Izinkan Aku Mengobati Lukamu. Tamat


 Pada akhirnya tak ada yang mampu membujuk Putri untuk datang ke pemakaman perempuan yang telah melahirkannya. Tidak Leo, tidak juga Mayang. Mereka semua akhirnya menyerah, terlebih lagi kandungan Putri tak memungkinnya untuk datang ke Makassar. "Maafkan aku, Mas. Aku tidak bisa membuat Putri untuk datang menemui ibunya," kata Mayang sungguh-sungguh di depan pusara Hilda, wanita yang suatu ketika pernah dibencinya. "Selain itu dia juga sedang hamil tua, terlalu bahaya untuk ke sini."

Alex tersenyum tipis dan sedikit senang karena Mayang mau datang. Dia tahu perempuan itu tulus tanpa berpura-pura. "Tidak apa-apa, May. Ini semua salahku dan Hilda. Jika saja kami tak memisahkan kalian, barangkali luka Putri tak sedalam ini."

"Aku yakin Putri masih menyayangimu, Mas. Bagaimanapun kamu adalah papa yang pernah dikaguminya."

Sekali lagi Alex tersenyum, tapi kali ini senyumnya agak kecut melihat bagaimana Rahman merangkul bekas istrinya dengan mesra. Dalam hati dia bertanya-tanya, bahagiakah Mayang dengan pernikahan keduanya? Benarkah sudah tak ada cinta lagi untuknya? Ah, Alex benar-benar membenci situasi ini. Mayang begitu cantik dan memesona meski beberapa helai rambutnya dibiarkan berwarna putih. Tubuhnya juga tetap singset dan kencang. Seandainya saja dia belum menikah, masih maukah dia rujuk kembali dengan Alex? Pria itu berusaha mengusir pikiran itu dari kepalanya sambil mengecap pahitnya kecemburuan yang dia rasakan.

***

Leo terkejut ketika baru pulang dari bengkel melihat istrinya terbaring kesakitan dengan ketuban yang sudah pecah. Seharusnya Putri melahirkan sebulan lagi, tapi dia tidak tahu kalau anaknya akan lahir lebih cepat daripada usia kehamilan yang seharusnya. Segera dia membawa Putri ke rumah sakit dan begitu sampai di sana, dokter mengatakan bahwa Putri harus segera dioperasi.

Pria itu memandang lesu ketika ruang operasi tertutup. Dia berharap istri dan anaknya baik-baik saja. Namun, apa yang dia harapkan tak terjadi. Putri mengalami pendarahan hebat ketika dokter sedang berusaha mengeluarkan bayinya. Stok darah di rumah sakit sedang habis, sedangkan tak ada anggota keluarga yang memiliki golongan darah AB. 

"Bagaimana keadaan Putri, Leo?" tanya Mayang yang baru tiba di rumah sakit. Dia baru saja tiba di bandara ketika pesan dari menantunya masuk ke ponselnya. "Apa golongan darah Papa Alex, Ma? Putri membutuhkan transfusi darah secepatnya."

"Ya, Tuhan!" Mayang mengusap wajahnya. Dengan segera dia menghubungi Alex yang masih berada di Makassar. 

"Golongan darahku A, May. Hilda yang memiliki golongan darah sama seperti Putri."

Lemas kaki Mayang dan Leo. Sementara itu di ruang operasi dokter sudah hampir putus asa karena tak kunjung menemukan donor darah. Bayi di dalam perut Putri sudah dikeluarkan, tetapi nyawa ibu si jabang bayi masih dalam bahaya. 

"Pakai saja darah saya, Dok," kata Dokter Teguh yang membuat semua dokter dan perawat di ruang operasi itu tercengang. "Darah saya AB. Ayo cepat lakukan sebelum terlambat."

***

"Selamat, Sayang. Akhirnya kamu sudah bisa pulang hari ini ...." Mayang memeluk putrinya yang masih menyusui bayinya. 

"Makasih, Ma ... Putri gak nyangka bakalan menjadi seorang ibu."

Mayang menoleh pada Dokter Teguh yang berdiri di samping mereka. "Seharusnya padanyalah kamu berterima kasih, Sayang."

"Terima kasih, Dok."

"Om. Saya akan lebih suka kalau kamu memanggil saya Om. Bagaimanapun juga, aku adalah adik kandung ibumu."

Putri tak berkata-kata lagi kemudian mengelus lembut pipi bayinya. Beberapa hari lalu saat dia berjuang mempertaruhkan nyawa di atas meja operasi, Putri baru menyadari satu hal. Hal seperti ini jugakah yang dirasakan Hilda saat melahirkannya?

"Maafkan Ibu, Sayang. Ibu memang belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu, tetapi cinta Ibu padamu, tak pernah kurang sedikit pun." Mengingat Hilda mengatakan itu di dalam mimpinya, air mata Putri meleleh. 

"Maafkan Putri, Bu. Maafkan karena selama ini Putri jahat padamu ...," kata Putri mencium dahi bayi yang ada di pangkuannya. "Terima kasih juga, Nak. Kamu telah membantu mengobati luka Mama."


-TAMAT-

0 Comments