Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 85-86

 

Penjara Cinta sang taipan

Bab. 85

Pertengkaran dan keromantisan.


"Apa-apaan ini?!"


Nyonya Diana melemparkan sebuah video yang diberikan oleh salah satu pelayan kepercayaan-nya tepat di hadapan Tuan Jordan.


Dengan tenang Tuan Jordan mengambil ponsel yang berisi video pertengkaran-nya dengan sang putra yaitu Arga dan juga perhatian-nya kepada salah satu pelayan mereka yang bernama Sari.


"Bisa kau jelaskan kepadaku maksud dari video itu?!" hardik Nyonya Diana.


Wanita itu terlihat sangat murka hingga mata dan wajahnya tampak memerah.


"Aku hanya melakukan yang seharusnya ku lakukan!" jawab Tuan Jordan dengan raut wajah tenang dan datar.


"Maksudmu dengan bertengkar dan memusuhi putra kandungmu sendiri hanya karena membantu seorang pembantu hina itu!" teriak Nyonya Diana.


"Tutup mulutmu itu Diana!" sentak Tuan Jordan karena tidak terima putrinya dihina.


"Kenapa? Kenapa kau marah, hah?! Apa sekarang selerahmu sudah turun sehingga kau sampai mengincar seorang pembantu. Sudah berapa kali kau meniduri jalang kecil itu hah?!"


Plakk-


Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat tepat di pipi sebelah kanan Nyonya Diana. Hingga membuat wanita itu meringis kesakitan. Bahkan terdapat luka robek disudut bibirnya sampai mengeluarkan darah.


"Kata-kata ku tadi itu benar 'kan? Kalau tidak, kenapa kau sampai marah seperti ini. Tapi setidaknya kau bisa berpikir ulang jika harus mengincar seorang pembantu yang derajatnya sama sekali jauh di bawah keluarga kita!" ejek Nyonya Diana dengan mulut dan tangan gemetar yang tengah menyentuh pipinya yang terasa kebas itu.


Kata-kata pedas yang keluar dari bibir wanita itu bagaikan minyak yang menyiram kobaran api. Hingga mampu membuat kobaran itu semakin membesar dan mampu melalap apapun yang ada di dalamnya. Sama seperti itu pula keadaan Tuan Jordan sekarang. Hatinya seakan mendidih, tangannya terkepal kuat hingga buku jarinya memutih.


Ingin rasanya ia membunuh wanita yang ada di hadapannya saat ini. Karena sejak dulu wanita itu pula yang mempunyai andil besar dalam membuat hidupnya berantakan dan hancur tak tersisa. Dan kini, setelah sekian lama Tuan Jordan ingin mengumpulkan kembali kepingan asa itu, wanita itu datang lagi untuk merusaknya. 


Tetapi kali ini Tuan Jordan tidak akan tinggal diam, ia tidak akan membiarkan wanita itu mengacaukan hidupnya lagi. Ia tidak ingin kecolongan lagi seperti belasan tahun silam yang membuatnya dihantui penyesalan dan rasa bersalah yang tak terperih.


"Perhatikan ucapanmu jika kau ingin selamat dariku! Aku hanya tidak mau mengotori tanganku dengan darahmu!" desis Tuan Jordan dengan aura yang mematikan.


"Kau pikir aku takut padamu! Aku sudah melangkah sejauh ini dan sudah mengambil begitu banyak resiko hanya untuk menggapai tujuanku. Jadi aku tidak akan pernah mundur hanya karena gertakanmu itu!" balas Nyonya Diana tak kalah mematikan.


"Jadi sekarang kau sudah berani menantangku secara terang-terangan?! Baguslah, itu lebih baik dari pada aku harus terus berpura-pura baik kepadamu dan itu sangat memuakkan bagiku!" sinis Tuan Jordan.


