Bab. 96
Gugurkan bayi itu!
"Apa yang ingin kau sampaikan kepada Papa sehingga mengajak Papa bicara empat mata begini. Seharusnya kau percepat agar tidak membuang-buang waktuku yang ingin segera bertemu Bening dan calon cicitku!" tutur Tuan sepuh setelah berada di ruang kerja putranya.
Tuan Jordan tampak menghela nafasnya dalam lalu mengehembuskannya perlahan demi menormalkan detak jantungnya sebelum membuka suara kepada pria tua di hadapannya itu.
"Sebaiknya Papa duduk dulu!" ujar Tuan Jordan sembari menunjuk ke arah sofa yang terdapat di ruangan itu.
Tanpa banyak bicara Tuan sepuh melangkah menuju sofa dan mendudukkan dirinya di atas sofa tersebut. Kemudian Tuan Jordan ikut mendudukkan dirinya disamping sang Ayah.
"Pa, apa yang akan Jordan katakan nanti ada hubungannya dengan Bening!"
Mendengar penuturan putranya Tuan sepuh terlihat mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu jangan berbelit-belit. Katakan yang sebenarnya!"
"Papa masih ingat dengan Sandra 'kan?!" tanya Tuan Jordan kemudian.
"Oh wanita yang hampir membuatmu gila itu. Ada apa dengannya? Bukankah kau sudah menemukannya dan menyimpannya di apartemenmu!" jawab Tuan sepuh dengan senyum sinisnya.
"Bukan itu inti masalahnya, Pa!" ucap Tuan Jordan gusar karena terlihat jelas bahwa Ayahnya itu masih belum mau menerima Sandra karena perbedaan kasta mereka.
"Jika kau berfikir dulu aku menolak Sandra karena dia tidak sederajat dengan kita memang benar tetapi ada hal lain yang membuatku tidak menyukai perempuan itu. Apalagi waktu itu kau sudah menikah dan sudah memiliki Arga. Datang kepadaku untuk meminta restu menikahi wanita murahan itu, apa itu bukan konyol namanya! Jika hanya masalah harta dan status sosial maka Papa tidak akan pernah bisa menerima Bening menjadi cucu menantu Papa saat ini!"
Tuan sepuh masih bisa mengingat dengan jelas saat malam di mana sang putra berlutut dan memohon agar dirinya merestui perasaannya kepada gadis bernama Sandra. Pegawai magang di perusahaan Ramiro group.
"Justru karena penolakan Papa waktu itu membuat Jordan berbuat nekat kepada Sandra. Dan sekarang kita terjebak dalam masalah yang pernah Jordan perbuat karena Sandra dan Bening saling berhubungan!"
"Apa maksudmu Jordan?!"
"Malam setelah penolakan Papa, Jordan nekat menculik Sandra dan menodainya. Jika Papa mengirah Sandra wanita murahan yang setiap malam datang ke club itu tidak benar. Sandra bahkan masih perawan saat pertama kali Jordan melakukannya. Jadi Jordanlah yang telah merusak Sandra. Dia bukan wanita murahan seperti apa yang Papa tuduhkan itu. Bahkan Sandra lebih rela pergi dari kota ini hanya karena dia tidak mau terjebak hubungan dengan seorang pria yang sudah beristri. Sekarang apa Papa masih menganggap Sandra tidak baik?!"
Tuan Syarief tertegun mendengar penuturan putranya itu. Jordan memang benar dulu dia sangat menilai rendah seorang Sandra karena informasi yang diberikan anak buahnya mengatakan bahwa Sandra bukan perempuan baik-baik. Suka bergonta ganti pasangan setiap malam di club yang setiap malam ia datangi. Apalagi saat sang putra tergila-gila dengan gadis itu, status sang putra yang sudah beristri dengan seorang anak. Membuat Tuan sepuh mati-matian menentang perasaan putranya waktu itu.
