Penjara Cibta Sang Taipan. Bab 83-84

 

Bab. 83

Perhatian Arga.


Di apartemen milik Tuan Jordan, Sandra yang telah berhasil mendapatkan kembali ponselnya segera menghubungi sahabatnya Juwita. Agar segera dapat bertukar kabar dan meluapkan kerinduan-nya.


"Kau di sana baik-baik saja 'kan, San? Tuan Jordan tidak memperlakukanmu dengan buruk 'kan? Aku sangat mengkhawatirkanmu!" Itulah kalimat pertama yang Sandra dengar saat telfon-nya sudah tersambung dengan Juwita.


Ternyata benar dugaannya, jika sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan-nya.


"Iya Ta, aku baik-baik saja. Sangat baik malah. Jadi tidak usah terlalu mengkhawatirkan aku seperti itu," jawab Sandra.


"Tidak khawatir bagaimana jika mengetahui kau sekarang berada di kandang macan!" saut Juwita tak terima. Ada nada gusar di setiap perkataan-nya.


"Bisa aku tebak sekarang kau sedang duduk di bawah jendela dengan menggigit jari telunjukmu. Aku sudah sangat hafal dengan kebiasaanmu jika sedang cemas itu," tebak Sandra.


"He ... he ... iya benar, tebakanmu sama sekali tidak meleset karena saat ini aku memang melakukan itu. Ternyata kau tidak pernah lupa dengan kebiasaanku ini, dasar! Jadi kapan kau akan kembali ke rumahku?!" tanya Juwita kemudian.


"Aku belum tahu Ta. Aku juga sedang berusaha keluar dari cengkraman bajingan itu. Kau tahu apa yang dia bilang padaku kemaren?!"


"Tuan Jordan bilang apa padamu?!" tanya Juwita harap-harap cemas karena ia takut Tuan Jordan mengatakan yang sebenarnya pada Sandra, bahwa dialah yang telah membantunya menculik Sandra waktu itu.


'Apa Sandra sudah tahu ya, jika aku juga terlibat dalam penculikannya kemarin. Tapi aku melakukan itu karena terpaksa, Tuan Jordan yang sudah mengancamku. Kalau pun nanti Sandra harus tahu tentang kebenaran ini semoga itu dari mulutku sendiri, bukan dari orang lain agar dia tidak terlalu kecewa padaku.'


"Dia bilang sudah menemukan keberadaan putri kami, tapi aku tidak tahu benar atau tidaknya. Lagi pula siapa juga yang mau peduli. Meskipun dia menawarkan kepada kami untuk hidup bersama setelah semua ini!" jelas Sandra panjang lebar. Karena hanya kepada Juwita lah tempat dirinya mengaduh saat ini.


"Maksudmu, putri yang pernah kau kandung dulu? Dan apa tadi, Tuan Jordan mengajak kalian untuk tinggal bersama! Lantas bagaimana dengan keluarganya?! Bukankah istrinya itu terkenal sangat kejam?!"


"Entah lah biarkan saja pria bajingan itu berhayal sesukanya. Aku tidak peduli!"


"Lalu bagimana dengan putrimu tadi?!"


"Bening maksudmu?! Aku juga tidak tahu di mana anak itu berada sekarang!" Ada kilatan kerinduan dari sorot mata Sandra ketika menyebut nama putrinya itu, karena bagaimanapun juga dia adalah orang yang telah melahirkannya. Walaupun Sandra selalu menepis perasaan itu.


Degh-


'Bening? Bukankah itu nama gadis yang ku jual kepada Nyonya Diana waktu itu?! Astaga semoga dugaanku tidak benar!'


"Halo ... halo ... Ta! Kau masih mendengarku 'kan?!" 


"I-iya San, aku masih di sini. Aku dengar kok!"


"Tapi kenapa kau diam saja?!"


"Tidak apa-apa, aku minum tadi!"


Ada jeda beberapa detik dari obrolan mereka yang menimbulkan keheningan karena hanyut dalam lamunan masing-masing. Hingga-


"Ehm San, apa aku boleh bertanya sesuatu?!" tanya Juwita dengan meragu.


"Apa Ta, ngomong aja sih nggak usah minta izin segala. Kayak sama siapa aja!"


"Apa benar nama anakmu itu Bening? Kalo boleh tahu siapa nama lengkapnya dan bagaimana ciri-ciri fisiknya?!" 


"Kenapa tiba-tiba kamu tanya kayak gitu. Emang ada apa Ta?!"


"E-enggak, aku cuma pengen tahu aja. Pasti anakmu itu cantik seperti dirimu!" bohong Juwita berusaha menutupi kegugupannya.


