Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 89-90

 

Penjara cinta sang taipan

Bab. 89

Ternyata simpanan Papi adalah?


"Sebaiknya kita berjalan-jalan untuk mencari udara segar. Kau pasti bosan berada di dalam apartemen terus!" ucap Tuan Jordan dengan penuh kelembutan.


"Kalo begitu lepaskan aku," sinis Sandra.


"Maaf Sayang, membawamu ke luar untuk menghirup udara segar bukan berarti harus membiarkanmu pergi dari sisiku. Malam ini kita akan pergi jalan-jalan. Persiapkan dirimu secantik mungkin!" ujar Tuan Jordan sebelum pergi meninggalkan kamar di mana Sandra berada.


"Dasar pria gila!" umpat Sandra mengiringi langkah kaki Tuan Jordan meninggalkan kamarnya. Namun, pria itu tidak pernah ambil pusing dengan umpatan Sandra kepadanya. Karena dia tahu Sandra masih membutuhkan banyak waktu untuk menerima dirinya dalam kehidupan wanita itu.


Tuan Jordan mengarahkan langkahnya menuju ruang kerjanya yang ada di apartemen ini. Dia masih harus menyelesaikan sisa pekerjaan-nya sebelum mengajak Sandra jalan-jalan nanti.


Baru beberapa saat mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya. Benda pipih yang tergeletak di atas nakas berbunyi nyaring.


"Halo John ...!" jawab Tuan Jordan setelah menggeser icon berwarna hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.


"Halo Tuan, saya mempunyai informasi penting mengenai putri anda yang harus anda ketahui!" jawab orang di seberang sana.


"Katakan!"


"Informasi terakhir yang kami peroleh saat ini putri anda telah menikah dengan seorang pengusaha tapi kami masih mencari siapa pengusaha tersebut!"


"Apa menikah?!"


"Iya Tuan!"


"Apa informasi yang kau berikan ini valid kebenarannya?!"


"Saya jamin 100% Tuan, karena saya mendapatkan-nya langsung dari sumber terpercaya tapi orang tersebut masih enggan untuk mengungkap jati dirinya. Besok saya akan mengirim bukti-buktinya kepada anda di kantor!"


"Baik aku tunggu segera!"


"Baik Tuan!"


Klikk.


Tuan Jordan tampak memijit pelipisnya setelah mengakhiri panggilan telfon dengan asistennya tadi.


"Menikah?! Bagaimana mungkin itu terjadi. Kenapa aku tidak tahu kalo Sari sudah menikah. Apa tadi, dengan pengusaha? Kalo Sari sudah menikah dengan pengusaha kenapa dia masih mau menjadi seorang pembantu? Ya Tuhan, kepalaku rasanya ingin sekali meledak!"


"Hanya Sandra yang bisa menjawab segala kerumitan ini!"


Akhirnya Tuan Jordan pun kembali menemui Sandra di kamarnya.


Ceklek-


Sandra yang sedang membaca majalah di atas sofa refleks mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang baru saja dibuka tersebut.


"Kenapa kau datang lagi? Bukankah acara jalan-jalannya masih lama?!" tanya Sandra saat Tuan Jordan datang mendekat ke arahnya.


"Katakan padaku tentang anak kita. Apa benar sekarang dia sudah menikah?!" ucap Tuan Jordan setelah ikut mendudukkan dirinya di atas sofa sebelah Sandra.


"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Bukankah sudah pernah ku katakan kepadamu bahwa aku tidak tahu menahu tentang kehidupan anak itu sekarang. Lagi pula kau juga pernah bilang sudah menemukannya, kenapa masih bertanya padaku. Dan satu hal lagi, jika kau terus bertanya tentang anak itu, jangan harap kau bisa mengajakku pergi jalan-jalan!" ancam Sandra kemudian beranjak berdiri dari duduknya meninggalkan Tuan Jordan termenung sendirian.


*****


Setelah menghabiskan waktu sorenya dengan nongkrong di kedai kopi bersama Raka tadi. Arga tidak langsung pulang ke rumah. Pria itu berencana pergi ke sebuah toko perhiasan untuk membelikan sesuatu kepada istri cantiknya itu. Karena Arga baru sadar ternyata selama menikahi gadis itu ia belum pernah sekalipun memanjakan sang istri dengan memberikan-nya sebuah kado atau hadiah.


