Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 93

 

Penjara cibta sang taipan

Bab. 93

Sebuah kejutan.


Arga benar-benar merasa sangat frustasi ketika mengetahui fakta tentang dirinya dan Bening yang ternyata bersaudara. 


Kenyataan ini semakin menyakitkan saat rasa cinta mulai tumbuh di hati pria itu. Belum pernah ia mencintai sebelumnya. Tetapi sekalinya perasaan itu ada, kenapa harus jatuh pada orang yang salah. Apakah ini hukuman atas perbuatannya selama ini yang suka mempermainkan wanita?


Sehingga Tuhan menghukumnya dengan jatuh cinta kepada adiknya sendiri. Apakah ini adil?


Seandainya saja ia tahu bahwa karma tidak semanis kurma, maka dia tidak akan pernah menjadi seorang penjelajah wanita.


Setelah mendapatkan kebenaran dari Raka tadi Arga langsung pergi meningglkan cafe tanpa mau mendengarkan Raka yang berusaha untuk menenangkan-nya.


"Kenapa Tuhan?! Aahhhhhhh ...!" teriaknya dari atas gedung tertinggi.


Pria itu kini sedang berdiri di depan pagar pembatas setinggi pinggangnya dengan merentangkan kedua tangan menghadap ke langit.


Jika kalian berfikir pria patah hati itu akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri maka kalian salah besar, karena sekacau apapun hidup Arga ia tidak akan berfikiran sempit seperti itu. Mungkin itu hanya sebuah bentuk kekecewaannya pada kenyataan. 


Dua jam telah berlalu namun pria patah hati itu masih tetap pada posisinya tanpa bergeser sesentipun. Tubuhnya kaku, tatapannya kosong dan pikirannya melayang entah ke mana.


*****


Hari telah berganti dengan begitu cepatnya sudah satu minggu ini Bening tidak melihat sang suami pulang ke rumah, entah di mana pria itu berada. Sejak kejadian di ruang kerja Arga seminggu lalu, pria itu bak hilang ditelan bumi.


Sebagai seorang istri Bening tentu saja berusaha untuk mengetahui keberadaan suaminya, dan juga bagaimana keadaannya. Setiap hari Bening sampai rela menghubungi Raka hanya untuk menanyakan kabar suaminya tersebut. Tetapi selalu dijawab pria itu dengan kata tidak tahu, karena Raka juga masih berusaha untuk mencari keberadaan sahabatnya itu.


Karena menurut Raka suaminya itu sudah satu minggu ini tidak datang ke kantor sehingga membuat Tuan Jordan marah, karena banyaknya pekerjaan yang terbengkalai akibat ketidak hadiran Arga.


Seperti hal nya siang ini. Bening berencana untuk mendatangi gedung Ramiro group demi mencari sang suami. Rencana Bening ini tergolong nekat tapi dia tidak punya pilihan lain, karena bagaimanapun Arga adalah suaminya.


Satu-satunya orang yang bisa meluluskan rencananya adalah sang Opa yang baru saja kembali dari Negara Singapura. Karena dengan izin dari pria tua itu Nyonya Diana tidak mungkin dapat melarangnya.


Mobil yang mengantar Bening telah sampai di depan pelataran Ramiro tower. Seorang penjaga langsung membukakan pintu untuk Bening.


Sapaan hangat pun ia dapatkan dari setiap karyawan yang berpapasan dengannya. Karena sudah pernah datang ke kantor ini sebelumnya, Bening memutuskan untuk langsung pergi menuju lantai di mana ruangan Arga berada dengan menaiki lift khusus untuk para petinggi perusahaan.


Ting-


Pintu lift terbuka, pemandangan pertama yang dapat ditangkapnya adalah meja sekretaris yang terdapat Zalia sedang fokus dengan leptopnya hingga tidak menyadari kedatangan-nya.


"Selamat siang Zalia!" sapa Bening ramah.


