Bunga itu Masih Mekar. Bagian 15

 

"Mama jadi ke Amerika?" tanya Dira mengoleskan selai coklat ke atas roti tawar yang telah dibakar. 

"Jadi. Nanti siang Mama berangkat. Ingat, jangan merepotkan Kak Andi dan Mbak Kani."

"Gak janji, deh ... habisnya PR Dira susah-susah, sih!" 

Mayang tersenyum lembut dan seketika itu juga dia teringat Putri. Dia pasti sudah menjelma menjadi gadis remaja sekarang. Pikir Mayang dengan mata berkaca-kaca. 

"Makanya belajar. Jangan baca komik melulu!" sambar Andi yang langsung ngacir dari meja makan. 

"Sayang, gak ikut mobilnya Pak Supri?"

"Gak, Ma. Mau naik bus aja!" Dan suara Andi pun menghilang dari balik pintu. Dasar darah muda. Batin Mayang sambil menyesap kopinya. 

"Ma, bawain Dira oleh-oleh, ya?"

"Apa? Komik lagi?"

Dira nyengir. Sejak kecil dia memang hobi baca komik baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris . Kalau tidak paham artinya, Dira akan bertanya pada Kani. Ya, Kani yang dulu pernah merawat Andi. Setelah perceraian Mayang dan Alex, dia pergi ke kampung halaman Kani bersama Andi di daerah Purwodadi, Jawa Tengah. 

Kani kaget saat melihat mobil mewah Mayang berhenti di depan rumahnya. Dengan tergopoh-gopoh dia berlari. Ditinggalkannya rumput di yang hendak diberikan pada kambing begitu saja. "Bu Mayang!"

"Mbak Kani!" Andi-lah yang langsung memeluk wanita begitu turun dari mobil. "Andi kangen, Mbak."

"Mbak Kani juga kangen sama Mas Andi, tapi Mbak Kani bau kambing."

Mayang terkekeh dan Andi tak juga melepaskan pelukannya meski Kani memang bau kambing. 

Keluarga Kani menyambut Mayang dan Andi seperti keluarga sendiri. Ibu-bapaknya, adik-adiknya, dan suaminya yaitu Supri yang baru pulang narik angkot pun tak ketinggalan. Mereka berdesak-desakan di ruang tamu rumah Kani yang sempit dan beralaskan tikar, tapi justru itulah yang bisa sedikit mengobati hati Mayang pasca perceraiannya. Yaitu kehangatan keluarga. 

Mayang langsung menceritakan maksud kedatangannya, dia juga bercerita tentang perceraiannya dengan Alex. Dan tak hanya Kani saja yang menangis mendengar cerita itu. Seluruh keluarga Kani pun seolah-olah ikut merasakan sakit yang dirasakan Mayang. Selama bekerja padanya, Kani dan keluarganya diperlakukan dengan baik. Bahkan, ketika dia menikah dengan Supri, Mayang-lah yang menanggung semua biayanya. Dan kini, saat Mayang memintanya untuk bekerja, Kani tak bisa menolak. Dia ingin menemani Mayang. Membantu wanita itu membesarkan anak-anaknya. Barangkali dengan cara itulah Kani bisa membalas budi. Akhirnya, hari itu juga Kani dan suaminya ikut Mayang ke Jakarta. Mayang telah menyediakan rumah bagi sepasang suami-istri itu. Persis di belakang rumah orangtua Mayang. 

***

"Sup, Kan, tolong jaga anak-anak, ya. Saya akan kembali seminggu lagi. Oya, jangan terlalu memanjakan Dira. Kalau dia tidak mau mencuci piringnya sendiri, jangan cucikan sampai menumpuk," kata Mayang ketika berpamitan.

"Beres, Bu. Bu Mayang juga hati-hati."

Mayang tersenyum kemudian masuk ke dalam taksi yang akan membawanya ke bandara. Kani dan Supri melambaikan tangan dan berdoa dalam hati agar wanita itu kembali dalam keadaan utuh dan suatu saat bisa bertemu kembali dengan putrinya yang hilang. 

"Hari ini masak apa, Bu? Sayur asem, lotek, atau jangan gori?" tanya Supri ketika berjalan masuk ke dalam rumah.

"Coto makassar. Non Dira katanya pengen coto makassar."

"Mantab itu. Bapak juga suka sama coto makassar."

Kani mendesah jengkel sekaligus iba. Kalau ingat coto makassar, dia ingat pada Alex. Lelaki yang mengkhianati majikannya sekaligus papa Dira. 

"Awas ya, Pak! Kalau kamu selingkuh, tak potong burungmu!"

Supri jadi merinding. Tiap kali dia mau masak coto makassar, pasti tensinya naik!

***

Baru dua hari di Amerika, Mayang sudah menyelesaikan pekerjaannya. Kerjasama perusahaanya dan perusahaan lokal telah mencapai kesepakatan. Dan di sisa hari-harinya di Amerika, Mayang berkeliling sendirian mengenang masa mudanya dahulu. Tak lupa dia juga mengunjugi Niagara Fall. Jika dua puluh tujuh tahun lalu dia datang ke Air Terjun Niagara dari sisi Kanada, sekarang dia pergi ke sisi lain. Yaitu sisi Amerika. 

"We love you, Mom!" Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Andi mengirimkan fotonya bersama Dira yang sedang menyiram tanaman bersama Kani. Mayang tersenyum dan tanpa terasa pipinya basah. Entah oleh air mata atau embun dari sungai Niagara di depannya. 

"I love you, too anak-anak kesayangan Mama." Mayang membalas pesan itu disertai foto pelangi yang membentang indah di air terjun yang menjadi pembatas Amerika dan Kanada. I love you, Putri ... katanya pelan dengan air mata berlinang. Ditatapnya pelangi di hadapannya dengan hati yang pilu. Akankah pelangi juga akan muncul dalam kehidupannya sekali lagi? Pelangi yang akan mewarnai kehidupannya lagi bersama Putri, Dira, dan Andi ....



***Bersambung ....

0 Comments