"Huh, pasti si cerewet itu menganggapku pelit selama ini!" desah Arga sebelum keluar dari mobilnya.


"Tapi waktu itukan aku sudah pernah membelikannya sebuah ponsel. Tapi hanya sebuah ponsel saja, apa itu sudah bisa dikatakan dengan sebutan hadiah? Ah entahlah, kenapa rumit sekali dunia wanita!"


Arga memiliki pemikiran seperti itu bukan tanpa alasan karena selama ini ia selalu royal kepada wanita-wanita yang pernah dekat dengan dirinya. Memberikan kado dan hadiah mahal merupakan hal yang lumrah baginya. Seperti berlian, baju, sepatu dan tas branded.


Sedangkan dengan istrinya sendiri ia cuma pernah memberikan sebuah ponsel. Meskipun harga ponsel tersebut tidak bisa dikatakan murah.


Saat ini Arga telah berada di basement parkiran sebuah mall terbesar di Ibu kota. Tempat di mana toko perhiasan langganan-nya berada. Tentu saja Arga sering ke tempat itu atas ajakan mantan teman kencan-nya dulu.


Dengan penuh percaya diri, Arga melangkahkan kakinya menuju tempat yang ingin ditujunya.


"Selamat datang di toko kami!" sapa petugas yang membantu Arga membuka pintu.


"Terima kasih," jawabnya dengan seulas senyum di bibirnya.


Arga pun mendekat ke arah etalase yang memamerkan aneka jenis perhiasan mulai dari emas, intan, mutiara dan juga berlian.


"Selamat datang Tuan, ada yang bisa kami bantu?!" sapa seorang pegawai wanita dengan ramah.


"Iya, carikan perhiasan yang terbaik untuk istriku!" ucap Arga tanpa mengalihkan pandangannya dari benda yang berkilauan di dalam etalase tersebut.


"Kebetulan toko kami baru saja mengeluarkan koleksi baru yang sangat bagus dan juga limited edision. Mungkin anda tertarik?!"


"Baiklah perlihatkan padaku!"


"Mohon tunggu sebentar Tuan!"


Arga pun memilih duduk di salah satu sofa yang sudah tersedia di toko tersebut sembari menunggu.


Sedangkan pegawai wanita tersebut pergi mengambil koleksi terbaru yang baru saja ditawarkan-nya kepada Arga tadi.


Tanpa menunggu lama, pegawai tersebut pun kembali dengan membawa kotak berisi satu set belian berwarna pink yang terkenal sangat langkah dan tentu saja memiliki harga yang sangat fantastis.


"Silahkan Tuan," ucap pegawai tersebut dengan ditemani oleh sang manager toko langsung untuk melayani Arga. Karena setiap ada transaksi besar yang melibatkan tamu penting pasti manager toko sendiri yang akan turun tangan.


"Ini adalah koleksi limited edition yang hanya ada di toko kami karena menggunakan berlian pink asli yang sangat langkah. Bahkan jarang ditemukan di pasaran," ujar sang manager toko menjelaskan produknya.


Tangan Arga pun terulur meraih kotak yang berisi satu set perhiasan yang terdiri dari gelang, kalung plus liontinnya, giwang dan cincin.


"Aku ambil ini!" ucap Arga tanpa banyak pertimbangan kemudian ia menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam kepada manager toko tersebut.


"Baik Tuan saya akan menyelesaikan prosedur pembayarannya dan menyiapkan perhiasannya. Mohon tunggu sebentar," pamit sang manager.


Setelah menyelesaikan transaksi jual beli mereka, Arga pun membawa perhiasan yang telah dibelinya tadi dan bersiap meninggalkan toko.


"Terima kasih atas kunjungannya Tuan," ucap para pegawai toko sekaligus manager mereka mengiringi kepergian Arga dari toko tersebut.


'Bening pasti menyukai hadiah dariku!' ucapnya membatin.


Karena tidak ada lagi yang ingin dibelinya, Arga pun memutuskan untuk meninggalkan pusat perbelanjaan karena sudah tidak sabar untuk bertamu dengan istri cerewetnya di rumah.


Namun saat melintasi sebuah toko tas branded yang terkenal dengan bahan kulit buayanya. Langkah kaki Arga tiba-tiba terhenti karena melihat sosok yang sangat ia kenali berada di dalam sana dengan seorang wanita. 


Dia adalah Tuan Jordan bersama dengan Ibu dari istrinya, Sandra.