"Nona! Se-selamat siang Nona," jawabnya gugup karena saking kagetnya.


"Maaf jika sudah mengagetkanmu!"


"Tidak apa-apa Nona, saya hanya terlalu fokus saja sehingga tidak peka dengan keadaan sekitar. Ada yang bisa saya bantu Nona?!" tanya gadis itu kemudian.


"Apa Tuan muda ada di ruangannya?!"


Zalia tercenung sesaat tak langsung menjawab pertanyaan Bening. Sepertinya gadis itu sedang berfikir.


"Maaf Nona, Tuan muda sedang tidak ada di tempat. Sudah satu minggu ini Tuan muda tidak datang ke kantor!"


'Persis seperti apa yang dikatakan Raka!' Bening membatin.


"Apa kau tahu dia pergi ke mana? Atau memberitahumu sesuatu barang kali?!" tanya Bening kemudian.


"Tidak Nona, Tuan muda sama sekali tidak memberitahu saya ke mana beliau pergi. Pak Raka dan Tuan besar juga setiap hari mencari beliau dengan bertanya kepada saya tetapi saya jawab tidak tahu karena memang begitulah kenyataannya!" jelas Zalia.


"Kalau begitu bisakah kau mengantarku ke ruangan Raka?!" 


"Tentu saja bisa Nona, dengan senang hati!"


"Tapi mohon maaf sebelumnya karena telah mengganggu pekerjaanmu."


"Tidak masalah Nona, saya masih bisa mengerjakannya nanti. Sekarang silahkan ikut dengan saya ke ruangan Pak Raka!"


Bening pun mengikuti sekretaris cantik itu menuju ke ruangan Raka.


"Silahkan Nona," ucap Zalia mempersilahkan Bening memasuki lift untuk turun karena ruangan Raka terletak di lantai 14.


Ting-


Pintu lift terbuka saat sudah berada di lantai 14 di mana ruangan Raka berada. Zalia masih setia memandu Bening hingga sampai di depan pintu ruangan Raka.


"Nona ini ruangan Pak Raka, saya permisi dulu!" ujar Zalia.


"Terima kasih Zalia!"


"Sama-sama Nona!" Zalia pun pergi meninggalkan Bening sendirian di depan pintu bercat coklat itu.


Tok ... tok ... tok!


"Masuk ...!" Terdengar sautan dari dalam ruangan tersebut sehingga membuat Bening meraih handle pintu dan membukanya.


"Permisi ...!" Suara lembut Bening membuat Raka mengalihkan pandanganya dari berkas-berkas di hadapannya.


"Bening ...?!" 


Raka pun sontak berdiri menyambut kedatangan istri dari bos sekaligus sahabatnya itu. "Silahkan masuk, duduklah!" ucapnya seraya menunjuk sofa yang terdapat di ruangannya.


"Aku tahu apa yang membuatmu datang menemuiku!" ujar Raka setelah mereka berdua mendudukkan dirinya di atas sofa.


"Apa aku mengganggu pekerjaanmu?!"


"Sebenarnya pekerjaanku bertambah semakin banyak akibat sahabat laknat itu. Tapi mau bagaimana lagi sudah nasib bawahan jadi hanya bisa menerima nasib," jawab Raka berusaha mencairkan suasana agar tidak kaku.


"Maaf, aku hanya ingin mencari suamiku," lirih Bening.


Raka tampak menghela nafasnya dalam, berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya dan mengeluarkannya secara perlahan.


"Aku tahu hal ini akan terjadi," desahnya lirih.


"Apa maksudmu? Apa ada sesuatu yang sudah terjadi dan tidak aku ketahui?!" tanya Bening mulai curiga.


Raka nampak terdiam, dia terlihat menimbang sesuatu. Apakah dia harus menceritakan hal yang sebenarnya kepada Bening atau tidak? 