"Namanya Bening Pratiwi! Iya orang bilang wajahnya cantik mirip denganku."


Mendengar penyataan sahabatnya itu membuat tubuh Juwita menegang, tangannya gemetar dan bibirnya mendadak keluh tak mampu berucap apa-apa.


'Ya Tuhan, apa aku sudah melakukan kesalahan besar dengan menjual putri dari sahabatku sendiri? Apakah itu berarti sekarang Bening sudah tinggal bersama dengan Ayah kandungnya dan menikah dengan- Astaga itu berarti sudah terjadi pernikahan sedarah di antara mereka. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Karena secara tidak langsung aku lah yang menyebabkan kekacauan ini.'


"Halo ... halo ... Ta. Halo! Kau masih di sanakan Ta? Halo ...!"


"Sorry San aku-"


"Kamu kenapa sih? Kenapa tiba-tiba suaramu jadi serak begitu. Kamu nangis ya Ta?!"


"Ehm enggak kok San. Emang lagi serak aja, mungkin gejala batuk!" 


"Langsung obatin aja Ta, biar nggak tambah parah. Kamu pasti abis mabok ya?!" tebak Sandra.


"Ehm ... San maaf anak buahku memanggil aku tutup dulu ya. Bye!"


Klik-


Sedangkan Sandra yang curiga bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu berusaha terus memanggil-manggil sahabatnya.


"Halo Ta. Halo ... halo, Ta!"


'Kenapa Juwita jadi aneh seperi itu ya?!'


*****


Sedangkan di kediaman Ramiro, Arga tengah menarik tangan Bening menuju ke kamar mereka dengan melangkahkan kakinya cepat, seolah-olah takut jika ada yang menghentikan langkahnya dan mengambil Bening darinya.


Sesampainya di kamar Arga langsung menghempaskan tubuh Bening hingga terduduk di atas sofa. Kemudian Arga ikut duduk di samping Bening. Pria itu terlihat mengatur nafasnya yang tak beraturan akibat menahan amarah.


"Mulai sekarang jauhi Sari dan Papiku!"


"Tapi-"


"Jangan membantah Bening! Aku tidak mau mereka melukaimu lagi!"


"Kau salah paham! Sebenarnya, Papi hanya salah paham kepada ku saat aku tidak sengaja mencelakai Sari waktu kemaren!"


"Tapi perbuatan Papi juga tidak bisa dibenarkan. Aku tidak suka melihatmu diperlakukan seperti itu oleh keluargaku sendiri. Apalagi hanya karena membela seorang pembantu!"


"Iya aku mengerti. Dan aku juga sangat senang mendapat perhatian darimu tapi aku tidak ingin ada salah paham di antara kalian berdua. Karena bagaimanapun kalian adalah Ayah dan anak tidak sepantasnya bersitegang seperti itu."


"Jangan menggurui ku Bening! Aku tahu apa yang harus aku lakukan! Jangan kira aku tidak tahu jika memar di pipimu itu adalah bekas tamparan dari Papi. Kali ini Papi sudah sangat keterlaluan dan aku tidak bisa membiarkannya!"


"Maaf ... jika masalah ini sudah membuat hubungan kalian menjadi renggang! Aku-"


"Hubungan kami sudah tidak harmonis sudah sejak lama. Jadi kau tidak perlu merasa bersalah!"


"Bolehkah aku memohon padamu? Tolong jangan melawan Papi lagi. Karena bagaimana pun dia adalah orang tua kandungmu!"


"Bahkan aku menyesal telah menjadi putranya!"


"Astagfirrullah halazhim Arga! Tidak boleh bicara seperti itu nanti kau bisa kualat!"


"Jika anak yang bersalah terhadap orang tua maka anak itu disebut anak durhaka. Sekarang aku tanya padamu jika orang tualah yang bersalah terhadap anak. Apakah orang tua juga bisa disebut dengan orang tua durhaka?!"


"A-aku tidak tahu kalo masalah itu. Yang aku tahu tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya."


"Cih, bijaksana sekali!"


"Bukan seperti itu, aku hanya menyampaikan apa yang seharusnya aku sampaikan!"


"Sudah jangan bicara lagi. Sekarang istirahatlah! Aku akan memanggilkan pelayan agar membuatkanmu minuman hangat," ucap Arga sebelum beranjak berdiri.


'Terima kasih Tuhan, engkau telah membukakan pintu hati suami hamba sehingga sikapnya semakin hari semakin lembut. Hamba sangat bersyukur walaupun hamba belum tahu bagaimana nasib pernikahan hamba kedepannya.'