"Asal Papa tahu saja, Sandra tidak pernah menggoda Jordan tapi Jordan sendiri yang mengejar-ngejar Sandra karena bagi Jordan, Sandra merupakan sosok gadis yang berbeda. Gadis pertama yang dapat menumbuhkan rasa cinta di hati Jordan yang sempat membeku karena sikap otoriter Papa. Apalagi setelah Papa memaksa Jordan untuk menikahi Diana. Semua informasi buruk tentang Sandra yang Papa dapat waktu itu hasil sabotase Diana yang tidak suka dengan kehadiran Sandra. Padahal demi Tuhan Sandra tidak pernah mau merespon perasaan Jordan waktu itu!"
Tangan keriput Tuan sepuh tampak gemetar, wajahnya berubah pias mendengar kebenaran yang telah disampaikan oleh putranya tersebut. Ternyata selama ini ia telah salah menilai orang. Bahkan ia telah memelihara seekor rubah di dalam rumahnya selama bertahun-tahun.
Janjinya kepada seorang teman membuatnya memaksa sang putra untuk menikahi gadis yang tidak ia cintainya. Bahkan dirinya dengan percaya diri membuat pesta pernikahan tanpa meminta persetujuan terlebih dulu dari putra semata wayangnya itu.
Ternyata dirinya sendirilah yang turut andil dalam menghancurkan hidup putranya itu. Sifat tegas, arogan dan otoriternya juga yang membuatnya kehilangan sosok istri.
"Maafkan Papa!" lirihnya sambil menunduk.
Tuan Jordan langsung mengalihkan pandangannya ke arah sang Ayah saat mendengar pria itu bicara walaupun dengan nada sangat rendah sekalipun. Ini pertama kalinya Jordan mendengar pria angkuh itu meminta maaf. Apakah ia tidak salah dengar?
"Maaf untuk apa Pa? Semuanya sudah terjadi. Dan kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Yang harus kita lakukan sekarang adalah memperbaiki keadaan yang rumit ini karena pernikahan tidak benar yang sudah terjadi antara Bening dan Arga!"
Tuan sepuh mengangkat kepalanya tidak mengerti maksud dari perkataan putranya tadi.
"Apa maksudmu? Kenapa kau bilang pernikahan Bening dan Arga tidak benar?!" Tuan sepuh ingin penjelasan lebih.
"Karena tidak ada pernikahan sah yang dilakukan dengan saudaranya sendiri!"
"Ma-maksudmu Bening dan Arga-?!"
"Iya Pa, mereka sama-sama anak kandung Jordan!"
Jeder-
Kedua mata pria tua itu membeliak mendengar pengakuan putranya itu.
"Ke-kenapa ini bisa terjadi? Coba jelaskan kepada Papa!" sentak Tuan sepuh yang sudah terlihat sangat shock.
"Waktu Sandra meninggalkan kota ini, dia sudah mengandung Bening. Darah daging Jordan, hasil dari perbuatan Jordan yang telah menodai Sandra. Tapi Jordan baru mengetahui masalah ini tadi siang saat Jordan berusaha mempertemukan Sandra dengan Sari!"
Tuan sepuh semakin mengernyit tidak mengerti. "Kenapa harus Sari?!"
"Awalnya Jordan mengirah bahwa putri Jordan dengan Sandra adalah Sari. Sehingga Jordan selalu memberi perhatian yang berbeda kepada Sari. Bahkan demi membela Sari Jordan sampai tega memukul Bening. Jordan menyesal Pa!"
"Apa ...!" Pria tua itu menghempaskan punggungnya di sandaran sofa.
"Lalu bagaimana bisa kau mengambil kesimpulan jika Sari adalah putrimu. Apa kau punya bukti?!"
"Malam itu Jordan tidak sengaja menemukan foto Sandra yang terjatuh dari saku baju Sari. Sehingga Jordan tidak berpikir panjang lagi dan langsung mengklaim bahwa Sari adalah putri Jordan karena mengirah foto itu adalah milik Sari. Jika bukan kenapa Sari harus menyimpan foto itu. Tapi tadi siang Sari sudah menjelaskan bahwa foto tersebut milik Bening yang tidak sengaja terjatuh, Sari hanya membantu menyimpannya sebelum mengembalikan kepada Bening. Itu lah yang membuat Jordan salah paham!"
