benar Tuan!"


"Dan cucuku itu seorang perempuan?!"


"Benar Tuan!"


"Di mana keberadaan cucuku sekarang. Apa dia tidak tinggal bersama dengan Ibunya?!"


"Menurut informasi yang saya terima. Ibu Sandra sudah berpisah dengan putrinya sudah sejak lama karena hubungan mereka yang kurang harmonis. Selama ini Ibu Sandra memusuhi putrinya sendiri karena anak itu terlahir dari hasil perkosaan!"


"Apa! Jangan bilang Sandra sudah membuang darah dagingnya sendiri!"


Terlihat rona kemarahan yang terpancar dari wajah keriput pria tua itu.


"Begitulah kenyataannya Tuan. Ibu Sandra selalu terbayang-bayang masa lalunya yang kelam bahkan Ibu Sandra dulu juga sempat depresi dan hampir gila akibat perbuatan yang dilakukan Tuan Jordan di masa lalu."


"Jadi kemana perginya anak itu?" Tuan Syarief tampak menghela nafasnya pelan.


"Sampai saat ini belum ada yang mengetahuinya Tuan. Bahkan Tuan Jordan sendiri pun masih mencari keberadaan-nya."


"Steve, aku memerintahkanmu untuk mencari cucu perempuanku. Aku ingin kau segera menemukan-nya untuk ku!" 


Bab. 88

Pengakuan Sari.


Sudah seminggu sejak kejadian yang menimpah Sari waktu itu. Selama itu pula Tuan Jordan masih beranggapan Bahwa Sari adalah putrinya dengan Sandra, hingga membuat pria berwibawa itu selalu memberikan perhatian khusus kepada gadis berusia 18 tahun itu.


Tentu saja hal tersebut menjadi bahan gunjingan sesama pelayan yang ada di kediaman Ramiro karena menganggap Sari telah memiliki affair dengan majikannya tersebut. Pun dengan Nyonya Diana yang juga memiliki pemikiran yang sama sehingga membuat wanita cantik itu sangat membenci Sari dan selalu mencari cara untuk menyakiti gadis itu.


Seperti saat ini, Nyonya Diana tidak memberikan makan malam untuk gadis itu dengan dalih bahwa itu adalah hukuman baginya karena telah merusakkan baju kesayangan sang Nyonya. Padahal semua itu tidak benar karena semua itu hanya konspirasi dari wanita itu sendiri agar memiliki alasan untuk menyakiti Sari.


Karena jika Nyonya Diana memilih menghukum Sari dengan menyakiti fisiknya seperti memukul atau kekerasan fisik lain, maka sang suami akan dengan mudah mengetahui perbuatannya.


"Beraninya kau mencuri perhatian suamiku!" desis Nyonya Diana dengan mencengkeram erat dagu gadis yang kini tengah tersungkur di atas lantai.


"Maafkan saya Nyonya, saya tidak bermaksud-" lirih Sari sembari terisak.


"Maaf katamu?! Jalang kecil sepertimu harus diberi pelajaran agar tidak gatal dengan suami orang!" 


Wajah wanita itu terlihat sangat bengis dan menakutkan hingga membuat Sari merinding.


"Sudah Nyonya, hentikan! Jangan sampai melukai wajah pelayan hina itu!" ucap Grace mengingatkan saat kuku tajam sang majikan hampir melukai wajah gadis itu.


"Kau benar Grace, aku harus menahan diriku. Aku tidak mau mengotori tanganku hanya untuk jalang kecil tak berguna macam dia. Dan kalian jangan ada yang berani memberinya makan atau kalian akan tahu akibatnya!" ancam sang Nyonya kepada seluruh pelayan yang ada di tempat itu.


"Baik Nyonya!" jawab mereka serempak.


Setelah mengibaskan tangannya ke udara seolah membersihkan kotoran yang menempel di tangannya setelah menyentuh wajah Sari. Sang Nyonya pun pergi dari tempat itu dengan penuh keangkuhan diikuti oleh Grace dan pelayan lainnya. Hingga meninggalkan gadis itu menangis seorang diri.


Setelah memastikan tidak ada orang lain di tempat itu, Bening yang sejak tadi bersembunyi di sudut ruangan berlari mendekati Sari yang masih meringkuk di lantai.


"Sari ayo kembali ke kamarmu!" ujar Bening.


"Nona, kenapa anda berada di sini? Tolong pergilah, saya tidak mau Nona mendapat masalah karena saya!" ucap Sari dengan tidak enak hati.


"Sudahlah jangan banyak bicara, aku akan membantumu berjalan!" jawab Bening.


Gadis itupun membantu sahabatnya untuk berjalan menuju paviliun belakang di mana kamar Sari berada.


Setelah memastikan Sari duduk di ranjang dengan nyaman. Bening pun beranjak pergi untuk mengambil makanan.


"Kau tunggu di sini sebentar. Aku akan kembali lagi!" tutur Bening yang dibalas Sari dengan menganggukkan kepala.


Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Bening datang lagi dengan membawa nampan berisi aneka jenis makanan di tangannya.


"No-nona ...!"


"Sudahlah jangan banyak bicara, cepat habiskan makanan-nya sebelum Ibu mertua antagonisku memergoki kita berdua!" saut Bening sembari memberikan sepiring nasi kepada sahabatnya itu.


"Tapi Nona, Nona tidak perlu melakukan semua ini untuk saya. Saya tidak mau Nona mendapat masalah nantinya!" ujar Sari merasa tidak enak dengan kebaikan hati majikannya itu.


"Tidak ada yang akan terjadi padaku. Percayalah! Cepat makan makananmu!" titah Bening.