"Tentu saja kau bisa mengatakan hal itu sekarang. Setelah kau mendapatkan kembali pelacurmu itu. Jangan pikir aku tidak tahu jika kau menyimpannya di dalam apartemenmu!" ungkap Nyonya Diana.


"Jangan pernah sekali-kali kau berani mengusiknya atau kau akan menyesalinya!" ancam Tuan Jordan.


"Apa kau pikir wanita sepertiku memiliki rasa takut bahkan aku sanggup menantang kematian jika itu mampu menghalangi jalanku!"


"Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku Diana! Aku bersumpah akan membuat hidupmu lebih menyakitkan dari sebuah kematian! Kau pasti sangat tahu bagaimana aku dan sisi burukku Bukan?!"


Prang-


Tuan Jordan pun meninggalkan wanita yang masih berstatus istrinya tersebut setelah membanting ponsel yang berisikan video tentang dirinya ke atas lantai dengan sangat keras hingga membuat benda pipih itu hancur terbarai tak berbentuk lagi.


"Dulu Sandra sekarang gadis ingusan itu. Awas kau Sari aku pasti akan memberimu pelajaran. Dan kau Sandra, aku akan membereskanmu setelah aku selesai bermain dengan pembantu kurang ajar itu!" desis Nyonya Diana setelah kepergian Tuan Jordan tadi. Wanita cantik itu terlihat mengepalkan tangannya menahan amarah.


*****


"Pegang yang benar! Jangan sampai aku terjatuh, atau kau akan tahu akibatnya!" tukas Arga.


"Cih, dasar! Bisanya cuma mengancam saja!" desis Bening.


"Jangan goyang-goyang, apa kau tidak bisa diam?!" sentak Arga karena merasa sang istri tidak becus untuk memegangi tangga yang dipijakinya.


"Siapa yang menggoyang?! Kau sendiri yang tidak bisa diam!" saut Bening tak mau kalah.


Perdebatan antara suami istri itu sudah menjadi santapan sehari-hari bagi pelayan di kediaman Ramiro. Karena kedua majikannya itu bagai kucing dan tikus jika sedang bersama.


Seperti halnya saat ini. Mereka sedang memasang foto waktu berada di Bogor kemarin. Foto yang menampilkan kemesraan mereka berdua dengan background pemandangan yang sangat indah yang tak lain adalah pemandangan padang golf yang mereka singgahi waktu berada di kota hujan itu.


"Maaf Tuan muda dan Nona, biarkan kami saja yang memasang foto itu untuk kalian!" tawar Fatma karena khawatir Tuan mudanya itu akan terjatuh jika menaiki tangga dengan cara seperti itu.


"Sudah lah Bik tidak apa-apa biar aku tunjukkan kepada gadis cerewet itu bahwa aku juga bisa melakukan banyak hal!" ungkap Arga.


Sebenarnya bukan tanpa alasan Arga melakukan hal yang biasanya dilakukan oleh pelayan itu, karena tadi Bening menantang akan memasang sendiri figura foto mereka jika Arga tidak melakukannya. Bahkan Bening sempat mencibir Arga, jika pria itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menyuruh orang.


"Tapi Tuan muda, anda bisa jatuh jika seperti itu," ujar Fatma dengan raut khawatir yang tak bisa ia sembunyikan dari wajahnya.


"Biarkan saja Bi Fatma suami ini pria yang hebat dan serba bisa. Mana mungkin hanya memasang foto saja tidak mampu!" saut Bening mengompori.


"Sudah! Kalian semua diam saja. Kepalaku pusing mendengar ocehan kalian!" hardik Arga.


Para pekerja dan pengawal di sana di buat ketar ketir oleh perbuatan sepasang suami istri itu.


"Nah, sudah pas!" ucap Arga puas melihat hasil kerja kerasnya.


"Turun dulu, kita lihat hasilnya!" saran Bening.


Arga pun turun dari atas tangga dengan penuh hati-hati. Hingga membuat Bening tidak sabar 


"Lama sekali turunnya. Seperti perempuan saja!" cibir Bening.