"Apa Sandra sudah mengetahui jika putrinya telah menikah dengan kakaknya sendiri?!"
Tuan Jordan tampak menggeleng. "Belum, bahkan sampai detik ini Ibu dan anak itu belum pernah sekalipun bertemu semenjak mereka berpisah."
"Apa! Berpisah? Apa yang menyebabkan mereka berpisah?!"
"Selama ini hubungan Sandra dan Bening tidak pernah baik karena Sandra sangat membenci Bening!"
"Bagaimana ada seorang Ibu yang bisa membenci anak kandungnya sendiri? Apa itu masuk akal?!" sentak pria tua itu tak percaya.
"Karena Bening terlahir dari hasil perkosaan. Bening tidak pernah diharapkan bahkan oleh Ibu kandungnya sendiri sekalipun. Itu semua Jordan ketahui dari mulut Sandra sendiri. Jika perasaan benci itu akan muncul setiap kali melihat wajah Bening. Karena dengan melihat Bening, Sandra akan mengingat Jordan yang telah menghancurkan masa depannya. Bahkan Sandra sempat mengalami trauma hingga menyebabkannya depresi!" jelas pria itu dengan sendu.
"Apa ...?!"
"Sekarang Jordan bingung harus mengatakan apa kepada Bening dan Sandra bahwa putri kami menikah dengan saudaranya sendiri."
"Kita harus segera menghentikan pernikahan ini. Pernikahan ini tidak benar!"
"Awalnya Jordan juga berpikiran seperti itu. Tapi sekarang keadaannya sudah berubah. Bening hamil anak Arga. Bukankah tidak ada masalah yang lebih rumit dari ini?!" ucap Tuan Jordan sangat frustasi.
"Kita harus bertindak secepatnya. Gugurkan bayi itu!" putus Tuan sepuh yang membuat Tuan Jordan tidak terima karena bagaimanapun janin itu calon cucunya.
"Papa ...!" teriak Tuan Jordan refleks bangkit dari duduknya.
"Hanya itu satu-satunya cara!"
"Tidak Pa! Itu sama saja dengan membunuh generasi Ramiro!" ucap Tuan Jordan berusaha mempertahankan kewarasannya.
"Tapi kita tidak punya pilihan lain. Mau disebut apa nanti anak itu jika sudah lahir!" keukeh Tuan sepuh.
Tuan Jordan memejamkan matanya berusaha menahan emosi yang siap meledak kapan saja.
"Jordan tetap tidak setuju Pa. Masih banyak cara lain tanpa harus membunuh bayi yang tak berdosa itu, bahkan sebelum ia dilahirkan."
*****
Di dalam kamar Bening sudah sadarkan diri sejak beberapa jam yang lalu. Kabar tentang kehamilannya membuat hatinya begitu bahagia. Hingga tak sabar ingin membagi kabar bahagia ini kepada sang suami. Tetapi ingatan tentang keberadaan suaminya yang belum ia ketahui membuat Bening kembali bersedih.
"Sebenarnya ada di mana Ayahmu itu Nak. Kenapa sampai hari ini Bunda masih belum mengetahui kabarnya. Padahal Bunda ingin memberitahukan kepada Ayahmu jika kau sudah hadir di tengah-tengah kami!" ucapnya seraya mengusap lembut perutnya yang nampak masih rata.
Kini calon Ibu muda itu sedang duduk di atas ranjang dengan bersandar bantal. Posisi ternyaman untuk seorang Ibu hamil seperti dirinya.
Tak lama berselang, Sari muncul dari balik pintu setelah meminta izin masuk. Gadis itu terlihat mendorong troli makanan dengan dibantu pelayan lain.