"Tapi Nona ...!"


"Sari ayolah!"


"Baik Nona!"


Sari pun menyuapkan sendok demi sendok makanan ke dalam mulutnya hingga habis tak tersisa, karena sejujurnya perut gadis itu memang terasa lapar karena seharian ini Nyonya Diana benar-benar tidak memberinya makan.


Setelah Sari menghabiskan makanan-nya Bening pun memberi gadis itu segelas air minum untuknya.


"Terima kasih Nona!" ucap Sari setelah menandaskan minuman dari Bening tadi.


"Iya sama-sama!" jawab Bening dengan senyum tulusnya.


"Maafkan saya yang sudah merepotkan anda. Seharusnya sayalah yang melayani anda bukan malah sebaliknya!" sesal Sari.


"Kau ini bicara apa? Kita sahabat tentu saja harus saling tolong menolong jika salah satu dari kita dalam masalah. Dan mengenai Nyonya Diana, aku mewakili dirinya minta maaf padamu karena bagaimanapun juga beliau adalah Ibu mertuaku. Karena guru ngajiku pernah berkata bahwa Ibu mertua sama dengan orang tua kita sendiri tidak ada bedanya. Sehingga aku mewakili beliau untuk meminta maaf padamu!"


"Nona memang berhati mulia. Seharusnya Nona tidak perlu melakukan hal itu karena saya sudah memaafkan Nyonya Diana. Karena bagaimanapun juga beliau adalah majikan saya. Orang yang membantu perekonomian keluarga saya."


"Tapi yang aku herankan kenapa Mommy sampai berbuat seperti ini kepadamu?!"


"Saya juga tidak tahu Nona!" jawab Sari pasrah.


"Ya sudah kau beristirahatlah, aku akan kembali ke kamarku!" pamit Bening.


Namun sebelum Bening benar-benar meninggalkan kamar Sari. Suara gadis itu kembali terdengar di indera pendengarannya.


"Nona Tunggu!"


Panggilan Sari pun menghentikan langkah Bening yang hampir mencapai pintu.


"Ada apa Sari. Apa ada lagi yang kau butuhkan?!" tanya Bening setelah memutar tubuhnya ke arah gadis itu.


"No-nona sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan kepada anda." Gadis itu tampak menjeda ucapannya, ada rasa takut yang ia rasakan saat ini.


"Sa-saya ingin meminta maaf kepada anda karena-"


Bening tampak mengerutkan keningnya karena tidak paham dengan maksud sahabatnya itu. Namun ia masih sabar menunggu sampai Sari menyelesaikan ucapannya.


"Saya minta maaf karena telah menghilangkan foto milik Nona. Maksud saya foto Ibu Nona Bening!" ucap Sari sembari tertunduk takut.


"Apa?!"


"Maaf jika saya baru mengatakannya sekarang karena saya takut membuat Nona kecewa!" Buliran bening terlihat menetes dari sudut mata gadis itu.


"Maksud kamu apa Sari?!"


"Waktu itu saya menemukan foto Ibu Nona yang terjatuh di ruang tamu. Saya ingin mengembalikannya tapi takut menganggu Nona yang sedang beristirahat, tetapi besoknya Nona malah pergi ke Bogor sehingga saya belum punya kesempatan itu. Kemudian saya tidak sengaja menghilangkan foto itu. Saya lupa telah menjatuhkannya di mana. Saya sudah mencarinya di mana-mana tetapi tidak ada. Maafkan saya Nona," ungkap Sari dengan penuh penyesalan.


"Jadi kau yang menemukan foto itu? Walaupun aku sedih karena harus kehilangan foto satu-satunya milik Ibuku tapi aku tidak bisa menyalahkanmu."


"Sekali lagi maafkan saya Nona. Seandainya saja saya lebih amanah dalam menjaga foto tersebut, saya-"


"Sudahlah Sari tidak apa-apa. Mungkin foto tersebut bukan rezeki untuk ku! Jadi jangan merasa bersalah seperti itu!"


"Nona memang sangat baik. Saya beruntung bisa bertemu dengan orang sebaik Nona!" Sari pun berlari menghamburkan pelukannya kepada Bening.


Bening pun membalas pelukan sahabatnya itu dengan mengusap-usap lembut punggungnya.


*****


Sementara di tempat lain Arga sedang merencanakan kejutan untuk Bening. Ia ingin segera mengajak Bening bulan madu agar bisa menyatakan cintanya.


Rencana Arga itu didukung penuh oleh sahabatnya Raka. Karena menurut Raka, Bening membawa dampak positif untuk kehidupan sahabatnya itu yang dulu sangat berantakan. Karena hanya Bening lah yang mampu merubah seorang Arga menjadi pribadi yang lebih baik. 


Semua persiapan bulan madu sudah diatur sedemikian rupa oleh Raka. Hingga tinggal menunggu waktu berangkatnya saja.


"Gue pengen loe segera nyelesein tugas loe dalam mencari wanita simpanan Papi gue, sebelum gue berangkat ke Turki. Karena gue nggak mau rencana bulan madu gue berantakan hanya karena hal seperti itu!" ujar Arga kepada sahabat sekaligus asisten-nya itu.


"Iya, anak buah gue masih berusaha mengumpulkan informasinya. Tapi gue janji, elo akan dapat info selengkapnya sebelum berangkat honeymoon!" jawab Raka sebelum menyesap kopi di tangannya.


Saat ini dua sahabat itu sedang menikmati waktu sorenya dengan minum kopi di kedai coffe shop favorit mereka.


0 Comments