Bab. 84

Sikap aneh Tuan Jordan.


"Bagaimana kabarmu hari ini Sari? Apa harimu menyenangkan?!" tanya Tuan Jordan kepada gadis yang masih duduk di sofa dengan ketakutan akibat menyaksikan pertengkaran dua majikannya tadi.


"Sa-saya baik-baik saja Tuan!" gagap Sari.


Mendapat perlakuan manis dari sang majikan tidak membuat gadis itu menjadi senang tapi malah ketakutan. Karena menurutnya perlakuan sang Tuan tadi tak lazim untuk seorang pembantu macam dirinya.


Entah apa motivasi sang majikan memperlakukan dirinya sebaik ini. Boleh kah dirinya merasa curiga karena perubahan sikap Tuan tersebut.


"Bagaimana dengan lukamu. Apa masih sakit?!"


"Tidak Tuan, mungkin akan mengering dan sembuh dalam beberapa waktu ke depan." Gadis itu beringsut takut saat Tuan Jordan semakin dekat mengambil tempat di sisi gadis itu.


Tuan Jordan yang mengerti tentang keengganan gadis itu untuk didekati pun menahan dirinya. Walaupun ia sudah ingin sekali memeluk gadis yang ia kira putrinya tersebut.


"Bagaimana hidupmu selama ini. Apa kau bahagia?!" tanya Tuan Jordan sembari mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut pucuk kepala gadis itu.


Mendapat perlakuan selembut itu dari sang Majikan membuat Sari bertambah heran, apalagi setelah mendengar pertanyaan dari Tuan Jordan tadi. Ada apa dengan Tuannya ini? Begitu pikirnya.


'Ada apa ini kenapa Tuan tiba-tiba bertanya tentang hidupku?'


"I-iya saya bahagia. Memangnya kenapa Tuan?!" Sari memberanikan diri untuk bertanya.


"Tidak apa-apa Nak. Aku hanya ingin memastikan keadaanmu selama ini. Maaf-" Tuan Jordan tidak sanggup meneruskan ucapannya.


Deg-


'Tuan Jordan meminta maaf kepadaku. Tapi untuk apa?!'


"Ma-maaf Tuan kenapa anda meminta maaf kepada saya. Apa maksud Tuan?!" tanya Sari dengan polosnya.


"Karena aku terlalu banyak melakukan kesalahan kepada kalian!" jawab Tuan Jordan semakin membingungkan untuk Sari.


'Kalian? Siapa yang dimaksud dengan kalian itu?!'


Sari menggelengkan kepala mengusir rasa pusing di kepalanya akibat sikap aneh Tuan besarnya.


"Ada apa Sari?!" tanya Tuan Jordan tampak khawatir.


"Ti-tidak apa-apa Tuan. Sa-saya hanya ingin beristirahat." Hanya itu alasan yang bisa ia buat agar bisa terlepas dari situasi ini. Berdekatan lama dengan sang majikan hanya membuat pening kepalanya saja.


"Ah kau pasti lelah. Maaf aku lupa jika kau sedang sakit. Sekarang kembalilah ke kamarmu untuk istirahat!" ujar Tuan Jordan.


'Minta maaf lagi? Sudah berapa kali Tuan Jordan minta maaf kepadaku tadi. Sungguh sulit untuk dipercaya!'


"Baik Tuan saya permisi dulu. Selamat malam!"


Sari pun beranjak dari duduknya. Ia berjalan tertatih karena luka bakar di kakinya akan terasa sakit jika dibuat untuk berjalan.


"Sari ...!" Gadis itu menghentikan langkahnya saat suara Tuan Jordan kembali memanggil.


"Iya Tuan," jawab gadis itu tanpa menolehkan wajahnya.


"Bisakah kita mengobrol seperti tadi di lain waktu?!" tanya Tuan Jordan penuh harap.


Perlahan Sari memalingkan wajahnya kepada pria yang masih duduk di atas sofa itu.


"Bisa Tuan," jawab Sari sebelum kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju kamar.


'Maafkan aku putriku.' Batin Tuan Jordan mengiringi kepergian gadis itu.


Setelah memastikan Sari masuk ke dalam kamarnya Tuan Jordan pun pergi meninggalkan paviliun belakang untuk menuju rumah utama.


Kejadian itu tak luput dari pengamatan seseorang dan mengabadikannya ke dalam sebuah video.


"Nyonya pasti senang melihat video ini!" gumamnya sebelum meninggalkan tempat itu.


*****


Sementara di sisi lain kediaman keluarga Ramiro. Setelah Bening menandaskan coklat hangat buatan pelayan tadi, Bening memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu karena ia tidak akan bisa beristirahat dalam keadaan tubuh lengket akibat keringat.