"Selamat malam Nona, saya membawakan makan malam anda. Anda ingin makan apa?" tawar Sari sembari menunjukkan beberapa menu pilihan kepada Bening.
"Tapi aku tidak berselera Sari. Aku mual hanya dengan melihat makanan-makanan itu," jawab Bening seraya menutup hidungnya dengan telapak tangan.
"Tapi Nona harus makan demi calon bayi Nona. Atau mungkin Nona menginginkan menu lain? Biar koki yang akan membuatkannya. Nona tinggal bilang saja apa yang ingin Nona makan sekarang?!" tanya Sari kepada calon Ibu itu.
"Aku sama sekali tidak ingin apa-apa Sari. Sungguh!" ucap Bening meyakinkan.
"Tapi Nona-"
Belum selesai Sari berucap. Suara Tuan sepuh terdengar menginterupsi di pendengaran. Entah kapan pria itu datang.
"Kalian semua tinggalkan kamar ini!" titahnya.
Mendengar perintah sang Tuan besar membuat semua yang ada di kamar Bening pergi. Dan meninggalkan mereka berdua di kamar itu.
"Opa! Kenapa baru datang melihat Bening? Tahu tidak, sekarang Bening telah mengandung cicit Opa!" ucap Bening dengan sangat antusias karena terlalu gembira.
Sedangkan Tuan sepuh masih tetap bergeming di tempatnya tanpa menunjukkan reaksi apa-apa. Hingga membuat Bening merasa curiga.
"Ada apa Opa? Apa Opa tidak senang mendengar berita kehamilan Bening?!"
Tanpa memandang wajah Bening pria tua itupun berujar.
"Gugurkan bayi itu!"
Bab. 97
Abang Adam.
Mata Bening mengejap tak percaya mendengar apa yang baru saja didengarnya. Opa menyuruhnya menggugurkan calon bayinya? Tidak ... tidak mungkin, ia pasti salah dengar! Begitu pikirnya.
"Ma-maksud Opa apa?!" tanya Bening memastikan.
"Gugurkan kandunganmu, Bening!" ucap sang Opa dengan lantang dan tegas.
Ya Tuhan ternyata dia tidak salah dengar. Tapi bagaimana mungkin Opanya tiba-tiba berkata seperti itu. Sedangkan dulu pria tua itu sendiri yang mengatakan bahwa dirinya sangat menanti seorang cicit dari Arga dan Bening. Apa ... apa yang sebenarnya terjadi? Apa dirinya sedang berada di alam mimpi?
Bening masih memaku di tempatnya. Namun lelehan air mata mengucur deras dari sudut matanya tanpa bisa ia cegah.
"Ta-tapi ke-kenapa Opa? Bukankah Opa sendiri yang mengatakan bahwa Opa sudah tidak sabar memiliki cicit dari Bening?!" lirih gadis yang mulai terisak itu.
"Kau tidak perlu tahu alasannya. Dan akupun tidak berkewajiban untuk menjelaskannya kepadamu!" jawab pria tua itu masih dengan keangkuhannya.
"Apapun yang terjadi Bening tidak akan pernah mau menggugurkan darah daging Bening. Walaupun harus nyawa Bening yang menjadi taruhannya sekali pun. Tidak! Tidak mau, Bening tidak mau menjadi seorang pembunuh!" tutur gadis itu sembari memeluk perutnya yang masih rata seakan berusaha untuk melindunginya.
"Tapi sayangnya kau tidak punya pilihan untuk menolak Bening. Karena apa yang Opa lakukan ini adalah yang terbaik untuk kalian!" ucap sang Opa tak bisa dibantah.
"Tidak ada pilihan yang paling baik di dunia ini selain seorang Ibu yang berusaha untuk melindungi anaknya!" ucap Bening seakan menantang.
"Bening! Jaga ucapanmu!" hardik Tuan sepuh.