"Kalo kau banyak bicara lagi akan aku gigit bibirmu!" ancam Arga yang membuat Bening refleks menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Bagaimana hasilnya?!" tanya-nya kemudian.


"Sepertinya agak miring ke kanan sedikit. Lihatlah jadi tinggi sebelah dan tidak simetris!" protes Bening setelah menilai.


"Baiklah akan aku perbaiki lagi!"


Arga pun kembali menaiki tangga. Namun kali ini para pekerjalah yang membantu memegangi tangganya. Sedangkan Bening sibuk berkomentar seperti komentator pertandingan sepak bola yang ada di televisi.


"Agak ke kiri sedikit. Eh, jangan banyak-banyak. Ya, begitu. Oke sudah pas!" Begitulah kira-kira celotehan yang keluar dari bibir gadis cerewet itu.


"Sudah turunlah. Semuanya sudah pas dan sempurna!" ujar gadis itu.


Arga pun menuruti perintah sang istri untuk turun dan melihat hasil foto yang dipasangnya.


"Ternyata kerjamu bagus juga!" puji Bening.


"Tentu saja karena aku multi talenta. Tidak sepertimu yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ayo sebutkan kelebihanmu selain cerewet!" cela Arga.


'Cih masih saja bersikap sombong dan mencela diriku. Cerewet begini aku juga istrinya, kalau dia lupa!'


Hubungan antara Arga dan Bening semakin hari semakin hangat dan harmonis. Dengan keromantisan yang dibalut dengan sebuah perdebatan ala pasangan yang sedang dimabuk asmara. Walaupun mereka masih sama-sama menutupi perasaan masing-masing.


Bab. 86

Amarah Arga.


Sepanjang waktu ini digunakan Arga hanya untuk melamun. Pria muda itu terlihat senyum-senyum sendiri di ruang kerjanya. Sebelum Raka datang untuk membuyarkan lamunan-nya.


"Woy! Ngelamunin apa loe? Ngelamun jorok ya?!" teriak Raka hingga mengagetkan pria yang tengah duduk bersandar di kursi kebesaran-nya itu.


"Sial! Gila loe ya, datang-datang ngagetin orang aja. Untung gue nggak jantungan!" omel Arga karena sahabatnya itu sudah mengganggu kesenangan-nya.


"Lagian kenapa kalo gue ngelamun jorok. Ada pasangan ini. Justru elo tuh yang kasian tidur cuma ditemenin bantal guling. Mana asik!" ledek Arga kemudian.


"Wah, kurang ajar nih anak. Mentang-mentang sudah berbini. Dulu aja keukeh bilang anti komitmen. Sekarang apa? Ketagihan kan loe sama benda terselubung milik Bening!" cibir Raka membalas ledekan sahabatnya tadi.


"Terserah loe mau bilang apa. Yang jelas gue selalu selangkah lebih maju dari elo. Oke lupakan masalah nggak penting itu. Kenapa loe kemari?!" tanya Arga.


"Gue mau ambil berkas pengajuan investasi dari PT. Satelindo Raya, mana berkasnya? Sini biar bisa secepatnya gue proses!" jawab Raka menjelaskan maksud kedatangan-nya.


"Belum gue tanda tangani!" jawab Arga enteng seakan tidak merasa bersalah.


"Astaga! Jadi loe seharian ini ngapain aja, Ga?!" tanya Raka dengan nada jengkel di setiap kata-katanya. Sedangkan Arga hanya mengedikkan bahunya untuk menanggapi. Sehingga membuat Raka gemas sampai membuat gerakan tangan di udara seperti ingin mencekik pria di hadapannya itu.


"Gue kan bosnya jadi suka-suka gue dong!"


"Entah berapa banyak perusahaan yang akan gulung tikar jika punya bos macam loe gini!" Raka tampak menggelengkan kepalanya.