"Papi ...?! Jadi selama ini wanita simpanan Papi adalah-  Ibu Sandra?!"


Bab. 90

Kecewa.


Kedua tangan Arga mengepal erat, ia menggertakkan giginya menahan amarah yang siap meledak kapan saja. Namun berusaha ia tahan sebisa mungkin karena saat ini ia sedang berada di tempat umum. 


Hati Arga berkecamuk ingin mempercayai apa yang baru saja dilihatnya atau tidak. Tetapi bayangan kemesraan sang Ayah dengan wanita yang disinyalir sebagai Ibu mertuanya terus menari-nari di pelupuk mata. Hingga ia ingin sekali mengumpati mereka berdua saat ini juga. 


Bahkan ia belum pernah melihat sang Ayah memperlakukan sang Mommy dengan semanis itu. Kebahagiaan begitu kentara di raut wajah pria yang berstatus Ayahnya tersebut.


Karena tidak ingin semakin tersurut oleh api amarah, Arga pun bergegas meninggalkan tempat itu, menuju tempat parkir di mana mobilnya berada.


Brakk-


Pintu mobil ditutup dengan sangat kuat setelah Arga melempar bingkisan yang ada di tangannya ke arah jok belakang. Yang mana bingkisan tersebut adalah kado perhisaan yang Arga belikan untuk istrinya tadi. Namun tampaknya kado itu sudah tidak penting lagi baginya. Karena pemandangan yang tidak sengaja ia lihat di mall tadi.


Arga mencengkeram setir mobil dengan penuh tenaga seakan meluapkan segala amarahnya di sana sebelum kemudian berteriak seperti orang gila.


"Aaaaahhhhh ...!"


Ingin sekali rasanya ia memukul apapun yang ada di dekatnya saat ini sebagai pelampiasan. Sehingga ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat.


Arga memacu mobil sport-nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak peduli lagi dengan keselamatan dirinya atau pun pengendara kendaraan lain. Bahkan beberapa kali ia menerobos lampu merah sehingga membuat pengguna jalan lain mengumpat kesal karena ulahnya. 


Segala umpatan pun ia dapatkan, suara klakson bersaut-sautan seakan memprotes aksinya yang seperti penguasa jalanan itu.


Setelah berkendara cukup lama akhirnya mobil sport yang dikendarai Arga telah tiba di depan sebuah tempat kebugaran dan olah fisik yang terletak tidak jauh dari pusat kota.


Arga melangkah kan kakinya dengan acuh hingga mengabaikan sapaan orang-orang yang tak sengaja berpapasan dengan-nya.


Sifat Arga yang arogan dan sombong dulu kini telah kembali lagi.


"Selamat datang Tuan muda, lama tidak melihat anda!" sapa seorang trainer di sana.


"Siapkan latihanku!" titahnya tegas tanpa basa-basi.


Sikap Arga yang dingin dan tak tersentuh itu tentu saja membuat orang-orang di sana menjadi takut dan berusaha untuk menjauh dari pada menjadi sasaran amukannya. Sehingga sang trainer pun bergegas menyiapkan apa yang diperintahkan oleh Arga tadi.


'Ada apa dengan Tuan muda, kenapa sikapnya kembali seperti dulu lagi? Padahal dia sempat beruba menjadi lebih baik setelah menikah dengan Nona Bening. Apa mereka sedang ada masalah? Ah sudah lah aku tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangga mereka. Lebih baik aku segera menyiapkan keperluan Tuan muda agar tidak semakin membuatnya marah.'


Setelah mengganti bajunya hanya dengan menggunakan celana pendek dan memakai sarung tinju. Arga pun memulai memukul samsak yang ada di hadapannya tanpa pemanasan terlebih dahulu seperti apa yang diinsteruksikan oleh pelatihnya tadi.


Pria muda itu meluapkan amarah dan kekesalannya kepada sasaran tinju yang ada di depannya. Seakan samsak tersebut adalah musuhnya. Hal itu tentu saja membuat orang yang melihatnya merinding ketakutan. Takut menjadi korban sasaran kemarahan sang Tuan muda selanjutnya.


*****


Di mall.


"Pilihlah apapun yang kau mau, Sayang?!" rayu Tuan Jordan agar bisa mengambil hati wanita cantik itu, dengan membelikannya berbagai hadiah mahal. Bukankah ini yang paling disukai wanita? Begitu pikirnya.