"Maaf Opa, seorang Ibu juga bisa berubah menjadi singa hanya untuk melindungi buah hatinya. Dan Bening pun akan melakukan hal yang sama. Walaupun Bening harus mati sekalipun!" keukeh Bening.
"Jangan membantah Bening! Kau harus secepatnya menggugurkan kandungan mu karena-"
"Papa stop!" Tuan Jordan tiba-tiba datang di waktu yang tepat untuk menghentikan Ayahnya yang akan memberitahukan hal yang sebenarnya kepada Bening.
Tadi dokter berpesan kepadanya untuk menjaga kondisi psikis Bening agar tidak mudah stres. Karena bisa membahayakan kandungannya yang masih sangat muda dan rentan akan keguguran. Sehingga membuat Tuan Jordan berpikir dan lebih memilih untuk menyembunyikan masalah ini sementara waktu hingga kandungan Bening benar-benar stabil. Karena dia tahu, jika Bening akan sangat shock apabila ia mengetahui kebenaran tentang siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sempat terjadi ketegangan di ruang kerja Tuan Jodan beberapa saat lalu. Karena perbedaan pendapat mereka tentang masalah kehamilan Bening. Tuan sepuh yang ingin kandungan Bening digugurkan sedang Tuan Jordan ingin tetap mempertahankan bayi itu.
Pria dewasa itu berfikir bahwa mereka pernah membuat satu kesalahan yaitu menikahkan Bening dengan saudaranya sendiri sehingga ia tidak ingin menambah dosa lagi dengan membunuh calon bayi yang tidak berdosa. Bahkan belum terlahir ke dunia ini.
Namun Tuan sepuh mempunyai pemikiran lain yang mengatakan bahwa anak yang dikandung Bening adalah sebuah aib yang harus segera dilenyapkan. Sehingga kedua pria dewasa itu mempunyai keinginan untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing yang saling berseberangan itu.
"Jordan sudah Papa katakan lebih baik Bening harus mengetahui masalah ini. Karena cepat ataupun lambat dia juga akan mengetahui yang sebenarnya!" ucap Tuan sepuh dengan penuh keangkuhan.
"Papa stop! Tolong jangan bicara lagi!" kesal Tuan Jordan karena sedari tadi Ayahnya itu tidak bisa mengontrol ucapannya.
"Sebenarnya ada apa ini. Kebenaran apa yang kalian maksud?!" tanya Bening mulai curiga.
Mendengar suara lembut Bening Tuan Jordan pun mengalihkan perhatiannya kepada gadis yang tengah duduk bersandar di atas ranjang itu. "Tidak ada apa-apa Nak! Tidak usah terlalu difikirkan. Jaga saja kandunganmu itu."
Bening merasa mendapat angin surga mendengar tutur lembut Ayah mertuanya itu. Sejak kapan pria itu menjadi begitu lembut kepada dirinya karena seingatnya pertemuan terakhir mereka terjadi karena kemarahan pria itu.
"Tapi Opa tadi mengatakan bahwa ada yang berusaha kalian tutupi dari Bening. Apa itu Pi?!"
"Tidak ada yang kami tutupi Nak! Jadi jangan berfikir yang tidak - tidak!"
Tuan sepuh yang merasa kesal sendiri karena pendapatnya tidak didengar, lebih memilih keluar dari kamar Bening.
"Sudahlah terserah kalian saja!" ucapnya sebelum meninggalkan kamar cucunya itu.
Setelah kepergian Tuan sepuh, Tuan Jordan berjalan mendekat ke arah Bening kemudian ikut duduk di sisi ranjang di mana Bening berada.
"Maafin Papi Nak!" ucapnya lirih sarat akan penyelasan yang mendalam.
"Ke-kenapa Papi harus minta maaf sama Bening? Papi nggak pernah sekalipun mempunyai kesalahan terhadap Bening. Malah Bening yang merasa belum bisa menjadi menantu yang baik untuk Papi!"
