Krisis Platform Menulis

 

Krisis Platform Menulis- Hola, Teman Cantik. Ketemu lagi sama aku Maitra Tara. Welcome back to my blog, ya. Semoga kamu dalam keadaan happy, healthy, and beauty. 

Seperti judulnya, kali ini aku bakalan ngebahas tentang platform menulis yang setahun terakhir menurut pengamatanku tuh banyak yang mengalami krisis atau bahkan tutup permanen alias pailit. 

Disclaimer terlebih dahulu, ya. Apa yang aku tulis di blog ini berdasarkan pengamatan dan pemikiranku sendiri tanpa berniat menyinggung pihak tertentu. Jika kamu tidak setuju atau ada pemikiran lain, feel free to comment bellow. 

NovelMe, platform menulis yang selalu di hati. 

Sebelum NovelMe pailit, sebetulnya sudah ada platform lain yang menunjukkan tanda-tanda pailit dengan sinyal sebagai berikut: 

  • Tidak menerima lagi naskah eksklusif.
  • Peniadaan bonus atau pengurangan bonus.
  • Pengurangan profit sharing.
  • Editor in house yang keluar masuk. 
Beberapa platform menulis sudah menunjukkan tanda-tanda di atas, tetapi yang sangat aku sayangkan adalah NovelMe. Buatku, platform tersebut adalah pelopor platform menulis pertama yang menjadi cikal bakal novel online di Indonesia (Sebelum NovelMe sudah ada platform lain, tapi menurutku pribadi hanya platform ini yang benar-benar menjadi rumah singgah bagi penulis yang benar-benar pemula).
Sempat mengalami gonjang-ganjing karena dianggap sebagai platform plagiat, NovelMe bangkit lagi setelah mati suri dari peredaran hingga akhirnya di tahun 2023 ini, NovelMe benar-benar harus istirahat. 

Apa penyebab banyak platform yang gulung tikar?
Kalau ada yang bilang bahwa ekonomi dunia sedang menurun terutama di Indonesia, sebetulnya aku kurang setuju. Alasannya sangat simple, masih banyak orang-orang yang check out di platform belanja dan bahkan tidak sedikit para penjual, reseller, dan affiliatte yang berbondong-bondong memperlihatkan penghasilan mereka ke khalayak umum. Jumlahnya benar-benar fantastis!

Sebagai referensi lain, mari kita tilik penghasilan penulis yang bisa dilihat oleh banyak orang. Katakan saja Fizzo serta KBM APP yang memampang penghasilan penulisnya. Ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah berhasil dikantongi oleh para penulis yang jumlahnya ratusan tersebut. 

Itu baru dari dunia per-checkout-an dan kepenulisan. Belum lagi yang sekarang kita sering lihat orang-orang banyak yang konsumtif tentang gaya hidup dan traveling. Kayaknya orang-orang tuh berlomba-lomba untuk menampilkan yang terbaik dari versi mereka. Mulai dari fashion, rumah, kendaraan, makanan, dan HEALING. 
Pada sadar gak sih kalau orang-orang sedang berlomba 'menjadi yang terbaik'? 

Semua yang aku sebutkan di atas membutuhkan uang yang tak sedikit. Jadi, rasanya kurang tepat jika kita beranggapan bahwa ekonomi kita sedang terpuruk dan hal itu pula yang mendasari kenapa banyak platform menulis yang gulung tikar.

Lantas,apa penyebab platform menulis mengalami kerugian atau bahkan pailit?
  • Seleksi alam. Platform menulis hampir sama dengan perusahaan startup lainnya yang suka bakar-bakar duit. Platform baru berlomba-lomba menarik penulis dengan cara memberikan bonus yang sangat menggiurkan. Alhasil, banyak penulis pemula atau orang yang ingin menjadi penulis masuk platform tersebut untuk mencoba peruntungan. Sayangnya, hal ini tidak dibarengi rencana yang matang dalam jangka panjang. Misalnya, maksimal berapa bulan perusahaan akan memberikan bonus. Karena jika terlalu lama bakar uang, akan berimbas negatif jika tidak dibarengi pemasukan perusahaan sebagai penyeimbang. 
  • Pemilihan editor in house yang tepat. Beberapa kali menulis di platform online, sangat jarang menemukan editor yang support penulis baik dari segi bagaimana cara membuat naskah kekinian yang diminati pembaca dan juga cara mencari pembaca serta mempertahankan pembaca tersebut agar tetap loyal. 
  • Penulis yang tidak fokus juga ikut andil dalam kemunduran sebuah platform. Yang penting mendapatkan bonus tanpa peduli bagaimana agar menarik pembaca agar betah di platform. Selain itu rasa iri terhadap pencapaian atau penghasilan penulis lain bisa membuat penulis itu tidak fokus pada diri sendiri. 
  • Kurangnya kerjasama antara penulis dan juga editor juga mempengaruhi maju atau mundurnya sebuah platform. Kebanyakan, editor hanya condong ke penulis tertentu. Padahal, sebagai editor seharusnya bisa mengayomi seluruh penulis yang ada di bawah naungannya tanpa pilih kasih. Percayalah, memiliki editor yang baik bisa mempengaruhi semangat penulis. 
  • Lamanya menunggu kontrak turun. Bukan rahasia umum lagi jika kontrak yang lama turun bisa mempengaruhi mood penulis yang berujung pada pindah lapak yang bisa lebih mudah dan cepat dalam memperoleh kontrak. Ingat, penulis dan platform sama-sama saling membutuhkan. 
Menjadi seorang penulis di era digital memang lebih mudah dibandingkan menjadi seorang penulis saat belum ada smart phone dan era sosial media. Namun, menjadi seorang penulis di era sekarang ini juga memiliki banyak tantangan. Selain memiliki banyak saingan, kita juga sering terdistraksi oleh banyak hal. 

Fokus, percaya diri, konsisten, tidak menoleh kanan-kiri, serta berdoa adalah kiat yang harus kita lakukan agar tetap bisa menulis serta mendapatkan penghasilan. Thanks for reading, see you. (*)

0 Comments