Namun, akhirnya Raka lebih memilih untuk diam dan membiarkan masalah ini Arga sendiri yang menyelesaikannya, karena ia berfikir dirinya hanya orang luar yang tidak pantas mencampuri urusan rumah tangga orang lain meskipun itu sahabatnya sendiri.


"Rak ... Raka?!" Bening melambaikan tangannya di depan wajah pria yang tengah tercenung itu hingga membuatnya tersadar.


"Oh sorry ...!"


Sikap Raka yang seperti ini membuat Bening semakin curiga jika ada yang disembunyikan oleh sahabat suaminya itu.


"Kau belum menjawab pertanyaanku! Atau jangan-jangan benar dugaanku jika ada yang kau sembunyikan dariku!" ujar Bening dengan tatapan penuh selidik.


Tentu saja hal itu membuat Raka gelagapan untuk menjawabnya tapi secepat mungkin Raka berusaha merubah mimik wajahnya menjadi lebih tenang agar tidak membuat Bening semakin curiga.


"Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, Bening. Percayalah kepadaku!" Raka berusaha meyakinkan.


"Tapi kenapa gelagatmu aneh sekali? Seperti seorang penjahat yang ketahuan mencuri sesuatu!"


"Ck, bagaimana bisa kau menyamakan aku dengan penjahat. Jahat sekali kau ini!"


"Maaf, aku hanya mengungkapkan pendapatku saja!" jawab Bening tanpa rasa bersalah.


"Bukankah sudah ku bilang, selama seminggu ini Arga belum sekalipun muncul di kantor. Terakhir kali kami bertemu senin yang lalu di kedai kopi untuk membahas-" Raka langsung menutup mulutnya rapa-rapat. Hampir saja ia keceplosan tadi.


"Membahas apa?!" tanya Bening penasaran kenapa tiba-tiba pria itu tidak meneruskan ucapannya.


"Bukan apa-apa, cuma membahas masalah pekerjaan!" jawab Raka cepat yang direspon Bening dengan membulatkan bibirnya seperti membentuk huruf O dengan menganggukkan kepala.


"Jadi ke mana perginya Tuan muda itu? Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Walaupun kami dulu tidak pernah akur tapi dia tidak pernah pergi lama. Tetapi seminggu yang lalu sikapnya berbeda. Dia bersikap kasar kepadaku, sikapnya yang dulu telah kembali lagi. Aku sampai berfikir apakah aku mempunyai kesalahan terhadapnya, sehingga sikapnya bisa berubah hanya dalam waktu semalam. Aku bingung, aku mencarinya hanya ingin bertanya apa kesalahanku!" 


Bening tak kuasa untuk tidak menangis. Selama seminggu ini ia selalu menyimpan kesedihannya hanya untuk dirinya sendiri. Dan baru di hadapan Raka ini lah gadis itu mau bercerita. Bahkan Bening tidak pernah mau menjawab jika Sari atau Bi Fatma bertanya kepadanya.


'Kesalahan itu bukan ada padamu Bening tapi berakar dari kedua orang tuamu. Kalian para anak hanya korban!'


"Maaf jika aku jadi curhat tapi aku tidak tahu harus berbicara dengan siapa lagi jika bukan denganmu. Karena kau lah satu-satunya orang yang mengerti suamiku!" tutur Bening sembari menyeka air matanya dengan menggunakan punggung tangan. Hal itu membuat Raka berdiri untuk mengambilkan Bening tisu.


"Apa maksudmu dengan Arga berubah? Apa dia telah menyakitimu?!" tanya Raka antusias.


"Aku juga tidak mengerti mengapa sikapnya berubah drastis seperti itu. Padahal aku sudah merasa hubungan kami kian membaik akhir-akhir ini."


"Apa yang Arga lakukan padamu Bening?!" desak Raka.


"Ehm ...!" Bening tidak berani berkata yang sejujurnya kepada pria itu. Karena ia tidak ingin menceritakan keburukan suaminya kepada orang lain.