Gadis itu menyalakan kran air hangat di dalam bathtub karena ia ingin merendam sekaligus relaksasi untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya. Karena berendam dengan air hangat dengan suhu yang tepat bisa menghasilkan terapi psikis dan menghilangkan stres.


Bersamaan dengan itu Bening juga menambahkan esensial oil beraroma mawar dan juga bubble bath sebagai pemanis karena gadis itu senang sekali mandi dengan bermain busa dan gelembung-gelembung sabun. Karena menurutnya mandi akan menjadi semakin menyenangkan.


Sementara Arga lebih memilih untuk fokus memeriksa beberapa file perusahaan yang baru saja dikirimkan Raka melalui pesan email.


Sudah satu jam berlalu sejak Bening masuk ke dalam kamar mandi dan belum juga keluar sehingga Arga memutuskan untuk melihat apa yang dilakukan istrinya di dalam kamar mandi.


"Apa yang dilakukan gadis itu di dalam. Kenapa lama sekali? Apa dia mandi sambil tidur?!" monolognya setelah melihat jam yang melingkar di tangannya.


Arga mendorong pintu kamar mandi yang kebetulan tidak dikunci oleh Bening. Arga menyunggingkan senyumnya melihat Bening ketiduran di dalam bathtub. Sehingga menampakkan seluruh tubuhnya karena busa di dalam bathtub itu telah habis.


"Bangun gadis bodoh!" teriaknya sehingga membuat Bening berjingkat kaget.


Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah sang suami yang kini menatapnya mesum. Bening pun mengikuti arah pandang Arga hingga refleks menutupi tubuhnya.


"Cepat selesaikan mandimu atau kau tidak akan berpakaian sepanjang malam ini!" ancam Arga sebelum meninggalkan kamar mandi.


Bening akhirnya menyelesaikan mandinya dengan membilas tubuhnya di bawah kucuran air shower.


Karena terlalu menikmati acara berendamnya tadi membuat Bening ketiduran sampai membuat kulitnya keriput dan pucat.


Suasana kamar bernuansa white and gold yang ditempati Arga dan Bening terasa begitu hening. Hanya suara AC yang mendominasi. Sudah 30 menit pasangan suami istri itu merebahkan diri mereka di atas ranjang dalam posisi terlentang dengan saling bersisian. 


Tidak ada percakapan di antara mereka berdua karena mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Walaupun saat ini mereka sama-sama masih saling terjaga.


"Bening, apa kau sangat merindukan Ibumu?!" tanya Arga memecah keheningan.


Bening yang mendengar pertanyaan suaminya tersebut perlahan mengalihkan pandangannya ke arah sang suami. Kini gadis itu merubah posisi tidurnya menjadi miring dengan menumpuhkan kepalanya di atas tangan.


"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Tentu saja aku sangat merindukan Ibuku. Apa kau sudah mendapatkan informasi di mana Ibuku berada?!" Bening menjawab pertanyaan suaminya dengan pertanyaan.


"Be-belum, aku belum mendapatkan informasi apapun!"


Sepertinya Arga mengikuti saran dari Raka untuk tidak memberitahu perihal keberadaan Ibu Sandra kepada Bening. Demi menjaga perasaan gadis itu.


"Di manapun Ibuku berada semoga Tuhan selalu menjaganya." Doa Bening tulus.


"Bagaimana jika kenyataan tidak seperti harapanmu saat ini?!"


"Apa maksudmu aku tidak mengerti?!" tanya Bening bingung dengan maksud pertanyaan suaminya itu.


"Sudahlah lupakan saja. Ayo tidur!" tukas Arga.


"Tidak mau! Jelaskan dulu apa maksud dari perkataanmu tadi. Jangan membuatku penasaran!" desak Bening.


"Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya salah bicara. Ayo tidur atau kau akan menyesal!" ancam Arga karena hanya dengan itulah dia bisa membungkam mulut cerewet Bening.


"Dasar! Bisanya hanya mengancam saja!" gerutu Bening.


"Tidur atau kau tidak bisa berjalan besok!" ancam Arga masih dengan memejamkan matanya.


Bening pun terpaksa diam dan langsung memejamkan matanya dari pada besok ia tidak bisa berjalan. Karena suaminya itu tidak pernah bermain-main dengan ancamannya.

1 Comments

  1. Wah lama"bakalan terbongkar tuch rahasia yg terjaga dengan rapi,makin seru kak,lanjut,muaach❤️❤️❤️

    ReplyDelete