"Bodoh amat yang penting gue lagi seneng banget hari ini!" ucap Arga acuh tak acuh.


"Boleh gue tebak? Ini pasti tidak jauh dari urusan si Bening. Kenapa? Abis dikasih jatah dobel loe!"


"Lebih dari itu, asal loe tahu aja!" ujar Arga sembari senyum-senyum sendiri.


"Fix, sedeng loe Ga. Punya sahabat satu gini amat ya Tuhan. Boleh tukar tambah nggak?!" tutur Raka melihat tingkah absurd sahabat sekaligus bosnya itu.


Plug-


Sebuah bola kertas mendarat tepat di jidat Raka hingga membuat pemuda itu kaget.


"Kenapa sih, hobi ngelempar elo nggak pernah bisa hilang? Kebiasaan!"


"Elo kenapa pake ngatain gue sedeng segala. Emang gue gila apa?!"


"Menurut loe?! Mana ada orang waras senyum-senyum nggak jelas kayak loe tadi!"


"Ck, kurang ajar sama bos, bisa di kenakan pelanggaran pasal 1 ayat 2 hukumannya potong gaji satu bulan full tanpa penawaran!" tegas Arga.


"Wah, ngadi-ngadi nih anak. Elo mau naikin gaji gue 10% aja susahnya minta ampun. Malah mau potong gaji gue. Tidak bisa! Pelanggaran pasal 3 ayat 4 tentang perbuatan tidak menyenangkan!" balas Raka tidak terima.


"Lah, suka-suka gue dong. Perusahaan juga perusahaan gue. Mo ape loe?!" tantang Arga.


"Mo piting loe sampe koit!" saut Raka tak mau kalah.


"Wah, ternyata loe ada bakat ngebunuh juga ya! Dasar psikopat!" desis Arga.


"Udah sih cepet tanda tangan. Keburu Tuan Jordan nanyain berkas-berkas itu. Dikiranya gue lagi yang nggak becus bekerja. Padahal kan-" Raka tak melanjutkan ucapannya.


"Padahal apa?! Ayo ngomong kalo berani!" gertak Arga.


"Nggak jadi!" tukas Raka.


"Pokoknya hari ini gue nggak mau ngapa-ngapain. Gue lagi happy!" ujar Arga tak bisa diganggu gugat.


"Beneran sakit nih anak! Oke baiklah kalo loe nggak mau tanda tangan. Tapi bilang sama gue apa yang bikin loe bisa se-happy ini?!"


"Loe tadi udah menebaknya!"


"Bening?!"


"Yupps ...!"


"Lalu bagaimana dengan cewek-cewek loe di luar sana. Udah pensiun loe jadi penjahat kelamin?!"


"Kenyataan-nya gue nggak bisa turn on jika bukan dengan Bening!"


"Dan alasan itulah yang bikin loe milih setia sama Bening?!"


"Hemm ... sepertinya gue harus berpikir ulang tentang rencana pernikahan gue yang sudah disetting selama satu tahun itu." 


"Maksud loe? Loe akan mempertahankan pernikahan loe dengan Bening. Dan menghapus kontrak pernikahan yang dulu pernah kalian sepakati bersama itu?!"


"Tepat sekali!"


"Tapi bagaimana dengan tanggapan nyokap loe nanti. Apa dia akan menyetujuinya?!"


"Hidup dan masa depan gue ada di tangan gue sendiri. Tidak ada yang berhak ikut campur termasuk orang tua gue sendiri!" tegas Arga.


"Tapi gue nggak yakin, secara gue tahu banget gimana sifat nyokap loe selama ini. Dia tidak akan membiarkan putra semata wayangnya bersama dengan orang yang nggak selevel dengan keluarga Ramiro, kecuali untuk drama seperti yang kau mainkan bersama Bening seperti saat ini."


"Udah gue bilang sama loe. Hanya gue sendiri yag berhak mutusin masa depan gue!"