"Kau memang anak yang baik Bening. Papi semakin menyesal pernah berlaku kasar kepadamu. Apalagi Papi sampai memukulmu waktu itu. Papi sungguh sangat menyesal!"
Bening semakin dilanda keheranan saat melihat pria di sampingnya itu meneteskan air mata. "Papi! Kenapa Papi menangis? Apa Bening sudah melakukan kesalahan ?!"
"Tidak nak tidak, justru Papi yang mempunyai banyak kesalahan terhadapmu. Bolehkah Papi memelukmu sekarang?!" pinta Tuan Jordan.
"Tentu saja Pi!"
Bening merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan dari pria yang ia kenali sebagai Ayah mertuanya itu. Seandainya dia tahu bahwa pria yang saat ini meneteskan air mata sambil memeluknya itu ternyata Ayah kandungnya sendiri. Bagaimana perasaan Bening.
*****
Sementara di tempat lain Sandra tengah duduk berdua di sebuah taman kota bersama dengan pria yang bernama Adam setelah pertemuannya dengan Ken tadi. Di antara hempusan angin yang terasa dingin menerpa kulit dan bunyi gesekan dedaunan yang mengusik indera pendengarannya.
"Kamu apa kabar San?" tanya pria tersebut mengurai keheningan di antara mereka berdua.
"Sandra baik, Bang. Apa sendiri bagaimana?!" jawab Sandra sembari terus menatap ke arah depan.
"Abang juga baik. Abang dengar dari Mama kamu tidak pernah pulang ke rumah lagi semenjak saat itu. Kamu ke mana selama ini?!"
"Haruskah Sandra pulang ke rumah yang tidak menginginkan keberadaan Sandra di tempat itu? Bukan kah Sandra telah dibuang. Bahkan setelah malam itu tidak seorang pun dari kalian yang berusaha mencari Sandra!"
"Kamu salah Dek! Abang selalu mencarimu namun kau hilang bak ditelan bumi. Lalu perusahaan tempat abang bekerja menugaskan abang untuk melakukan pelatihan di luar negeri sekaligus untuk memindah tugaskan abang di kantor pusat. Baru sebulan yang lalu abang kembali ke tanah air karena abang ada kontrak kerja sama dengan salah satu perusahaan besar di sini. Dan semua waktu itupun abang gunakan untuk mencarimu lagi selain bekerja tentunya. Tapi abang tidak pernah menemukanmu. Abang hampir putus asa jika saja kita tidak bertabrakan di kafe seperti tadi!" jelas Adam panjang lebar mengungkapkan kebenaran. Sandra yang merasa terharu pun hanya bisa meneteskan air mata. Ternyata masih ada yang mau peduli kepadanya, begitu ia berfikir.
"Abang sedang apa di cafe tadi?!" lirih Sandra masih tidak mau merubah pandangannya.
"Cafe itu tempat favorit kamu bukan? Sejak kepergianmu beberapa tahun silam abang setiap hari mendatangi cafe itu dengan harapan bisa bertemu denganmu kembali. Dan abang kembali mengunjugi cafe itu lagi sebulan yang lalu saat abang pulang ke Indonesia!" Adam menghentikan ucapannya sejenak sebelum kembali berkata- "Kita pulang ya Dek!" bujuknya.
"Pulang ke mana Bang?! Tempat itu bukan rumah Sandra lagi sejak malam itu!" jawab Sandra mengeraskan hatinya agar tidak mudah luluh dengan ajakan kakak tirinya tersebut.
"Memang tidak mudah untuk memaafkan tapi dengan memaafkan perasaan kita akan menjadi jauh lebih baik. Mama selalu menanyakan keadaanmu!"
"Mama saja 'kan?!"
"Sandra ... tidak ada salahnya berdamai dengan masa lalu. Kita pulang ya!"
"Maaf bang, Sandra tidak bisa!" tuturnya sebelum beranjak berdiri dan pergi dari tempat itu.
Namun langkah Sandra harus terhenti saat suara Adam kembali terdengar. "Papa sakit!"
0 Comments