"Aku takut tagihan kartu kreditmu membengkak setelah ini dan kau pasti akan menyesalinya. Karena kau telah mengajak orang yang salah!" tutur wanita cantik dengan memakai gaun merah itu.


"Kalau kau takut membuatku bangkrut hanya karena ingin memanjakanmu. Kau salah besar Sayang. Kau tahu kan sedang pergi bersama siapa sekarang!" jumawa Tuan Jordan.


"Cih, sombong!" cebik Sandra.


"Bukan sombong tapi kenyataan. Bahkan jika kau meminta mall ini sekalipun, aku akan membelikannya untukmu. Asal kau tahu saja mall ini bagian dari properti Ramiro group yang sebentar lagi akan diwariskan kepada Arga. Tapi kau jangan khawatir karena kau dan putri kita nanti akan mendapatkan jatah yang sama karena aku sudah mempersiapkan-nya untuk kalian berdua!" jelas Tuan Jordan dengan bangga.


"Kau pikir uang-uangmu itu bisa membeli kebahagiaan kami?!" sinis Sandra.


"Uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi kita tidak akan bisa tersenyum jika tidak memiliki uang! Hidup harus realistis Sayang!" ungkap Tuan Jordan.


"Cih, jika uang dan harta adalah tujuanku. Belasan tahun yang lalu aku pasti sudah menerima tawaranmu untuk menjadi yang kedua. Jadi jangan pernah merendahkan aku dengan uang mu itu!" ucap Sandra tak suka.


"Sepertinya kau salah paham Sayang. Aku tidak pernah sekalipun berniat untuk merendahkan dirimu. Aku hanya ingin memanjakanmu dengan hasil kerja kerasku selama ini. Jadi buang lah fikiran negatif tentang diriku dari pikiranmu itu. Sekarang pilih lah apapun yang kau mau!" ucap Tuan Jordan dengan penuh kesabaran.


"Sudah aku bilang tidak mau ya tidak mau. Sebenarnya kau mengerti bahasa manusia tidak sih?!" kesal Sandra.


Para pegawai toko di sana pun hanya bisa menahan tawa melihat dan mendengar perdebatan dua orang yang bisa disebut tidak muda lagi di hadapan mereka. Karena memang tidak ada pengunjung lain di tempat itu selain Jordan dan Sandra yang sepertinya sedang meramaikan suasana.


Bukan karena toko tersebut sepi pengunjung, tetapi karena Tuan Jordan sendiri lah yang memerintahkan agar toko tersebut disterilkan dari pengunjung lain. Agar tidak mengganggu waktu belanjanya dengan Sandra.


"Baiklah kalo seperti itu keputusanmu. Aku juga punya keputusan sendiri. Maka jangan pernah protes dengan apa yang akan aku lakukan nanti. Karena aku akan memindahkan semua barang-barang yang ada di toko ini ke dalam apartemen kita!" tegas Tuan Jordan.


Mulut Sandra terbuka lebar mendengar penuturan pria di sampingnya itu. "Apa maksudmu?!"


"Tentu saja tetap dengan tujuan awal kita ke sini, yaitu memanjakanmu dengan membelikan semua barang yang ada di toko ini!" jawab Tuan Jordan enteng seakan harga semua barang di tempat itu tak berarti apa-apa baginya.


"Kalian semua! Kemas semua produk wanita yang cocok dengan istri saya dan segera kirimkan ke alamat kami!" titahnya kepada pegawai toko tersebut.


"Baik Tuan!" jawab mereka serempak.


Semua pegawai toko yang berada di sana akan memulai mengemas sesuai apa yang diperintahkan oleh Tuan Jordan tadi. Namun tiba-tiba suara Sandra menghentikan-nya.


"Tunggu ...! Aku akan memilih sendiri barang yang aku mau!" Sandra akhirnya berjalan mengitari toko mencari baju, tas dan sepatu yang dia inginkan. Dan hal itu membuat Tuan Jordan tersenyum puas.


Sandra mengalah bukan karena dia kalah. Ia hanya malas meladeni kegilaan pria itu. Karena Sandra sangat tahu jika Jordan pasti akan merealisasikan ucapannya. Termasuk memindahkan barang dari toko ini ke apartemen pria itu. Tidak bisa ia bayangkan akan jadi seperti apa apartemennya nanti.

0 Comments