"Bening tolong katakan padaku jangan diam saja!" tukas Raka mulai tidak sabar.


"Ti-tidak ada Raka!"


"Jangan bohong Bening!"


Merasa Raka yang semakin mendesaknya membuat Bening susah untuk menelan ludahnya sendiri.


*****


Hari ini Sari tengah bersiap-siap karena Tuan Jordan memerintahkan orang suruhan-nya untuk menjemput gadis itu ke apartemennya. Orang suruhan itu bilang Sari dibutuhkan untuk membersihkan apartemen Tuan Besarnya tersebut karena pelayan lain sedang cuti.


Alasan itu tentu saja hanya akal-akalan Tuan Jordan saja, agar tidak ada orang yang curiga saat dirinya ingin mengajak gadis yang ia kira putrinya itu untuk keluar dari kediaman Ramiro.


"Sudah siap Sari? Mereka sudah menunggumu di depan!" ujar Bi Fatma saat mendatangi kamar gadis itu.


"Sudah Bu!"


"Bagus, kamu di sana yang rajin ya kerjanya! Jangan mengecewakan Tuan besar!"


"Pasti dong Bu, kalo begitu saya pergi dulu!"


"Hati-hati di jalan!"


Mobil yang mengatar Sari telah membela kepadatan jalan kota Jakarta. Hingga membuat gadis itu terpekik senang karena jarang-jarang dia bisa keluar dari kediaman keluarga Ramiro seperti saat ini.


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, mobil yang membawa Sari pun berhenti di parkiran sebuah gedung apartemen mewah yang berada di pusat kota Jakarta.


"Woww ... indah sekali gedungnya, tinggi lagi!" gumamnya dengan penuh kekaguman.


"Silahkan keluar, aku akan mengantarmu hingga sampai ke apartemen Tuan besar!" ucap orang suruhan Tuan Jordan itu.


"Terima kasih Pak ...!"


Setelah menaiki lift yang membawanya sampai ke lantai tertinggi gedung ini. Orang itupun menunjukkan di mana letak apartemen Tuan Jordan berada, sebelum meninggalkan gadis itu.


Sari pun kembali mengucapkan terima kasih sebelum menekan bell di depannya.


Ting ... tong.


Ceklekk-


Pintu apartemen itupun dibuka dan menampilkan Tuan Jordan sendiri di balik pintu itu.


"Sari kau sudah datang," tukas Tuan Jordan senang.


"Iya Tuan!"


"Silahkan masuk, duduklah di sini!" Tuan Jordan membantu gadis itu untuk menarik salah satu kursi yang ada di meja makan, hingga membuat gadis itu tidak enak hati diperlakukan  sebaik itu oleh majikannya sendiri.


"Terima kasih Tuan!"


"Tunggu di sini sebentar, ada yang ingin aku tunjukkan padamu!" ucap Tuan Jordan sebelum meninggalkan Sari sendirian di meja makan.


Sari merasa heran kenapa dirinya diperlakukan seperti ini oleh sang Tuan. Bukankah dia datang kemari untuk membersihkan tempat ini? Sari semakin heran saat melihat meja makan yang sudah dipenuhi dengan berbagai macam makanan tersedia di depannya.


Sedangkan Tuan Jordan pergi ke kamarnya untuk menemui Sandra. "Sayang aku punya kejutan untukmu!"


Sandra hanya mengerutkan keningnya mendengar ucapan pria tersebut. Apalagi sekarang? Begitu pikirnya.


"Ayo ikut denganku!" Tuan Jordan menarik tangan Sandra menuju ruang makan.


Di sana Sandra dapat melihat ada seorang gadis yang tengah duduk membelakanginya.


"Surprise ...!" teriak Tuan Jordan hingga membuat Sari membalikkan tubuhnya.


"Siapa dia ...?!"


0 Comments