"Baiklah jika loe sudah seyakin itu. Sekarang apa rencana loe selanjutnya?!"


"Gua akan segera ngungkapin perasaan gue sama Bening!"

 

"Ini baru sahabat gue!"


*****


Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore saat Nyonya Diana menyeruak masuk ke dalam ruangan sang putra.


Brak-


Suara pintu dibuka dengan sangat kencang hingga membuat Arga mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang ada di hadapannya.


"Mommy, tumben datang kemari?" tanya Arga setelah tahu bahwa sang Ibulah yang datang ke ruangannya.


Wanita cantik ber-make up tebal itu terlihat kesal menahan Amarah. Tanpa menjawab pertanyaan putranya, ia berjalan menuju sofa yang terdapat di dalam ruangan itu dan segera menghempaskan tubuh di atasnya.


Arga yang melihat gelagat aneh pada sang Mommy segera menghampiri wanita yang telah melahirkannya itu. Dengan ikut duduk di sofa tepat di samping kiri Nyonya Diana.


"Mommy ada masalah?!" tanya Arga lagi karena Mommy-nya masih belum menanggapi pertanyaannya tadi.


"Mommy baru saja bertengkar lagi dengan Papimu!" tutur wanita cantik itu.


Mendengar kata pertengkaran dari kedua orang tuanya bukanlah hal baru dari seorang Arga. Karena ia tahu jika hubungan kedua orang tuanya tidak harmonis sudah sejak lama.


Tetapi baru kali ini sang Mommy mau mengaduh kepadanya. Karena biasanya Mommy-nya itu selalu bisa mengatasi Papinya seorang diri. Kadang Arga sering bertanya kepada dirinya sendiri mengapa orang tuanya masih mempertahankan pernikahan yang tidak sehat itu.


Bukan karena Arga mendukung orang tuanya untuk berpisah tetapi jika bersama hanya untuk saling menyakiti kenapa harus dipertahankan? Bukankah masing-masing dari mereka juga berhak bahagia.


Sebagai seorang anak, Arga juga tidak ingin egois dengan memaksa kedua orang tuanya agar tetap bersama jika tidak saling bahagia.


"Kenapa Mommy masih mempertahankan hubungan yang tidak sehat ini dengan pria itu?!"


"Karena Mommy punya alasan tersendiri untuk mempertahankan rumah tangga Mommy!"


"Walaupun Mommy tidak bahagia? Mommy selalu tersakiti?! Mom, Arga bukan anak kecil yang bisa Mommy bohongi dengan berpura-pura baik-baik saja. Arga tahu selama ini Mommy tersiksa. Jadi Arga mohon, carilah kebahagiaan Mommy sendiri dengan melepaskan pria itu!" 


"Mommy tidak bisa Sayang! Walaupun Mommy harus tersakiti berkali-kali Mommy akan tetap bertahan. Apalagi wanita jalang itu telah kembali!"


"Wanita jalang? Apa maksud Mommy?!"


"Wanita yang selama ini telah merebut perhatian Papi dari kita! Bahkan demi pelacur itu, Papimu tega menampar Mommy!" Nyonya Diana menunjukkan bekas tamparan Tuan Jordan yang masih membekas di pipinya.


"Kali ini Papi sudah sangat keterlaluan, kemarin Bening dan sekarang Mommy. Aku harus bicara dengan pria itu!" geram Arga. 


Pemuda itu terlihat sangat marah dan beranjak dari tempat duduknya. Namun, segera dicega oleh Nyonya Diana. "Sabar Sayang, jangan gunakan emosi untuk menghadapi orang seperti Papimu. Hadapi masalah ini dengan pikiran dingin!"


'Benar apa yang dikatakan Mommy tadi. Aku akan membuat perhitungan kepada kedua orang itu. Terutama wanita yang dimaksudkan Mommy tadi. Aku ingin tahu seperti apa wanita yang sudah menjadi simpanan pria itu!'

0 Comments